GDM 24

9.3K 516 14
                                    

"Aw, rencananya kalau kamu gak segera bertindak aku mau sama bapak dosen aja". Raden mendengus kesal mendengar ucapan Sana. Sana memang hanya becanda saja, tetapi melihat respon Raden yang sepertinya tidak suka sedikit menghibur rasa sedihnya.

****

Sana sudah mulai bekerja seperti biasa, begitu juga dengan Raden. Masalah tentang hubungan mereka lambat laun mulai redup seiring berjalanya waktu. Tetapi tak menutuo kemungkinan juga nenek leli beserta ajang akan mencoba untuk memisahkan Raden dan Sana.

Siang ini Sana ada janji makan dengan rekan kerjanya disalah satu restaurant keluarga terkenal diwilayahnya.

Makanan selesai dihidangkan, tanpa menunggu aba-aba ia segera menyantapnya, pagi tadi Sana tak sempat untuk membuat sarapan karen dimalam harinya ia harus lembur dan jadilah ia bangun kesiangan.

Sana menatap meja yang terletak paling ujung, ia mengerjapkan matanya, Raden dan Ajeng terlihat tengah makan bersama, "Aduh, teh", Sana mengalihkan pandanganya menatap Putri, rekan kerjanya. Tak sengaja Sna menyeggol gelas berisi jus jeruk hingga tumpah mengenai putri.

"Astaga, sorry-sorry put". Sana mengambil tisu dan mengelap rok putri yang basah karena ulahnya.

"Iya teh gak apa-apa, ngeliatin apa sih teh sampe gelas disenggol senggol gitu". Sana tersenyum.

"Bukan apa-apa", tidak mungkin Sana jujur.
Pandangan matanya bertemu dengan Ajeng, wanita itu tersenyum miring menatap Sana.

"Ketoilet bentar ya teh", Sana mengiyakan ucapan putri. Setelah kepergian putri, Sana mengambil ponselnya, kemudian memfoto Raden dan ajeng.

Sana
Sand picture

Dari kejauhan Raden terlihat mengambil posel, setelah itu laki-laki yang hari ini mengenakan jas hitam berpadu dengan celana bahan hitam itu mengedarkan pandanganya hingga tatapan matanya bertemu dengan Sana.

Sana
Bagus ya,ditinggal sebentar
udah makan siang bareng.

Sana kembali mengirimkan pesan untuk Raden, Raden bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Sana. Ketika sampai dihadapan Sana, lelaki itu mengeluarkan kartu ATM miliknya.

"Parfume kamu habiskan, hari ini beli sendiri ya, nanti kalau udah sampai rumah aku jelasin semuanya". Ucap Raden, sembari mengucap pucuk kepala Sana.

Sana terperangah melihat sikap Raden, kemarin Raden meminta parfume Sana yang memang tinggal setengah, ingat ya setengah bukan habis.

Setelah mengucapkan itu, Raden segera pergi mengampiri Ajeng dan melanjutkan makannya.

"Siapa tadi teh?". Tanya Putri

"Aa-eh itu, calon suami". Jawab Sana, Putri dibuat bingung, pasalnya calon suami Sana terang-terangan makan dengan wanita lain dan sikap Sana yang terlihat santailah yang membuat Putri bingung, "Belanja yuk", Ajak Sana dengan senyuman bertengger dibibirnya.

Sana dan Putri beranjak pergi meninggalkan restaurant, sebelum pergi Sana berlari kearah Raden dan memberikan kecupan dipipi lelaki itu.

"Beli baju ya by". Ucapnya, Raden mengganguk. Jangan tanyakan bagaimana wajah Ajeng sekarang, wanita berdarah jawa kental ini terlihat sangat marah dan tak percaya dengan sikap Raden pada Sana. Ia cukup kenal dekat dengan Raden, dan melihat cara Raden memperlakukan wanita.

"Dadah Cantik, nitip calon suami gue ya". Ucap sana sembari mengibaskan rambutnya.
Putri yang melihat Sana semakin dibuat bingung.

***

Sana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, selama berbelanja tadi Sana benar-benar kalap, "by, maaf ya". Raden sudah berada diaparetemen Sana sejak pulang dari makan siang bersama Ajeng.

"Seneng?". Tanya Raden, mengusap dengan sayang wajah Sana.

"Banget, makasih ya. Tadi bagus-bagus banget bajunya by, terus tasnya juga keluaran terbaru", jelas sana

"Iya gak papa". Senyum kembali terbit dibibir Sana.

"Aku juga beli bikini by, buat kita kepantai nanti". Sana mengdipkan matanya genit, Raden terkekeh mendengar ucapan Sana.

Raden menarik Sana untuk duduk disampingnya, ia memegang kedua tangan lentik Sana, "ibu minta aku buat makan siang sama Ajeng tadi, diawal kita ketemu waktu makan bareng keluarga, ibu menentang perjodohan ini dan ibu juga suka sama kamu diawal kita ketemu tapi aku gak tau kenapa akhir-akhir ini ibu bersikap sebaliknya". Sana menghela nafas lelah, "tapi, aku akan usahain biar ibu setuju dengan hubungan kita dan ngasih restu". Sana mengagguk, yang harus ia lakukan untuk hubungan mereka adalah Sabar.

"Iya, aku akan tunggu kok". Sejujurnya sana ingin meninggalkan Raden dan semuanya, tetapi hatinya menolak, ia ingin terus bersama dengan Raden.

Entah sampai kapan hubungan mereka akan bertahan. Tetapi untuk saat ini Sana mencoba untuk bertahan dan melawan balatentara nenek leli.

***
SEE YOU EVERYBODY 👋

Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang