GDM 34

8K 573 63
                                    

Tak hanya menghadapi Sang Ibu tiri, Sana yang baru saja duduk dengan sepiring nasi beserta capcay, potongan kambing guling dan sate yang akan Ia santap, sudah diganggu dengan kedatangan Tante Sonia.

"Sana, kamu datang juga ternyata". Ujar Tante Sonia diiringi dengan kikikan. Tante Sonia tak datang seorang diri. Ia bersama anaknya, Erlina. Gadis berumur 22 Tahun, yang kata Tante Sonia baru saja lulus satu bulan yang lalu.

"Iya dong Tante, Erli apa kabar?". Tanya Sana dengan Nada yang diramah-ramahkan. Semoga senyum palsunya tak terlalu kentara.

"Baik". Dih, Sana ingin meludahi wajah songong sepupunya. Tapi dia harus bersabar.

"Mana gandenganya Na? Kamu bisanya bohong aja ih". Tante Sonia sudah duduk disamping Sana, diikuti oleh Erlina yang duduk disamping Mamanya.

"Siapa yang bohong tan, itu lagi ngambil jajanan". Sana memang menyuruh kekasihnya untuk mengambil jajanan pasar, yang tersedia disana. Sayang banget kalo gak dicicip satu-satu. Sana sudah amplop lumayan banyak.

Raden tengah berbincang dengan entahlah siapa, dua orang Bapak-bapak. Raden juga banyak mengenal orang yang ada disini. Malahan hampir semua orang disini menyapa Raden. Sana harus menanyakan nanti ketika sampai apartement.

"Yang mana Na? Yang botak ya? Aduh, kok gantengan Om kamu sih Na". Sana memutar bola mata jengah, dipaksakanya kembali senyum manis dibibirnya.

"Bukan Tante, itu yang pakek batik". Raden berjalan kemeja Sana, "By, kenalin ini Tante Sonia, Tante aku yang paling Cantik. Tante kenalin ini Raden, pacarnya aku". Soal menjilat emang Sana jagonya. Tante Sonia tersenyum lebar sekali.

"Kamu beneran pacarnya Sana? atau temen Sana yang dimintai tolong ya buat jadi pacar bohongan". Lagi-lagi Tante Sonia terkikik. Raden tersenyum.

"Kami beneran pacaran tante". Ucap Raden begitu sopan.

"Kok mau sih sama Sana? Eh, wajahmu kayak gak asing loh". Raden menjawabnya dengan senyuman.

Erlina yang sedari tadi diam, tiba-tiba mengulurkan tangannya, "Halo, aku Erlina, sepupunya kak Sana". Raden membalas uluran tangan Erlina. Gak biasanya, Erlina bersikap seramah ini dan apa tadi? Kak? Ini kali pertama Erlina memanggilnya dengan embel-embel. Pasti karna ada Raden.

Tau cowok ganteng juga dia.

Raden melepaskan jabatan tangannya lebih dulu, Sana melirik kearah Erlina yang masih setia menatap Raden dengan Senyuman diwajahnya. Sialan.

Kesem-sem kan lo!

"Ini pesanan kamu". Sana mengangguk.

"Makan tante, tante udah makan belum?". Tanya Sana mulai menyantap hidangan didepannya.

"Udah. Kamu cewek loh Na, makannya dijaga". Sana menjawabnya dengan senyuman.

"Awas loh kak, nanti kalo makannya gak dijaga terus badannya jadi lebar. Nanti pacar kakak kabur deh". Wah, benar kata pepatah. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"By, kalo aku gendut kamu ninggalin aku?". Tanya Sana. Raden tersenyum, tanganya terulur untuk mengusap sisa makanan dibibir kekasihnya. Semua perlakuan itu tak lepas dari dua manusia yang duduk dihadapannya. Erlina mendengus tak suka.

"Enggak". Ucap Raden terdengar begitu lembut ditelinga Sana. Manis sekali pacarnya malam ini.

"Kalau masih pacaran mah kayak gini ya, pahit rasanya manis, nanti kalau lama-lama juga bakalan bosenan". Ucap tante Sonia diiringi tawa yang menggangu telinga Sana.

"Kayak cintanya om ke tante ya, haha, Bercanda tante". Sana ikut terkikik seperti yang tante Sonia lakukan tadi. Wajah tante Sonia sudah kecut sekali.

Tante Sonia berdehem, "Tante duluan ya, kamu harus sabar-sabar ya menghadapi tingkah Sana". Ujar tante Sonia kemudian meninggalkan meja, diiringi Erlina yang sedari tadi masih setia menatap Raden.

"Sialan, awas aja dua ib--".

"Ssttt, biarin. Gak usah didengerin". Sana menurut, lebih baik ia makan dan pergi dari sini. Jiwa dan raganya sudah tidak kuat lagi berlama-lama dipesta ini.

"Gimana respon kamu by?". Kedua alis Raden menukik, "Liat keluargaku". Lanjut Sana menjelaskan.

"Gak gimana-gimana". Balas Raden, Sana sudah menduganya. Respon Raden datar seperti biasanya.

"Capek banget ngomong sama kamu, bantuin habisin by. Habis ini kita pulang aja". Raden mengangguk. Mengambil alih piring Sana.

Sementara Sana mencicipi jajanan yang dibawakan Raden, "Nanti ya, kalau kita jadi nikah ak--".

"Pasti jadi". Potong Raden, Sana tersenyum mendengarnya dan mengamini dalam hati.

"Kalau kita nikah, aku mau makananya yang elit, terus nikahnya di rooftop hotel bintang lima, pokoknya aku mau yang modern". Raden mengangguk menyetujui.

Sementara disisi lain.

"Yah, apa gak sebaiknya yang nikah duluan gissel aja ya". Ucap ibu tiri Sana, sedari tadi mereka melihat kedua pasangan itu dari kejauhan.

"Gak masalah, kalau gissel udah ada calonnya". Balas Ayah Sana.

"Ya, tinggal kita minta Sana buat lepasin Raden, terus Gissel sama Raden. Kalau aku liat mereka gak cocok yah". Ayah Sana terkejut mendengar penuturan sang Istri.

"Iya yah, betul kata mama". Ayah Sana terdiam, "Aku sama Sana tua aku yah, jadi lebih baik aku duluankan yang nikah". Hening

****
Papay 💕

Hari ini banyak berita mengejutkan disosmed, Semoga hal itu gak terjadi sama kita semua 💜

Gold Digger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang