Episode 9 : The Social Media

329 37 27
                                    

I'm gonna fight 'em all
A seven nation army couldn't hold me back
They're gonna rip it off
Taking their time right behind my back
And I'm talking to myself at night
Because I can't forget
Back and forth through my mind
Behind a cigarette

The White Stripes
(Seven Nations Army)

***

Rumah itu terlihat buruk. Seperti tidak ada yang tinggal di dalamnya. Semak dibiarkan meninggi. Jalan setapak dari pagar menuju teras dibiarkan berlumut, begitu pula dengan pagarnya yang dari batu alam. Keramik lantai teras juga sudah menguning seperti tidak pernah dipel sekian lama. Satu lembar triplek plafon jatuh menggantung seperti luka menganga karena kebocoran atap teras yang tidak diperbaiki. Tanda kehidupan yang terlihat hanyalah sepasang sandal di atas keset depan pintu utama.

Kakak Mina sudah sampai sejauh ini. Tak ada alasan lagi baginya untuk mundur. Aplikasi translasinya sudah dia siapkan di smartphone. Dia akan mengucapkan kata ini dengan keras.

"PERMISHI!!"

Dia ulang kata itu sebanyak 3 kali. Akan tetapi belum ada orang yang keluar.

"PAK NYOMAN! SELAMAT PAGI!!"

Dia tidak tahu apakah itu kata yang tepat. Yang terpenting adalah orang dalam rumah bisa menampakkan diri di hadapannya.
Harapan itu akhirnya jadi terjawab. Sesosok manusia dengan jenggot dan kumis yang mulai memutih, rambut gondrong, dengan kaos putih kekuningan dan sarung. Mulai berjalan ke arah pagar.

"Anda cari saya?" Tatapannya kepada kakak Mina terlihat sangat mengintimidasi dari balik pagar.

Tidak mengerti dengan apa yang Pak Nyoman katakan, kakak Mina langsung mengetikkan sesuatu di aplikasi translasi di ponselnya lalu menekan tombol speaker.

"Apakah Kadita Prameswari ada di rumah?"

Pak Nyoman termenung agak lama mendengar pertanyaan itu. Tak lama kemudian dia membukakan grendel pintu pagar dan berdiri di sampingnya tanpa berkata apapun.

Dengan agak ragu kakak Mina masuk. Aroma busuk tanaman yang tidak pernah dicabut mulai tercium.
Tidak masalah bagi dirinya karena dia sudah terbiasa mengurus kandang ayam.

Setelah menutup pintu pagar, Pak Nyoman menuntun kakak Mina ke ruang tamu. Pandangannya langsung mengarah foto-foto gadis cantik dengan senyum ceria dengan banyak piala di samping dan atasnya. Beberapa memakai pakaian adat Bali. Ada yang merupakan foto bertiga, gadis itu, orang yang sepertinya Pak Nyoman dan seorang laki-laki muda.

Ini pasti tunangan gadis itu. Akan tetapi seharusnya ada foto seorang lagi.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling, dia tidak menemukan sosok itu. Yang dia temukan adalah foto seseorang yang sepertinya mendiang istri Pak Nyoman dengan seorang gadis kecil yang sepertinya Kadita. Kakak Mina mulai mengetikkan sesuatu di aplikasinya lalu menekan tombol speaker.
"Maaf bapak. Dimanakah istri bapak?"

Pak Nyoman memandang aneh kakak Mina. Dia agak kaget dengan pertanyaan frontal yang langsung diajukan kepada dirinya. Pria di hadapannya ini sepertinya sudah mendapatkan beberapa informasi tentang dirinya.

Melihat gelagat kurang bersahabat dari Pak Nyoman.  Kakak Mina langsung mengetikkan sesuatu di aplikasi. Ketikan itu agak panjang.
"Pak Nyoman nama saya adalah Sun Woo. Saya tahu tragedi yang menimpa anak bapak dari adik saya, Mina.
Ketahuilah pak, anak bapak dan adik saya bernasib sama."

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang