Episode 14 : The New Formation

223 26 0
                                    

We go hard till we get it get it
We go hard
We so in it in it
We POP/STARS
Only winning winning now
Ain't nobody bringing us
Down down down down

K/DA
(Pop/Stars)

***

"Kayaknya Hokaido Pie-nya bisa dikurangin besok Pak. Mungkin bisa dituker sama yang lebih light."

Penuturan Aryo tidak didengar oleh Jihoon. Pikiran Jihoon sepertinya melanglang entah kemana. Sedari kemarin Aryo melihat bosnya ini jarang berbicara dan kurang fokus.

Kalau sesama teman, Aryo bisa menegurnya dengan akrab. Akan tetapi kalau bos? Aryo masih bingung.
Aryo memutuskan untuk bertanya. Mungkin tidak akan jadi masalah karena pak 'William' adalah bos yang baik.

"Pak Will. Pak Will sakit?" Aryo menatap mata sang manager sampai dia menyadari kehadirannya.

"Ah ... Iya ..." Mata William mengerjap-ngerjap lalu menggosok telapak tangan di dahinya sendiri. Gesture ini sudah menandakan bahwa dia dalam kondisi yang tidak baik.

"Maaf pak saya cuma ngasih masukan. Bagaimana kalau Pak Will pulang aja? Disini kan ada Tono sama Dina. Nanti kalau Pak Edward datang nanti saya beritahu kalau Pak Will lagi sakit. Bagaimana pak?"
Aryo memberi saran sesopan mungkin.

Pak Edward adalah pemilik coffee shop.

William menghindari tatapan Aryo lalu menghembuskan nafas panjang. Aryo ada benarnya. Tidak ada guna bila dia bekerja dengan kondisi seperti ini.

"Kamu benar Yo. Saya izin istirahat dulu. Nanti biar saya yang izin sendiri dengan Pak Edward. Kamu take over ini ya. Saya serahkan keputusan di tanganmu," kata Jihoon memincingkan matanya. Terlihat pusing.

"Baik pak Will."

Aryo melihat William melepas apron-nya keluar menuju pintu.

Tono yang sedari tadi melihat dari jauh mendekati Aryo.

"Pak Will kenapa ya Yo?" tanya Tono.

"Mau dicerai bininya die."

"Innalillahi eh Ya Alloh. Tau darimana lo? " Tono kaget mendengar jawaban Aryo.

"Dari supirnya pak Edward. Katanya bini sama anaknya udah gak ada di rumah," jawab Aryo yang ternyata bocor juga kalau urusan gosip.

"Orang yang ganteng, baek kayak Pak Will aja disakitin bininya begitu. Apalagi kita yang kayak amplas rongsok begini," kata Tono sambil memandang kosong arah William pergi.

"Elu kali yang amplas rongsok." Aryo menyikut keras Tono, tersinggung.

"Ck ck ck. Mana emaknya lagi sakit ya," kata Tono masih berempati. Posisi tubuhnya masih agak membungkuk akibat perut yang disikut Aryo,  tangannya masih memegang shaker yang kosong.

"Iya. Kalau orang bilang good looking is previllage, belun tentu si Ton.

"Hooh." Tono mengangguk.

***

Memegang kemudi, Jihoon berkonsentrasi untuk berkendara. Tapi perkataan Sang Hyuk tetap melekat dalam kepalanya. Walaupun kejadian itu sudah beberapa hari yang lalu.

"Jangan mengelak Jihoon. Aku melihat bola matamu memutih saat kau berada di atasnya. Aku tahu itu sangat enak."

Jihoon berteriak keras frustasi. Kau sama saja Jihoon, kau sama saja. Kemudian membentur-benturkan kepalanya di kemudi mobil.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang