Episode 27 : Sadness and Anger

202 28 6
                                    

You must erase your memories of me, I'm poison
I know I can't take it no more
Even though I couldn't get past this, love me as I am
The way I love, the way I love

Seventeen (Fear)

***

Gong Tae melewati garis kuning "Do Not Cross" di depan rumah sakit Gangnam. Arus lalu lintas telah dialihkan sehingga tidak ada kendaraan yang bisa lewat

Genangan darah terlihat masih segar di atas trotoar jalan. Terdapat jejak darah berpola sepatu wanita. Dugaan Gong Tae itu adalah milik Dita.

Bukti itu telah ditandai sebagai milik korban dan milik saksi. Gong Tae berbalik ke belakang dan menghampiri sang rekan kerja yang sedang mengamati pola ban sang pelaku.

"Daewoo Espero 1996," ucap sang rekan mengetahui kedatangan Gong Tae.

"CCTV?" tanya Gong Tae memastikan sumber kesimpulan sang rekan.

"Iya tapi tidak ada video penembakan. Sang pelaku menembak pada titik buta."

Gong Tae mengangguk. Jihoon masih belum sadarkan diri. Akan tetapi peluru sudah berhasil diangkat. Sesuai dugaan sang pelaku sepertinya memakai Glock.

"Proyektil?"

Gong Tae menepuk-nepuk tas kotak plastik yang talinya dia sampirkan ke bahu.

"Bagus. Kita bisa mulai mencari. Dugaan itu ilegal tapi ...." Sang rekan bangkit dari posisi jongkoknya. Kakinya terasa sedikit kesemutan. Usia sangat terasa dalam pekerjaan ini.
"Tak banyak penjual senjata di Korea. Hal itu bisa dicari."

Gong Tae mengangguk samar.

"Kau belum berkata apapun sejak tadi," ucap sang rekan curiga. "Aku tahu kau kenal wanita yang bersama korban." Sang rekan melipat tangannya di dada, memperhatikan Gong Tae dengan seksama.
"Ada dugaan pelaku dan motif?"

Gong Tae menghembuskan nafas. "Aku belum bisa bicara apapun."

Gong Tae sangat ahli dalam membuat wajah datar. Sang rekan tidak dapat menebak isi otak Gong Tae.

"Baiklah. Mohon undur diri untuk menyerahkan kotak ini ke lab. Dan aku tak akan kembali. Aku punya dugaan kemana mobil Daewoo itu dibuang." Gong Tae berbalik menuju mobil yang dia parkirkan tak jauh dari TKP.

"Buang mobil?!"

Gong Tae berbalik. Sepertinya sang rekan ingin mengatakan suatu hipotesa.
"Apa kau tak berpikir bahwa dia akan membuang platnya dan merubah warna cat?

Gong Tae mengangguk samar kembali. "Bisa jadi. Tetapi aku akan mengikuti instingku. Kupikir sang pelaku tidak punya waktu dan keahlian sebanyak itu." Gong Tae kembali berbalik melanjutkan perjalanan ke tempat mobilnya diparkirkan.

Mengerucutkan bibirnya, sang rekan melanjutkan menggambar perkiraan pola mobil pelaku lalu berpikir untuk makan di restoran di sekitar Gangnam.

Gong Tae meletakkan kotak plastik itu di kursi samping lalu menutup pintu mobilnya.

Menaruh tangannya di stir. Pikiran Gong Tae kembali ke dalam rumah sakit.

"Kami ingin berbicara tentang perceraian."

Di kursi tunggu rumah sakit itu. Wajah Dita tertunduk. Gong Tae tahu dia tidak sepenuhnya jujur.

"Apa kau melihat pelakunya?"

Dita menggeleng.

Iya tentu tidak. Jihoon menutupi pandangan Dita, ditambah jarak yang cukup jauh. Menurut saksi tak ada suara yang terdengar. Cuma seseorang yang tiba-tiba tertembak di bagian punggung. Jelas memakai peredam.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang