Sudah tak terhitung berapa kali Raden mengusap wajahnya, ia mengurut pelan kepalanya. Kedua matanya memperhatikan nenek dan Ajeng yang kini tengah berada didapur apartemennya.
"Iya nduk, masmu itu paling suka kalo udah dimasakin soto buatan nenek". Ujar Leli, raden tak menampik ucapan neneknya. Tapi, kata-kata masmu membuat kepala raden kian bertambah berat, jika ada Sana sudah dapat dipastikan gadis itu akan mendengus sebal.
Kedua tangan Leli tengah sibuk menyiapkan berbagai rempah-rempah untuk dijadikan bumbu soto, sembari memberitahu takaran yang pas. Semantara Ajeng memperhatikan Leli dan sesekali melirik kearah Raden.
"Kamu harus belajar nduk, nantinya kamukan jadi istrinya raden tuh". Raden bingung harus dengan apa menjelaskan bahwa ia sama sekali tak berniat untuk menjadikan ajeng istrinya kelak, bukan karna Ajeng tidak cantik, wanita berdarah jawa itu cantik ditambah memang dia lemah lembut, ia menolak Ajeng karna memang murni ia tak tertarik dengan wanita itu.
" Injeh nek". Sudah dipastikan wajah Ajeng memerah menjawab ucapan Leli.
Senyuman Raden merekah melihat ponselnya menampilkan tampilan video call dari sana, wanita yang ini menjabat sebagai kekasihnya itu.
"Sayaaanggggg". Raden bangkit dari sofa dan berjalan kekamar.
"Raden, mau kemana le?". Tanya Leli
"Kamar nek". Tanpa mendengarkan jawaban Leli, Raden segera menutup pintu kamarnya.
"Siapa itu? Kamu punya simpenan ya?". Tanya Sana
"Nenek". Sana yang awalnya tiduran segera menegakan tubuhnya.
"Kok disitu nenek kamu, sama siapa?". Rutut Sana
"Main, ajeng". Jawab raden begitu singkat.
"Ngapain?". Ia begitu penasaran dengan kedatangan nenek Leli dan pengikut setianya.
"Gak tau, tapi mereka lagi masak". Sana mengangukan kepalanya, ia yakin ajeng dan nenek Leli kian gencar menjauhkan Sana dan Raden.
Setelah pulang kerja Sana dan Raden memutuskan untuk pulang ke apartemen masing-masing, berduaan dengan sana membuat 'kesehatan' Raden tidak baik.
"Oh, awas ya by kamu kesemsem sama si Ajeng, hilang masa depanmu". Raden tersenyum mendengar ucapan sana.
"Gimana hari ini?". Tanya raden
"Ih, aku sebal banget hari ini baby, masa nih pak Burhan nyuruh aku pindah selama seminggu ini dinasabah prioritas". Curhat Sana, pagi tadi dengan tergesa-gesa pak Burhan menyuruhnya untuk berganti posisi selama satu minggu dikarenakan Ratna, salah satu pegawai di tempatnya bekerja sedang mengajukan cuti dan mau tidak mau Sana menyetujui.
"Malah bagus dong gak capek".
"Bukan masalah itunya by, gini ya di nasabah prioritas itu orangnya nyebelin semua, banyak mau, pokoknya nyebelin deh". Dihari ini saja rasanya sana telah menimbun dosa karena terlalu sering ia mengumpat.
"Yaudah gak papa, cuma seminggukan". Sana mengganguk mendengar ucapan raden.
"Rasanya aku pengen peluk kamu by, kalo lagi cape gini". Sana tertawa melihat wajah raden yang terlihat salah tingkah, "lucu banget kamu".
"Eh, aku tadi beli lipstik baru dan kamu harus lihat". Sana mengambil lipcream Dior miliknya dari totebag dan mengoleskanya dibibir, kegiatan Sana tak luput dari perhatian Raden.
"Bagus gak?". Tanya Sana.
"Bagus"
Sana mendengus mendengar nada bicara Raden yang begitu datar, "Tadi ada dua shade yang aku sukai by, tapi belum gajian kalau mau beli dua". Ujar Sana mulai melancarkan aksinya.
"Besok beli ya". Senyum Sana merekah mendengarnya.
"ih kamu mah, gak mau ah. Tapi kalo kamu maksa ya aku bisa apa by". Raden tertawa mendengarnya dan mulailah Sana menceritakan hal-hal random yang ia lalui, dimulai dari majikan yang selingkuh dengan nanny hingga menikah, video viral dan tingkah teman-teman sekantornya.
"Mas dipanggil nenek, udah mateng sotonya". Ucap Ajeng dari luar kamar yang tentu saja masih bisa terdengar oleh sana walaupun samar.
"Tuh udah disuruh makan".
"Iya, aku tutup ya".
"Besok kamu harus cerita ya gimana sama nenek terus si Ajeng dan inget kamu gak boleh senyum lebar-lebar didepan ajeng, makin kesem sem lagi dia sama kamu nanti". Raden dan segala sifat dan sikap cueknya saja sudah membuat ajeng jatuh hati.
"Iya". Setelah panggilan tertutup Sana menghela nafas "kenapa waktu mau serius sama cowok malah banyak drama gini sih" ucapnya lirih.
"Karma nih kayaknya sering mainin laki-laki". Ucapnya.
Tak lama sebuah pesan singkat masuk
+62008569900
Sana, besok ada waktu?*******
Oke mari kita masuk ke konflik 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Digger And Me
ChickLitHidup serba ada, lulusan S2 bekerja disalah satu Bank ternama membuat Sanarinda Cavli widodo (24 tahun) menjadi wanita manja dan melihat semua laki laki dari uang dan tampang "gue cantik, kaya, sekolah tinggi. Masa iya mau cari calon suami yang pas...