GDM 26

8.6K 619 35
                                    

Raden mengusap wajahnya kasar, kedua matanya masih tertuju pada Sana dan laki-laki yang diseret Sana dengan paksa. Lagi-lagi Raden membuat Sana marah karena ulahnya.

Marahnya Sana kali ini membuat Raden takut. Banyak ketakutan dari Raden jika Sana berbuat yang tidak-tidak, beberapa bulan bersama Sana membuat Raden cukup mengenal wanita penuh dengan pesona itu.

"Mas, mau pulang aja?". Suara Ajeng kembali membuatnya sadar dari lamunannya. Ia menghela nafas berat. Tidak menyalahkan Ajeng dengan situasi yang ia hadapi sekarang.

Raden menganggukan kepalanya dan segera bersiap untuk pergi. Pagi tadi Ibunya menelfon untuk makan siang bersama, tetapi ketika sudah mendekati waktu makan siang ibu dan keluarga yang lain tidak datang, hanya Ajeng. 

Sepanjang perjalanan diisi dengan suara Ajeng yang bercerita tentang pekerjaan. Berbeda jika ia tengah bersama Sana, hal-hal kecil yang Sana lalui dihari itu akan diceritakan ke Raden. Mulai dari teman kerjanya yang menyukai dalam diam hingga kegiatan sehari-hari yang Sana lalui dan itu membuat Raden tak pernah bosan mendengar cerita dari wanita yang kini mulai menepati isi hatinya.

"Mas, em.. kita gak mau coba dulu untuk hubungan yang lebih serius?". Raden menatap sekilas Ajeng yang duduk disamping kemudi.

"Maksud aku, bagaimana pun nantinya. Mas akan tetap dijodohin sama aku, kayak yang udah dijelasin sama nenek". Jelas Ajeng, Raden masih terdiam mendengar penuturan Ajeng.

"Nanti kita bicarakan lagi". Jawab Raden, Ajeng menghela nafas pelan. Lagi-lagi ia ditolak oleh Raden dan itu karena Sana.

****

Setelah mengantarkan Ajeng, Raden kembali ke rumahnya, dilihat sang Ibu yang tengah bersama Cakra.

"Eh, mas". Sapa Cakra, yang dibalas anggukaan oleh Raden, "Gimana sama mba Sana?". Tanya Cakra. Ratna, ibu Raden menatap putranya.

"Gak gimana-gimana". Jawab Raden sekenanya.

"Lah katanya mau dijodohin sama Ajeng, mba Sana buat Dosen gue aja ya Mas, kemarin dosen gue nanyain abis liat foto mba Sana". Raden menatap Cakra dengan tatapan tak suka. Sementara Ratna masih menyimak perbincangan keponakannya dan putranya.

"Dih-dih, awas matanya keluar Mas. Beneran nih gue Mas, mba Sana ditanyain sama dosen gue, siapa tau abis nyomblangin gue bisa lulus cepet". Canda Cakra makin gencar saat melihat wajah Raden yang memperlihatkan ketidaksukaanya.

"Gak usah aneh-aneh, duitnya masih kurang emang?". Cakra tertawa mendengar nada dingin sang sepupu. Interaksi itu tak lepas dari Ratna.

"Gimana tadi acara makan siangnya sama nak Ajeng? Kok pulang cepet?". Tanya Ratna.

"Gak gimana-gimana". Jawan Raden.

"Wah, parah lo Mas udah punya pacar tapi makan siang sama cewek lain. Kira-kira kalau mba Sana tau bakal marah gak ya". Goda Cakra.

"Marah, udah tau juga dia". Ucap Raden sembari beranjak pergi dari duduknya. Ratna menatap kepergian sang Putra, melihat tingkah Raden yang tak biasa membuat Ratna sedikit khawatir. Pasalnya putranya tak pernah meninggalkan dirinya tanpa berpamitan terlebih dahulu ketika berbicara.

"Waduh, si Mas kenapa tuh bude?". Ratna menggelengkan kepalanya.

****

Sementara ditempat lain Sana tengah menangis tersedu-sedu didalam kamarnya, sepulanganya dari makan siang, Sana beralasan tidak enak badan dan meminta izin untuk pulang terkebih dahulu. Untunglah mulut ember Rendi bisa diajak kompromi.

"Sialan, ngapain juga sih gue harus terlibat situasi yang menyebalkan ini". Sana mengusap air matanya kasar, "bukan lo banget Sana nangis gara-gara cowo gini, masa rubah ekor sembilan cengeng gara-gara laki-laki".

"Lagian kenapa sih jadi laki-laki lembek banget". Ucap Sana kembali menangis.

Deringan ponsel terdengar, terlihat Raden melakukan panggilan video.

Sana mengambil ponselnya kemudian mengangkatnya dan mengarahkan kamera kedinding. Wajah Raden memenuhi layar dan itu membuat Sana kembali ingin menangis.

"Sayang". Panggil Raden lembut, Sana masih terdiam apalagi mendengar panggilan yang tak biasa dari sang kekasih.

"Maaf". Ucap Raden pelan.

Kemudian hening, air mata Sana kembali luruh hingga terdengar suara isakan yang ia tahan.

"Kamu nangis?". Tanya Raden.

"MENURUT KAMU AKU LAGI BAHAGIA SEKARANG? LIAT KAMU LAGI MAKAN SIANG BERDUA SAMA CEWE YANG UDAH DAPET RESTU DARI KELUARGA BESARNYA, SEDANGKAN POSISIKU DITOLAK MENTAH- MENTAH. AKU CAPEK SAMA KAMU, GAK ADA GUNANYA JUGA AKU BERTAHAN. UDAH". Sana mematiakan panggilan telfonnya, setelah mengungkapkan kekesalanya pada Raden.

Ditempat lain, Raden terdiam mendengar ucapan Sana. Udah?

****

SORRY BANGET GUYS LAMA UPDATE.
BIASA URUSAN DUNIAWI SEDIKIT MENGURAS OTAK INI.

HIHIHI

MENURUT KALIAN PUTUS ATAU TERUS??
duelahhh judul lagu gak tuh 💅

Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang