Raden tersenyum menatap dirinya dipantulan cermin, baju yang dibelikan sana sangat pas dibadannya.
"ganteng banget". Sana berjalan kearah raden dengan salad buah dan jus wortel, untuknya dan raden.
Raden tersenyum, mereka kemudian duduk dikarpet berbulu dikamar sana sambil menonton tv. Sana menyuruh raden untuk menginap saja diapartemennya, karena diluar hujan deras dan sudah sangat malam, ia khawatir apalagi melihat raden yang terlihat kelelahan.
"tapi kamar cuma satu". Ujar sana, tidak mungkinkan mereka tidur satu ranjang.
"terus?"
"ya-ya gimana, kamu tidur dimana by?". Raden berdiri dari duduknya, berjalan kearah ranjang kemudian merebahakan dirinya disana.
Sana menyeritkan dahinya,"jangan bilang -"
"iya seranjang". Wajah sana memanas mendengar ucapan raden, malu. Dengan segera sana memalingkan wajahnya.
Raden tertawa,"sini tidur". Goda raden, sana menggelengkan kepalanya, tentu saja ia tidak mau tidur satu ranjang dengan raden, bagaimanapun mereka laki-laki dan wanita dewasa artinya tidak boleh tidur satu ranjang. Gak baik.
"gak mau, gak-gak boleh tidur satu kamar".
"kenapa? Cuma tidur, aku ngantuk banget". Raden menarik selimut hingga mencapai lehernya. Sana menatap laki-laki yang kini mulai terlelap, bisa-bisanya raden bersikap sesantai itu sedangkan sekarang jantung sana sudah berdetak tak menentu.
Apa ia tidur dikarpet saja? Sana menggelengkan kepalanya, diluar hujan dan suasana hari ini memang dingin sekali tidak mungkin ia akan tidur dikarpet.
Sana berjalan mendekati ranjang, menatap raden, sepertinya raden sudah tertidur.
"yaudah sana, gak apa apa. Cuma tidur". Sana merebahkan tubuhnya disamping raden, terpisah oleh dua guling yang ada ditengah-tengah mereka, sana menghadap kesamping menatap raden."kenapa dia terlihat santai sekali sih, apa jangan-jangan raden sudah terbiasa tidur bersama perempuan ya?". Ujar sana dalam hati, tidak salahkan berfikiran seperti itu, semua kemungkinan bisa terjadi.
Karena rasa kantuk yang mulai menyerang, tak lama kemudian sana ikut terlelap.
****
Pagi harinya sana terbangun dengan dia yang tengah memeluk seseorang, raden. Hampir saja sana memekik, astaga.Semalam ia yang menolak tapi sekarang sana yang memeluk laki-laki itu. Sana menggelengkan kepalanya. Ia kemudian perlahan bangkit dari ranjang untuk mandi dan membuat sarapan untuk mereka berdua.
Dua piring nasi goreng, satu cangkir kopi dan teh sudah siap dihapannya. Ia sekarang benar-benar seperti seoarang istri yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, astaga.
Ketika membuka pintu kamarnya, raden masih sama seperti tadi. Tidur.
"ganteng banget calon suami".sana terkikik geli. Ia mengambil ponselnya kemudian memfoto raden untuk pamer pada temannya nanti.
"bangun by". Sana mengusap surai rambut raden yang beraroma strowberry, sana tersenyum geli ternyata raden memakai sampo miliknya.
"astaga, bangun by udah siang". Raden menggeliat pelan, bukannya terbangun raden hanya mengubah posisi tidurnya dengan tangan yang mingkar dipinggang sana.
Sana terdiam, apa raden tidak tahu apa efek yang ditimbulkan karena ulahnya itu.
"b-bbangun by, dah jam delapan, gak kerja kamu". Raden mengeleng, diraihnya tangan sana kemudian diletakkan dirambutnya, sana yang mengerti maksut raden, ia kembali mengusap rambut hitam milik raden.
"serius gak kerja? Nanti telat loh". Ucap sana kembali, nanti kalo raden telat terus dipecat gimana? Jadi pengganguran dong, sana bergidik ngeri.
Raden menjawabnya dengan gelengan, kemudian terdengar suara handphone milik raden, dengan segera sana mengambilkannya, pak bakti. Siapa dia, pikir sana.
"halo..nanti siang jam 1...". Kemudian raden kembali tertidur. Sana menatap takjub laki-laki ini. Ia berjalan keluar, lebih baik membereskan rumah terlebih dahulukan, sembari menunggu raden terbangun.
Setelah selesai membereskan rumah sana kembali kekamar, ia menyeritkan dahinya, kemana raden. "by.. Kamu dimana?"
"kamar mandi, kayaknya diare deh". Raden menyempulkan kepalanya, keringat mulai membajiri dahinya.
"aku siapin obat ya, kamu mandi dulu". Raden menganguk saja, ia segera mandi dengan cepat. Rasanya tenaganya sudah habis sedari tadi harus bolak balik kekamar mandi.
Sana menyiapkan baju yang baru saja ia beli untuk raden, kemeja maroon dan celana hitam panjang, ia juga membeli ikat pinggang.
"by.. Cepet mandinya". Raden keluar dari kamar mandi dengan bathrobe pink milik sana. Sana terkekeh melihatnya, raden mendengus.
"gak ada handuk, ya udah aku makek ini". Sana mengaguk, memang benar handuk milik sana ia cuci kemarin.
"yaudah cepet makek bajunya, abis itu kita sarapan ya terus kamu minum obat".
"baju dari mana?"
"aku beli, pakek uang kamu". Cengir sana, raden menganguk saja, dasar wanita tudak mau rugi, pikir raden. Sana segera pergi dari kamar, mempersilahkan raden memakai baju.
💰💰💰💰💰
Terimakasih sudah membaca
Cerita saya
Luv u 💜26/3/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Digger And Me
ChickLitHidup serba ada, lulusan S2 bekerja disalah satu Bank ternama membuat Sanarinda Cavli widodo (24 tahun) menjadi wanita manja dan melihat semua laki laki dari uang dan tampang "gue cantik, kaya, sekolah tinggi. Masa iya mau cari calon suami yang pas...