GDM 40

10.1K 826 83
                                    

"Kita udahan aja ya". Ucap Sana senyuman tipis terukir dibibirnya. Kalimat yang Raden takutkan keluar dari bibir kekasihnya, entah masih pantaskah Raden menyebutnya kekasih.

Sejenak Raden lupa cara bernafas. Dadanya terasa sesak sekali. Bahkan bibirnya pun tak sanggup untuk menjawab ucapan kekasihnya. Jantungnya berdetak tak beraturan. Ketakutannya benar terjadi.

"Kamu gak perlu jelasin ke aku tentang pertunanganmu dengan Ajeng. Aku tau kamu juga gak menginginkannya." Lanjut Sana

"Tapi--kita gak bisa gini terus. Rasannya cuma aku yang lari sendirian, kamu enggak"

"Maaf--maaf, semua terjadi tiba-tiba. Aku--"

"Satu minggu Raden. Satu minggu kamu gak nemuin aku. Aku pikir karena kerjaan kamu, ternyata kamu sibuk merancang acara pertunanganmu dengan wanita pilihan keluargamu. Tega kamu." Suara Sana terdengar bergetar.

"Aku beneran kerja Sana. Dan acara pertunangan itu bener-bener tiba-tiba. Nenek sakit dan aku diminta untuk bertunangan dengan Ajeng. Aku tau aku bodoh, karna dengan mudahnya mereka bohongin aku". Jelas Raden, "Maaf Sayang, tolong sekali lagi kita berjuang"

"Maaf. Tolong. Berjuang. Sekali lagi. Aku muak, karna pada kenyataanya aku yang berjuang sendirian. Sendirian Raden." Ucap Sana disela tangisnya. Melihat keadaan kekasihnya membuat rasa sesak semakin timbul di dada Raden.

Raden berjalan mendekat dan meraih Sana dalam dekapannya, "Maaf. Maafin aku."

"Memang pada dasarnya aku gak pantes untuk siapapun. Kamu turuti aja kemauan keluargamu. Ajeng wanita baik dan cocok sama kamu." Sana melepas pelukan Raden kemudian berjalan meninggalkan laki-laki itu.

"Udah malem, sebaiknya kamu pulang." Lirih Sana

"Kali ini kamu cukup diam, aku yang selesaiin semuanya." Balas Raden, Ia mencium kening kekasihnya sebelum pergi. Saat suara pintu tertutup, saat itu juga tangis Sana pecah. Biarkan waktu yang aka  menjawab keseriusan ucapan Raden.

****

Keesokan paginya. Sana sudah bersiap berangkat kerja. Cewek itu mendengus melihat kerumunan didepan gedung tempat Ia bekerja. Sana menyiritkan dahinya heran, karena tak biasanya tempatnya kerja bisa seramai ini. Apa ada artis ya, pikir Sana.

"Wah emang ya, yang namanya pelakor itu ada dimana-mana"

"Cantik sih cantik, tapi kalau kelauan kayak gitu aduh gak bisa dimaafin"

"Aduh kalau masalah pelakor mah gak bisa dibicarain baik-baik"

"Pelakor semakin didepan"

Sana menyetujui semua ucapan yang lontarkan orang-orang disana. Sebenarnya Sana ikut penasaran siapa yang dimaksut pelakor tadi. Ia menduga kalau pelakunya bekerja di gedung ini juga. Tetapi karena sepuluh menit lagi Ia terlambat jadi Sana memutuskan untuk mencari tahu nanti.

"Aduh- baru berangkat neng?. Kemana aja lo? Mentang-mentang simpenan lalik orang jadi seenaknya ya gak berangkat kerja. Duit tetep ngalir". Ucap Caca pada Sana yang diiringi kikikan oleh rekannya yang lain.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya Sana

"Oh ya jelas dong. Disini siapa lagi cewek murahan yang sukanya gonta-ganti cowok selain lo" Jawab Caca, kedua tanganya dilipat menatap Sana sengit.

"Ternyata gak cuma gonta-ganti cowok ya hobi lo, jadi simpanan pacar orang juga jadi hobi baru nih kayaknya." Sahut Nada memandang remeh Sana. Bukan rahasia umum jika Caca dan Nada serta beberapa cewek lainnya yang memang tak suka pada Sana.

"Dibayar berapa lo Na?".

"Jangan sembarangan ya kalau ngomong." Sana berjalan maju, Ia melayangkan tamparan tepat di pipi Caca, "Itu untuk omongan sampah lo."

"Apa-apaan ini!" Bu Ranti datang menengahi, "Sana, ikut Saya. Yang lain silahkan mulai bekerja, kalian disini dibayar bukan untuk membuat ribut"

"Urusan kita belum selesai." Ucap Sana sebelum memasuki ruangan.

Sana menyeritkan dahinya, didalam sudah ada Ajeng dan juga Bella.

"Kamu sudah tau apa yang terjadi Sana?". Tanya Bu Ranti dijawab gelengan kepala dari Sana, beberapa hari lalu Sana sama sekali tak pernah membuka aplikasi sosial media "satu hari ini banyak berita tentang kamu yang menjadi selingkuhan tunangan Ibu Ajeng. Tidak hanya itu Sana, berita itu juga sangat berdampak buruk untuk tempatmu bekerja saat ini." Jelas Bu Ranti.  Sana segera mengambil ponselnya dan membuka aplikasi instagram miliknya. Dan benar saja, DM instagram dan ribuan komentar membajiri postingannya. Semua isinya cacian. Bahkan banyak oknum yang mension tempat Ia bekerja.

Senyuman miring dibibir Sana terbit.

"Murah ya cara kalian?" Ucap Sana, "Gak bisa dapetin pakek cara sehat, ngejebak pacar orang buat tunangan, terus ngeviralin berita sampah ini". Ucap Sana senyuman masih terbit dibibirnya.

"Habis ini apa lagi?" Tanya Sana, Ia berjalan mendekat kearah Ajeng, "Ini mau ngusulin buat pemecatan kan? Gak perlu repot-repot, aku memang berencana buat berhenti kerja". Ucap Sana sembari mengulurkan surat kearah Bu Ranti. Sana memang berencana untuk keluar dari tempatnya bekerja. Ternyata rencana itu terlaksana hari ini.

Sana mendengus, "Ini yang katanya wanita lemah lembut, baik hati dan cocok jadi pendamping Raden?"

Ketiga wanita diruangan itu terdiam menatap Sana.

"Jangan asal ngomong deh Sana! Disini elo yang salah, jadi jangan nyolot." Seru Bella mendorong tubuh kakak tirinya.

"Ssstt, Babu gak diajak ngomong". Ucap Sana pada Bella yang kini menatap berang kakak tirinya.

"Mari kita liat seberapa kuatnya usahamu buat dapetin Raden". Ucap Sana mengusap wajah Ajeng menggunakan kukunya. Ajeng menepis tangan Sana di wajahnya.

"Kamu memang perusak dan pengganggu untuk hubunganku dan Raden, Sana. Pergi dan menjauhlah. Selama ini kamu hanya mendekati Raden karna uangkan? Ini ambil". Ucap Ajeng menyerahkan cek bertuliskan seratus lima puluh juta.

Sana menatap nominal uang itu, tawa kecil keluar dari bibirnya, "Segini doang? Gak usah, uang segini gak cukup buat bayar perawatan wajahku setiap bulannya". 

Sana melepaskan name tag dilehernya kemudian menyerahkan pada Ibu Ranti, "Sebelumnya mohon maaf untuk beberapa hari ini saya tidak masuk kerja bu, saya keluar dari pekerjaan saya". Ucap Sana sembari menunduk hormat pada atasnya.

Sana kembali mengalihkan padangannya pada Ajeng, "Oh iya, liat kamu kayak gini-" ucap sana sembari menatap Ajeng dari atas hingga bawah "Kayaknya kamu gak akan bisa muasin Raden diranjang." Ucap Sana berbisik tepat ditelinga Ajeng. Cewek itu dibuat kaget dengan ucapan Sana.

Sana tersenyum miring kemudian berjalan meninggalkan ruangan. Meninggalkan Ajeng dengan wajah memerahnya menahan marah. Jadi selama ini hubungan Raden dan Sana sudah sejauh itu, begitu pikir Ajeng.

****
Papay 💕




Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang