GDM 47

10.3K 649 67
                                    

Sesampainya didepan ruko milik Sana, Raden dengan cekatan membawa barang belanjaan Sana untuk dibawa masuk kedalam. Sementara Sana lebih memilih masuk terlebih dahulu, bukan karena marah tapi mau buka pintu.

"Ini tarok mana?" Tanya Raden, Sana menunjuk kearah meja dekat dengan lemari es.

"Eh, nanti dulu.." seakan menyadari sesuatu, "kamu kok tau aku tinggal disini?" Lanjut Sana, seakan menyadari sejak dalam perjalanan tadi Raden sama sekali tidak menanyakan tujuan Sana. Laki-laki itu asik mendengarkan celotehan Sana disepanjang perjalanan.

"Jawab?" tutur Sana karena melihat Raden yang sepertinya enggan untuk menjawab pertanyaan Sana.

"Bikinin kopi" Sana mendengus mendengar ucapan Raden, sama sekali tidak menjawab pertanyaan.

Setelah membuatkan secangkir kopi dan ada beberapa cokies yang Sana suguhkan untuk Raden. Dilihatnya laki-laki dihapan Sana begitu lusuh sangat berbeda dengan terakhir kali Sana bertemu. Gak pernah diurus ajeng nih, begitu batin Sana.

"Dikasih tau Cakra"

"Hahh?" Sana menyeritkan dahinya. Apanya yang dikasih tau Cakra?

"Kamu pindah"

"Ohh, soal ucapan Bila tadi? Kamu gak mau jelasin?" Singgung Sana. Apa memang benar Raden akan menikah besok. Kalau memang iya, kenapa malah laki-laki ini datang untuk menemuinya. Atau mau mamberikan undangan pernikahan? Kalau memang iya mau memberikan undangan pernikan secara langsung sih Sana sudah lebih dari siap untuk melayangkan pukulan kewajah Raden sekarang juga. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala Sama.

Kalau memang iya Raden akan menikah besok atau sebentar lagi, apa Sana akan sanggup? Walaupun saat ini statusnya dan Raden tidak lagi sama seperti dulu, tapi perasaanya untuk Raden tidak pernah berubah sama sekali, begitupun dengan Raden, Sana yakin itu.

"Ngarang dia" jawab Raden, "Gimana rasanya punya usaha baru?" Tanya Raden sembari menatap kesekeliling ruangan. Entah pertanyaan Raden murni bertanya atau mengalihkan pembicaraan saja, Sana tidak tahu.

"Seneng banget, bentar lagi grand opening. Aku deg-degan, kamu kalau ada waktu dateng ya" ucap Sana dengan antusianya.

"Pasti" Raden mengulurkan totebag berlogo salah satu brand perhiasan, "Hadiah"

"Dalam rangka?" Senyuman diwajah Sana sudah tidak mampu Sana tahan.

"Grand opening nanti" Raden membuka kotak perhiasan dan mengambil kalung dengan bentuk yang sederhana tapi terlihat sangat indah sekali.

"Kenapa kamu jadi romantis gini sih, kalau ginikan gak bisa ngambek lama-lama" gerutu Sana disambut tawa kecil Raden, "grand opening aja belum, udah dikasih gift aja." Lanjut Sana.

"Cantik gak?" Tanya Sana setelah Raden memasangkan kalung yang kini terlihat indah menghiasi leher Sana.

"Cantik" Jawab Raden, Sana memajukan tubuhnya dan memeluk laki-laki dihadapannya ini.

"Kangen banget" Raden membalas pelukan Sana, ia juga sama rindunnya. Sangat.

"Kok gak dijawab?" Tanya Sana sembari mendongkakan kepalanya menatap dari bawah wajah Raden.

"Iya Sama"

"Sama apa?"

"Kangen"

"Ish-irit banget ngomongnya"

"Laper, mau dimasakin"

"Ya ampun kasian gak diurusin sama Ajeng ya?" Raden melirik sebal menatap Sana, dibalas tawa oleh Sana.

"Sebentar, aku masakin ya" Sana mencium pipi kanan Raden sebelum melenggang kedapur.

"Kamu mending mandi dulu deh, bajunya ada dilemari. Kamarnya dilantai tiga ya, kode aksesnya nol lima kali" ucap Sana, Raden menyeritkan dahinya.

"Kode aksesnya mudah banget"

"Kamu kan tau sendiri aku gampang lupa" Raden menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Sana. Soal lupa memang Sana juaranya. Pernah Sana mengganti pasword ponsel milik Raden dan berakhir dia lupa kombinasi angka yang dimasukan padahal belum lima menit dari Sana menggantinya.

Selang beberapa menit Sana selesai memasak udang balado dan tumis kangkung. Raden pun sudah terlihat segar setelah selesai mandi. Kini Ia memakai kaos polos putih dan celana pendek. Dirinya tengah duduk dikursi.

"Makan yuk" Ajak Sana. Dengan segara Raden beranjak dari tempat duduknya untuk makan. Ia sudah lapar sekali.

Melihat Raden yang semangat menghabiskan makanan dihadapannya membuat Sana terkikik geli, "pelan-pelan makannya, gak ada yang mau minta juga" ucap Sana dijawab anggukan oleh Raden. Laki-laki itu mulai makan dengan pelan, sepiring udang tadi pun sudah berpindah tempat ke perut Raden.

"Besok bekalin Udang lagi ya, kayak gini"

"Boleh, emang mau kemana?" Tanya Sana.

"Siangpore"

"Ada kerjaan disana?" Tanya Sana dijawab anggukan oleh Raden.

"Kalau kita kawin lari gimana?" Sana yang sedang makan buah mangga hampir saja tersedak mendengar ucapan Raden.

****
See you 💕

Terimakasih buat semuanya yang udah mau nunggu kapan ceritanya update. Sayang kalian banyak-banyak.

Aku bakalan tetep usahain kelarin cerita ini sampe selesai. DEMI KALIAN.

Foto kalung yang dikasih mas jawa bisa dilihat di pict atas ya. Referensi by pinters dan dari Pasutri yang lagi viral hihi

Big love
FW


Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang