Episode 55 : Losing

75 17 3
                                    

Pretty Please melihat keluar dengan tegang dibalik jendela mobil Van mereka yang gelap. Mobil telah berhenti di jalan depan stasiun TV yang diapit oleh orang-orang yang telah bersiap dengan kamera dan smartphone mereka. Selain itu ada juga yang membawa spanduk dukungan.

Ara segera mengambil tangan Gi dan menggenggamnya kuat.

"Tegang?" tanya Gi sambil tersenyum.

Ara mengangguk dengan imut. Imut yang bukan dibuat-buat. Dia benar-benar imut. Gi mengakui, darah Eropanya-lah yang membuat wajahnya sangat cantik.

"Sudah siap ya?" Dita bertanya. Dia duduk di sebelah sopir. Melihat ke arah cermin tengah. Dita belum tidur sama sekali. Tapi melihat ramainya manusia yang akan melihat para gadisnya. Dita yakin dia tidak akan mengantuk.

"IYA!" Para gadis menjawab lantang. Stylist dan make up artist sudah terlebih dahulu masuk ke stasiun TV tersebut. Melihat lokasi ruang persiapan sambil membawa seabrek kebutuhan.

Dita segera turun dan membuka pintu geser. Lampu Blitz sudah mulai menerpa mereka saat di pagar masuk. Sesampainya ke tengah, mereka berbaris lalu membungkuk kemudian kembali berdiri.

"Annyeonghaseyo! Pretty Please imnida!" Memberikan gesture melengkung garis senyum dengan kedua jari. Salam khas mereka.

"CHOON HE!" Terdengar suara bass pria berteriak. Mereka sampai menengok saking kerasnya. "BYEOL!" Menyusul suara wanita.
Mata Pretty Please melebar lalu tersenyum. Mereka memiliki fans! Byeol melirik ke arah Choon He tak percaya. Choon He mengangguk. Perjuangan mereka terbayarkan.

Kemudian terdengar teriakan dari wartawan. "Pretty Please kemari!" Mereka melambaikan tangan, memberikan gesture cinta, menyatukan jari telunjuk dan jempolnya.

"Ara! Nengok kesini."
"Gi!"

Ara dan Gi tersenyum. Walau mereka belum mempunyai fans Korea. Setidaknya wartawan sudah mengenal mereka. Twitter mereka ramai dengan para fans Philipina dan Vietnam. Berdua adalah kebanggaan negara mereka masing-masing.

Cuaca sudah mulai hangat. Mereka memakai jaket sampai betis hanya untuk menutupi kostum dibaliknya.
"Pretty Please fighting!" Suara bass para fanboy mulai bersautan.

Dita kemudian memberitahu Choon He agar sesi foto disudahi, sehingga mereka akhirnya bisa lanjut masuk ke dalam gedung Stasiun TV.

Saat mereka mulai memasuki lobby lift. Seorang dari barisan wartawan bergerak cepat menembus kumpulan manusia untuk menemui Dita.
"Permisi ibu manager, saya ingin mengadakan interview."

"Oh baik. Bapak dari mana? Bisa minta kartu namanya. Nanti saya atur jadwalnya."

"Bukan kepada Pretty Please. Tapi kepada ibu manager."

Ekspresi Dita berubah, dahinya berkerut kaget. "Maaf tidak bisa." Dita menegaskan. Lalu setengah berlari menyusul Pretty Please. Jantung Dita berdetak tak beraturan.

***

Kostum mereka terlihat berkerlap-kerlip di kegelapan backstage. Mereka memakai dress terusan selutut khas flapper girls tahun 1920.

Choon He memakai dress emas. Byeol putih. Ara merah. Dan Gi hitam.
Sebelumnya mereka sudah melakukan rehearsal terlebih dahulu dengan nomor dipasang di tubuh mereka. Suara sorakan fanboy dan fangirl memberi mereka semangat. Byeol sempat hampir menangis melihat penonton mereka sebanyak itu.

Akhirnya pertunjukkan pun tiba. Lampu menyala. Menara Eiffel buatan dari lampu LED bergemerlapan dipasang sebagai backdrop. Dekorasi panggung sungguh cantik dan atraktif. Perusahaan benar-benar niat untuk mempromosikan mereka. Cita-cita mereka yang selanjutnya menjadi kenyataan, melakukan performance di hadapan para fans.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang