GDM 42

8.8K 740 104
                                    

Raden mengusap wajahnya kasar. Hari ini tubuh dan jiwanya seakan berjalan beriringan, lelah, capek menjadi satu. Pikirannya bercabang, dipenuhi olah para wanita dari keluarganya dan wanitanya.

Tangan Raden terulur untuk menekan bel, kegiatan ini sudah berjalan selitar lima belas menit yang lalu. Selama itu juga yang punya rumah tak membukakan pintu sama sekali. Kakinya pegal sekali, sejak turun dari mobil Raden memilih berjalan menuju rumah ini.

Tak berapa lama terdengar suara pecahan kaca dan ringisan dari dalam rumah, setelah itu pintu jati dengan ukiran yang terlihat apik terbuka lebar. Sang pemilik rumah mengerutkan dahinya. Wajah bangun tidur terlihat jelas sekali.

"Loh, Raden?"

Raden mendengus, tanpa menghiraukan sang pemilik rumah Ia berjalan masuk dan mendudukan dirinya di sofa. Kedua tangannya memijat lutut.

"Tumben malem-malem kluyuran?" Lanjut Prabu, teman sekaligus saudara jauh Raden.

"Hm"

"Lagi ada masalah apa? Kusut banget tuh muka---aduhh-mati aku, cermin bini gue." Ucap Prabu seakan tersadar benda kesayangan sang istri sudah rusak berkeping-keping.

Raden menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya yang tengah mendramatisir keadaan.

"Beli lagikan gampang." Ucap Raden

"Iya juga" senyum terbit dibibirnya, "Jadi kenapa?" Lanjut Prabu sembari mengambil duduk dekat dengan Raden.

"Gue dijodohin"

"Ck--udah terima aja, gue sama Ratih juga dijodohin dulu, sekarang udah mau punya buntut satu." Ucap Prabu memberikan semangat.

"Masalahnya gue udah ada cewek." Prabu yang mendengar ucapan Raden terkejut, tak percaya kalau temannya mempunyai kekasih. Tawa keluar dari bibir Prabu.

"Jangan ngada-ngada lo, cewe mana yang khilaf sampe mau paca--" Raden mengansurkan ponsel miliknya yang terdapat foto selfie dirinya dan Sana, "widih, bukan maen, pantes aja nolak orang bening gini. Pinter juga lo cari cewek." Raden mendengus mendengar ucapan temannya.

"Ok-ok masalah serius ini, kalau gue dulu sama-sama gak ada pacar jadi gas aja. kawin lari aja den." Ucap Prabu memberikan usulan.

"Gak semudah itu"

"Mudah, tinggal lo aja cewek ini pergi terus nikah kalian berdua. Duit lo banyak Den jangan kayak orang susah." Raden mengusap wajahnya, kepalanya makin pusing mendengar penuturan Prabu.

"Telat dikit bisa digondol sama orang ini cewek lo." Dalam hati Raden membenarkan ucapan Prabu. Sana mempunyai daya tarik tersendiri selain karna wajahnya yang cantik tetapi kepribadian perempuan itu juga sangat menarik.

"Disini yang gak setuju nenek doang atau orang tua lo juga?" Tanya Prabu.

"Dua-duanya" Prabu mengangguk paham.

"Bingung gue, ngopi dulu." Ajak Prabu sembari bangkit dari duduknya membuatkan dua gelas kopi untuk dirinya dan Raden. Tak lama Ia kembali membawa dua gelas kopi mengepul.

"Lo harus cepet Den, gue yakin lama-lama cewek lo yang malah pergi menjauh." Raden menghentikan kegiatannya yang tengah meminum kopi, "jangan nyesel nanti kalau ditinggal nikah duluan sama cewek lo Den, cewek kalau lagi marah nge--eh-eh mau kemana lo." Teriak Prabu melihat temannya yang berlari keluar, tak lama Raden kembali masuk kedalam Rumah.

"Kunci, minjem motor." Ucapnya sembari mengambil kunci motor milik Prabu.

"Bocah edan" Prabu menggelengkan kepalanya, hari ini Ia baru tau sosok lain dari temannya, "orang kalau lagi jatuh cinta serem." Lanjutnya.

"Astaga, cermin"

Raden menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju apartemen Sana. Sesekali Raden mendapat teriakan umpatan dari pengendara jalan lain.

"Ini orang gak pernah ganti oli motor apa gimana sih." Gerutu Raden.

Setelah memarkirkan motor, Ia berlari menuju lift. Bahkan kini lift terlihat berjalan lambat sekali menuju atas.

Raden membuka pintu. Tubuhnya mematung melihat Sana dan Seorang laki-laki tengah duduk bersama dan tertawa. Ketakutan Raden apakah benar terjadi. Sana sudah punya penggantinya.

****
Papay 💕

Iya tau ini pendek! Mingdep aku update lagi yaaa, mohon diingatkan 😭




Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang