Sudah satu minggu lamanya Sana mendiami Raden. Selama itu juga Raden mecoba untuk berbicara dengan kekasihnya dan tentu tak dihiraukan Sana. Sana masih kesal dengan sikap tak tegas dari Raden, bukan Sana sekali marah-marah tak jelas seperti ini.
Siang ini Putri meminta Sana untuk menemaninya membeli skincare dan make-up, katanya "teh, temani aku yuk beli skincare sama make-up, aku pengen jago dandan terus wajahnya mulus kayak teteh", serta dibarengi dengan sedikit paksaan akhirnya Sana mau. Sana terkenal pandai merias wajah dan memilih skincare tak heran jika teman sekantornya sering berkonsultasi dengannya.
Hari ini Sana mengenakan baju rajut berwarna baby blue dibadu dengan celana putih, karena hari ini hujan jadi Sana memutuskan untuk mengenakan pakaian hangat. Setelah mematut dirinya dicermin ia segera keluar dari Apartemenya.
"Halo teh, teteh seperti biasa selalu cantik". Puji Putri, San tersenyum mendengarnya.
"Peres aja kamu, biar mau ditemeni belanja". Putri terkikik mendengar balasan dari Sana.
"Enggak tau teh, tetehkan emang selalu cantik. Ini aku bawain kue dari mama karna dia tau aku mau pergi sama teteh eh, buru-buru dibungkusin kue kesukaan teteh". Ucap Putri, Sana memang beberapa kali main kerumah putri jadi cukup akrab dengan keluarga putri, terutama mamanya.
"Ah, makasih banget loh tau aja lagi pengen yang manis-manis". Sana mulai memakan kue coklat kesukannya.
Sepanjang perjalanan diiringi dengan suara putri yang lebih mendominasi sementara Sana sesekali menanggapi. Hati dan perasaanya belum kembali normal karena ulah Raden.
Sesampainya di pusat perbelanjaan terbesar didaerah mereka, segara Putri dan Sana menuju outlate skincare dan make-up hingga keduanya hanyut dengan dunia mereka.
"Kalau untuk kulit wajah kamu cocokan pakai jenis serum yang brightening deh, soalnya tipe kulit kamu tergolong normal sih jadi aman-aman aja". Jelas Sana runtut.
"Oh gitu ya teh, oke deh". Sana memilih kembali beberapa produk make-up, kebetulan juga lisptiknya habis.
Ketika tengah memilih lipstik tak sengaja tatapan mataya jatuh pada Bella, adik tirinya dan Ajeng. Mereka saling kenal? Pikir sana. Keduanya tengah makan berdua disebrang tempatnya berada dan terlihat akrab. Sana semakin dibuat penasaran dengan kedekatan mereka berdua walaupun hubungannya dengan Bella tidak pernah akur tapi ia cukup tau siapa saja teman adik tirinya dan setau Sana, Ajeng tidak termasuk kedalam teman Bella.
Sana mengambil ponsel untuk mengambil gambar Bella dan Ajeng setelah itu mengirimkannya keseseorang.
Gue butuh banget bantuan lo ri, selidiki Bella sama Ajeng dong.
Sana mengirimkan pesan pada Rini. For your information, sahabatnya memiliki jiwa stalker yang tinggi ditambah lagi suaminya bekerja pada bidang itu, jadi untuk mengatasi masalahnya Sana cukup mengandalkan sahabatnya. Tanpa menunggu jawaban dari Rini, Sana memasukan ponselnya kembali.
Setelah berbelanja Sana dan Putri memutuskan untuk kembali ketempat masing-masing. Betapa terkejutnya Sana melihat pria dewasa yang kini tengah memakan indomie dan bulir keringat didahinya.
"Sayang". Sapa laki-laki yang belakangan ini membuatnya pusing tujuh keliling, iya Raden. tepat ketika Sana pergi Raden datang karena Raden juga tau pin apartemen Sana jadi ia memutuskan untuk menunggu Sana didalam.
"Ngapain kamu?". Tanya Sana
"Makan mi, mau gak?". Sana menggelengkan kepalanya, Raden melanjutkan kembali kegiatan menyantap mi kuah rasa soto dengan toping cabe. Sana yang melihat lebih banyak cabai yang mendominasi dari pada mi membuatnya bergidik ngeri.
"Awas aja ngeluh sakit perut". Gerutu Sana yang masih dapat didengar Raden dengan jelas.
"Enggak pedes kok". Sana berdecih mendengar balasan Raden, butir keringat yang mulai menetes diwajah Raden, ditambah wajah memerah sudah cukup membuktikan pedasnya indomie Raden.
Sana memilih kekamar untuk meletakkan belanjaanya. Aktifitasnya terhenti ketika melihat kotak putih diatas meja riasnya. Sana membukanya, kalung dengan brand dior hampir membuatnya terpekik.
"Astaga-astaga Sana, jangan murah, tapi ini Dior mana belum pernah punya lagi". Gerutu Sana, "ok Sana, kalem tapi ini cantik banget". Ucapnya sembari berjalan keluar menghampiri Raden.
Dilihatnya Raden tengah mondar-mondar didepan kulkas,"ngapain?". Tanya Sana.
"Susu". Ucap raden, Sana menyeritkan dahinya, "mau susu, gak ada". Imbuh raden lagi.
"Katanya gak pedes". Ejek Sana, sembari mengambil gelas dan menungakan susu kedalamnya yang kemudian dihabiskan oleh Raden.
"Haus". Sana menahan tawa mendengar alasan tak masuk akal dari Raden, dasar gengsian.
Raden kembali duduk disofa diikuti Sana, "buat siapa?". Tanya Sana, menyodorkan kotak putih berlogo Dior.
"Kamu, dua hari lalu aku keluar negri terus ngeliat itu dan beli". Jawab Raden yang membuat Sana mengelus dada, dasar orang kaya.
"Oh". Sebenarnya Sana sudah akan memeluk Raden dan mengucapkan terimakasih diiringi kecupan dipipi laki-laki itu tetapi karena ia saat ini dalam mode marah jadi ia tahan sebaik mungkin.
"Gak suka ya? Nanti dituker aja". Saran Raden yang tak melihat wajah antusias seperti biasanya.
"JANGAN, ehm--- maksut aku, gak usah ini aku--aku suka--makasih". Raden tersenyum mendengar ucapan Sana yang menurutnya begitu lucu.
Raden meraih kalung dan memakaikanya di leher Sana, "Maafin aku ya, kalau aku minta kamu buat bersabar sebentar aja, bisa?". Tanya Raden begitu lirih.
*****
Aw aw aww zawabbb apa nih kira-kira xixixixiMaunya kalian apaa??
Btw aku udah kelar peryudisiuman nih, jadi GDM bakal sering update kayaknya hehehehe.
Infoo lokernyalah woyy :))
ini kira-kira outfit Sana buat nyari skincare.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Digger And Me
ChickLitHidup serba ada, lulusan S2 bekerja disalah satu Bank ternama membuat Sanarinda Cavli widodo (24 tahun) menjadi wanita manja dan melihat semua laki laki dari uang dan tampang "gue cantik, kaya, sekolah tinggi. Masa iya mau cari calon suami yang pas...