Siang ini mood Sana benar-benar berantakan. Pekerjaannya yang menumpuk dan lagi pagi tadi Sana mengalami kecelakaan kecil, ditabrak sepeda dan berakhir celana legging hitamnya robek. Sungguh tidak elit.
"Sialan", umpat Sana sembari membersihkan luka dibagian lutut, luka yang sana dapati dari pagi tadi dan baru ia obati pada siang harinya, dikarenakan pekerjaannya yang benar-benar menguras tenaga dan jiwanya.
"Teh, ini minumnya". Andre, anak baru ditempat Sana bekerja. Berasal dari bandung dan memiliki wajah yang rupawan, sekilas mirip Oppa korea yang sering di indam idamkan Rini.
"Makasih ya ndre". Sana segara menyeruput minuman yang tadi Sana pesan. Siang ini hanya Sana dan Andre saja yang keluar untuk makan siang sedangkan teman-temannya yang lain entah pergi kemana.
"Kok bisa jatuh gitu sih teh". Sana mendelik mendengar ucapan juniornya.
"Apa sih yang gak bisa di dunia ini ndre, lagian cuma jatoh biasa kok ini gak usah heboh". Andre tertawa kecil mendengar ucapan Sana yang terdengar judes. Sejak awal masuk kerja pandangan Andre tertuju pada Sana. Ia memiliki wajah yang tampan dan saat itu hanya Sanalah yang terlihat tidak tertarik kepadanya, tetapi mendengar Sana yang sudah memiliki kekasih maka pupuslah harapan Andre.
"Sini teh, gue bantu obatin".
"Gak usah, mending pesen soto plus lontong sekarang". Andre mengganguk dan segara bangkit dari duduknya.
Sana masih sibuk dengan kapas dan obat merah sebelum tatapanya bertemu dengan dua orang manusia yang baru saja memasuki restaurant.
"W-what, sialan". Raden lagi lagi bersama dengan Ajeng, wanita anggun tetapi busuk hatinya.
Raden terlihat terkejut melihat keberadaan Sana. Baru saja semalam Raden menjelaskan masalah yang terjadi dan sekarang Raden mengulangi lagi dan terjadi keesokan harinya. Tatapan mata Raden beralih melihat luka yang ada di lutut Sana.
"Mau main-main sama rubah ekor sembilan kayaknya". Gumam Sana.
Raden terlihat akan menghampiri Sana tetapi diurungankan lantaran Ajeng menahan tangannya, tak hanya itu ada seorang laki-laki yang menghampiri Sana.
"Teh, jeruknya dipisahkan?". Tanya Andre, Sana mengganguk saja.
Sana mengacuhkan keberadaan Raden, malas sekali harus melihat laki-laki yang kini menjadi kekasihnya, yah walaupun tidak ada ucapan langsung dibibir Raden tetapi mendengar apa yang Sana katakan jadi secara tidak langsung ia dan Raden pacarankan?.
"Aduh teh, sambelnya kebanyakan".
"Gak papa, lagi pengen yang pedes-pedes". Raden terlihat masih menatap tajam Sana, peduli setan. Batin Sana.
"Lukanya perban dulu teh". Andre sudah mengambil perban dan kapas hendak membantu Sana.
"Iya, tolong pasangin ndre". Ucap Sana.
Ia khawatir mata Raden akan loncat dari tengkorak melihat bagaimana Raden menatap mereka berdua. Sementara dari arah Raden.
"Mau makan apa mas?". Tanya Ajeng. Sekarang yang dirasakan Ajeng adalah senang sekali melihat Sana yang memergoki Raden dan dirinya makan siang hanya berdua, ditambah ada laki-laki lain bersama Sana.
"Apa saja". Ajeng memesan makanan untuk mereka berdua, Raden masih terpaku menatap Sana dan laki-laki yang bersama Sana. Keduanya kini sedang makan bersama.
"jus jeruk ndre". Sana terlihat kepedasan, dengan sigap Andre mendekatkan jus jeruk miliknya.
"Bandel sih, mana jus jeruk gue lagi". Gerutu Andre, Sana tadi menolak ketika Andre menawarna untuk memesan minum.
"Huhh, gak tau gue kalo bakal sepedas ini". Ucap Sana, bahkan kini Sana sudah tak memperhatikan Raden dan pengawalnya. Fokusnya sekarang soto pedas dihadapanya. Pagi tadi ia tak sarapan, semoga lambungnya menerima soto setan ini.
"Ganti yang baru aja teh". Tawar Andre yang tentu saja ditolak dengan gelengan oleh Sana.
Sayang, harga sotonya lima puluh ribu rupiah, ya walaupun ia punya yang katanya kekasih kolong merat tapi membuang uang dengan cuma-cuma sepertinya tidak.Semua interaksi Andre dan Sana tak lepas dari pengawasan Raden, "teh, kenal gak sih sama mas-mas sama mbak didepan kita?". Tanya Andre pelan.
"Pacar gue". Jawab Sana sama pelannya.
"Ih, mampus. Dia ngeliatin terus dari tadi teh, jangan bawa-bawa gue ya kalo berantem". Andre bergidik ngeri melihat tatapan yang dilayangkan oleh mereka berdua.
"Selo". Ucap Sana santai.
Setelah selesai menyantap makananya, Sana dan Andre memutuskan untuk kembali ke tempat kerjanya. Andre yang bertugas membayar makanan dengan uang milik Sana, "duh, teh jangan suka traktir gini jadi seneng gue". Sana tertawa mendengar ucapan Andre.
"Gak papa, kan gue yang ngajak". Andre beranjak dari tempat duduknya dan segera membayar pesanan. Sana melirik kearah meja Raden dan Ajeng. Terlihat Ajeng sedang mengambilkan minuman untuk Raden, seakan sadar tengah ditatap, Raden mendongkakan wajahnya menatap Sana.
"Ayo teh, bisa jalan gak?". Tanya Andre yang masih bisa didengar oleh Raden.
"Bisa, gak usah lebay deh". Sana berjalan dengan tertatih, lututnya masih terasa sakit sekali.
"Terkilir kayaknya kaki lo teh". Ucap Andre
"Kayaknya gitu". Raden sudah gerah melihat interaksi Sana dan teman laki-lakinya. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Sana.
"Apaan sih kamu". Ucap Sana melihat Raden yang kini sudah meraih lengannya.
"Pulang sama aku".
"Gak salah kamu ngomong kayak gitu?". Tanya Sana yang kini sudah siap akan meledak.
"Nanti aku jelasin". Ucap Raden pelan.
"Kali ini enggak, lepasin". Sana menyentak tangan Raden, "ayo ndre, udah telat". Sana meraih tangan Andre dan berjalan dengan kaki yang terseret.
"Teh, teh jangan kayak gini teh, ini gak mau ngomongin sesuatu dulu teh?". Sana menggeleng, biarkan untuk kali ini ia melihat bagaimana Raden menyikapi masalah yang laki-laki itu buat sendiri.
****
See you guys 👋Sayang banget sama kalian, liat komentar lucu kalian hihihi
Sorry banget lama update, karna lagi sibuk-sibuknya mahasiswa tingkat akhir yang berjuang demi masa depan yang cerah biar dapet calon suami yang kayak Raden hihihi 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Digger And Me
Chick-LitHidup serba ada, lulusan S2 bekerja disalah satu Bank ternama membuat Sanarinda Cavli widodo (24 tahun) menjadi wanita manja dan melihat semua laki laki dari uang dan tampang "gue cantik, kaya, sekolah tinggi. Masa iya mau cari calon suami yang pas...