Episode 30 : Small Room

185 26 8
                                    

Bo Hyun menggerak-gerakan jemarinya. Untuk pertama kalinya dia  tidak percaya diri saat berada di restoran samgyeopsal (daging perut babi yang dipanggang sendiri ala Hanamasa) dan tidak memesan makanan dulu. Bo Hyun beralasan sedang menunggu teman. Dan memang dia sedang menunggu Kyungsoo.

Bo Hyun ingin menemuinya di apartemen akan tetapi dilarang oleh Kyungsoo karena ada ayahnya. Tempat pertemuan itu juga dipilihkan oleh Kyungsoo.

Bo Hyun sedang memerlukan bantuan maka dia akan menurut saja.  Perutnya sedari tadi berbunyi. Tapi dia meyakinkan dirinya untuk tidak memesan, mengingat Shin Ah yang juga belum makan dengan layak pagi ini.

"Maaf terlambat," Kyungsoo mencopot mantelnya dan menyampirkannya ke kursi panjang.

Bo Hyun ikut berdiri dengan senyuman tak enak hati.

"Hei hei ... Kau duduk saja Bo Hyun. Buat apa kau berdiri," suruh Kyungsoo sambil mengibaskan tangannya.

Setelah duduk, Kyungsoo menunjuk meja makannya pada karyawan yang sedari tadi sudah berdiri bersiap melayani.

Suasana di restoran tersebut belum begitu ramai karena memang belum jam makan siang. Jadi dengan sigap,
pelayan segera datang dengan troli dorong ke meja Kyungsoo. Di raknya terdapat setumpuk perut babi mentah, saus dan berpiring-piring side dish seperti kimchi, asinan buah, wasabi, dan berbagai sayuran.

Bo Hyun menelan ludah saat melihat piring-piring itu diletakkan mengelilingi panggangan bulat di tengahnya. Pelayan memutar kenop dan menunggu panggangan itu panas.

Menunggu pelayan meletakkan daging-daging itu diletakkan di atas panggangan. Kyungsoo pergi menuju lemari pendingin, berniat mengambil Soju dingin.

"Eh. Soju atau bir?" Kyungsoo menanyakan keinginan Bo Hyun terlebih dahulu.

"Apa saja boleh." Bo Hyun tersenyum tak enak hati lagi. Bau perut babi yang wangi sudah mulai tercium. Pelayan mengoleskan sausnya pada daging yang mendesis itu.

Kyungsoo menaruh 4 botol Soju di atas meja. Perasaan mawas diri berbunyi di dalam kepala Bo Hyun. Dia tidak boleh pulang dalam keadaan mabuk. Dia akan minum satu botol saja.

"Silahkan." Pelayan meninggalkan penjepitnya di atas meja untuk dipakai dan kemudian mendorong troli kosong kembali ke dapur.

"Sekali lagi. Terima kasih banyak," ucap Bo Hyun sembari memandang jemarinya yang saling bertautan.

"Aku akan memesan lagi untuk dibawa pulang. Kuharap istrimu suka ..."

"Dia suka sekali. Terima kasih banyak." Untuk pertama kalinya, hatinya sakit karena ketidak berdayaan. Bahkan untuk memberi makan Shin Ah saja, dia mendapatkan bantuan. "Aku akan mengembalikan pinjaman itu segera—"

"Kau tak akan bisa," ucap Kyungsoo memotong perkataan Bo Hyun.

Memandang Kyunsoo terkejut, ucapan jujurnya menusuk jantungnya.

"Umurmu. Kompetensimu. Kau tahu di lubuk hatimu. Kau tidak bisa bersaing dengan para pencari kerja di luar sana."

Bo Hyun meremas jemarinya semakin erat. Wajahnya memerah. "Bisakah kau—"

"Aku tidak akan memberikannya secara gratis Bo Hyun."

Ketetapan kata Kyungsoo membuat Bo Hyun jatuh semakin dalam. Dia juga malu karena Kyungsoo bisa membaca pikirannya. Mulutnya membisu.

"Apa ada yang mengganggumu akhir-akhir ini?"

Dahi Bo Hyun berkerut, mulai mengangkat kepalanya, memandang Bo Hyun.

"Satu orang? Dua orang?"

Bo Hyun kaget berpikir bahwa apakah dia yang menyuruh dua orang penjahat yang mengancam jiwanya dan Shin Ah. Walau di lubuk hati dia tahu kalau itu tidak mungkin.
"Bagaimana kau tahu?" Pandangan Bo Hyun ke Kyungsoo mulai berubah menjadi rasa takut. "Apakah kau—"

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang