Episode 29 : A Family

234 31 3
                                    

Sebuah kantong mayat berwarna kuning tergelar di hadapan Gong Tae. Heon di sisi kanan mengapit lengannya kuat-kuat. Menempel erat pada dirinya. Raut wajahnya sangat cemas. Sang rekan bergerak menuju kanan Heon, lalu bergerak ke kiri Gong Tae mencari sudut pandang yang tepat.

Suhu di dalam kamar mayat cukup dingin walau tidak sedingin di luar sana. Kabut uang air keluar dari hidung dan mulut keempat orang itu.

Salah satunya adalah dokter autopsi yang sudah memegang ujung resleting kantong.

"Sudah siap?"

Gong Tae dan Heon mengangguk. Heon makin merapatkan dirinya ke Gong Tae. Tangannya yang dingin menggenggam erat tangannya.

Dokter segera menurunkan resleting. Memperlihatkan wajah Meredith yang mulai menggelap karena darah yang membeku.

Heol memalingkan wajahnya segera setelah melihatnya. Menempelkan erat wajahnya pada lengan jaket Gong Tae. Matanya basah.

"Heon ... Benar ini Meredith?" tanya Gong Tae dengan lembut.

Heon mengangguk cepat dan mulai terisak.

"Betul." Gong Tae yang menjawabkan pertanyaan itu untuk Heon.

"Penyebab kematian? Luka cekik?" Gong Tae langsung menebak tanpa ragu. Sang rekan yang bergerak ke sisi dokter otopsi mengangguk-angguk. Entah setuju atau tidak.

"Betul." Dokter lalu menunjuk garis lebam di bagian leher jenazah Meredith. "Diperkirakan memakai benda yang keras seperti kalung karena bekas jeratannya jelas dan tidak samar seperti kain."

Gong Tae langsung mengambil smartphone-nya dan mengambil gambar.

"Kondisi jenazah masih bagus dan segar. Walau kaku karena tertumpuk salju. Diperkirakan waktu kematian hanya berlangsung sehari. Tapi ada luka lain yang dibuat setelah kematiannya." Sang Dokter menurunkan resleting lebih ke bawah.

Gong Tae sampai menurunkan smartphone-nya shock dengan apa yang dia lihat.

Heon bergetar, menangis tersedu-sedu kemudian langsung bergegas keluar dari kamar mayat.

Sang rekan, Wu Jin yang sedari tadi mengintip mulai merasa mual. Membalik tubuhnya dengan wajah pucat.

"Seluruh organ reproduksinya diambil," kata sang Doktor menunjukkan daerah vagina, rahim yang hilang dan usus yang sebagian terlihat.

"Apakah ada tanda kekerasan seksual?" tanya Gong Tae mendapatkan kekuatan kembali untuk mengambil foto dengan smartphone-nya.

"Tidak ada luka lebam di luar organ reproduksi. Tidak ditemukan pula obat bius atau semacamnya pada darah. Sulit diputuskan. Akan tetapi kemungkinan sang korban berhubungan seksual dahulu dengan pembunuhnya. Lalu ini dilakukan untuk menghapuskan bukti."

Gong Tae tercengang dengan hipotesa dari sang dokter, tak menyangka pembunuh akan terbunuh lebih sadis dari orang yang dia coba bunuh.

"Baiklah dokter saya butuh keterangan hasil autopsi dari bapak," ucap Gong Tae sembari memasukkan smartphone-nya ke dalam kantong.

"Akan segera saya kirimkan melalui email," jawab sang dokter menutup resleting kantong mayat sampai tertutup seluruhnya.

Gong Tae berbalik dan menepuk punggung Wu Jin mengajaknya keluar. "Aku pikir kau seorang polisi," sindirnya sambil tersenyum tipis.

"YA! Aku sudah pernah melihat mayat sebelumnya tapi ini berbeda!" Wu Jin membela diri.

Di luar kamar mayat Gong Tae melihat Heon duduk di lorong. Tangannya berkonsentrasi pada smartphone. Mencoba menghubungi seseorang.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang