Episode 1 - The Coffee Shop

2.6K 88 22
                                    

Stop smiling, you know you are so annoying
Your chicks, your lips, your hips are little tempting
If she really finds out I'll be dead man walkin'

Ardhito Pramono
(Here We Go Again)

*****

Gayatri mengerjapkan matanya perlahan ketika menyadari bahwa hari sudah terang-benderang. Sekejap kemudian, dia sudah melompat dari tempat tidurnya. Gayatri bergegas ke dapur dan saat itu juga dia mendapati anak tirinya tengah menyeduh teh.

"Dita! Mesodan!*" teriak Gayatri mengecek rutinitas yang harus dilakukan keluarganya tiap pagi.

"Sudah!" Dita balas berteriak.

"Sarapan?" tanya Gayatri, tangannya membuka tudung saji yang berada di atas permukaan meja makan.

"Sudah juga."

"Ayahmu?" Gayatri kembali bertanya.

"Sudah. Lagi di depan." jawab Dita secara casual.

Tak lama kemudian, dari luar rumah, keduanya dapat mendengar dengan jelas deru mesin kendaraan diikuti klakson motor yang memekakan telinga.

Dita menarik sudut bibirnya, jelas mengetahui siapa sosok yang menunggunya di halaman. "Wah, udah sampai." Dia berkata sembari mengerling ke arah jam di dinding.

"Hari ini aku ada Yoga Class ya." Tanpa banyak bicara, Dita menyambar tas ranselnya lalu berlari ke bagian depan rumah.

"Pulang kapan?!" teriak Gayatri.

"Mungkin langsung pulang tapi gak tahu! Oh ya dah ada ayam di kulkas tinggal goreng buat siang kalau ayah laper!" teriak Dita yang sejak awal memang sudah merencanakan untuk membuat sesuatu yang dia bisa.

Mendengar ucapan Dita, Gayatri merasa lega. Tentu saja karena dirinya tidak perlu susah-susah memotong dan membuat bumbu untuk makan siang nantinya.

"Siang, Yah!" sapa Dita kepada Pak Nyoman, ayahnya, yang sedang menyiram tanaman. Dia melangkah mendekat, mencium punggung tangan Pak Nyoman penuh kesopanan.

Tak lama kemudian Dita muncul dan mencium telapak tangan ayahnya.

"Mengapa tidak kamu memanggil Gayatri Mama? Dika saja sudah panggil bapak Ayah," Pak Nyoman bertanya.

Dika tersenyum lebar mendengar sindiran Pak Nyoman kepada Dita.

"Aku dan Gayatri cuma beda 10 tahun. Lagi pula Gayatri juga nggak mau dipanggil mama, 'kan," ujar Dita mencoba membela diri.

"Hmph.. Ya udah tapi kalo kalian nanti punya anak. Jangan sampai bapak denger anak kalian manggil kalian berdua pakai nama doang. Kaya bule-bule itu," tukas Pak Nyoman kesal.

Sayangnya kekesalan Pak Nyoman hanya dihadiahi sebuah tawa oleh Dika.

"Ya gak mungkin, lah, Yah. Udah aku pergi dulu ya. Ada Class." Dita pamit, lalu bergegas menaiki jok belakang motor Dika.

"Pergi dulu, Yah," ujar Dika setelah memastikan Dita sudah berada di posisinya yang nyaman dan aman.

"Yak hati-hati," kata Pak Nyoman, membiarkan kedua muda-mudi itu berlalu kemudian menghilang dari pandangannya karena motor milik Dika sudah terlalu jauh untuk diperhatikan.

Kampung Dita tempat dilahirkan memang terkenal bersih dan indah. Penduduknya gemar memelihara tanaman dan merawatnya dengan baik. Ayah Dita dan Pecalang setempat secara berkala membersihkan selokan dan saluran air. Sehingga air di dalamnya menjadi sangat jernih dan ikan pun nyaman di dalamnya.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang