Episode 8 : Sparks Entertainment

367 41 9
                                    

"Kenapa dahinya diplester? ... Oh gak papa cuma kebentur." Gadis bergaun putih lengan panjang itu tersenyum setelah membacakan komentar di IG livenya.

"Kok suka pakai baju itu? Kulihat sudah pakai dua kali ... Eh iya ini pemberian ulang tahun dari kakak aku ..." jawabnya sendiri.

Setelah menekan tombol pause, titik waktu digeser lagi ke posisi semula. Lalu kursor ditekan di tengah layar, adegan itu terulang.

"Kok suka pakai baju itu? Kulihat sudah pakai dua kali ... Eh iya ini pemberian ulang tahun dari kakak aku ..."

Video itu sudah dia ulang dan ulang entah ke berapa kali. Tidak ada tujuan. Dia hanya ingin melihat sang adik tersayang di video terakhir yang sang adik buat sepanjang masa hidupnya.

Sedari kecil mereka hanya berdua. Mereka tak pernah mengingat sosok orang tua mereka. Mengingatnya juga mungkin tak sempat. Karena mereka sibuk bekerja di pasar untuk mengisi perut. Orang tua yang mereka tahu adalah para pedagang. Para pedagang yang memberi mereka keahlian memotong lobak, mengikat kepiting atau membersihkan jeroan pada ayam potong.

Walau demikian mereka tidak pernah diperlakukan semena-mena oleh para pedagang. Sampai mereka berdua beranjak remaja pun. Dirinya sendiri bahkan mendapat kesempatan dipekerjakan di kandang ayam besar. Sang pemilik tak hanya memberikan gaji berupa lembaran uang tapi juga sepasang ayam jantan dan betina yang sekarang keturunan-keturunannya menghasilkan ribuan telur bagi dirinya dan Mina.

Suatu saat Mina berkata ingin ikut audisi. Suatu hal yang sangat asing baginya yang tidak pernah melihat televisi atau media lainnya. Iya memang kehidupan seputar per-ayam-an itu mungkin sangat monoton bagi adiknya yang cantik.

Saat Mina menjadi trainee, dia selalu mengirimkan video saat dia bernyanyi atau latihan dance. Untuk itu dia membeli laptop dan memasang jaringan internet di rumahnya yang jauh dari ibukota. Disitu dia baru mengetahui bahwa suara adiknya itu benar-benar indah. Yang terindah di dunia. Mungkin pendapatnya keliru. Tapi dia tak perduli. Biarkan hanya itu yang ia tahu.

Saat Mina debut bersama 2 kawan trainee-nya, komunikasi itu terputus.
Pretty Please adalah bagian dari Mina sekarang. Identitas Mina. Dia awalnya tidak menyukai rok pendek atau celana pendek yang Mina kenakan di panggung. Tapi ya sudahlah, sepertinya Mina bahagia.

Jalan kepopuleran Mina dan kawannya tak mudah. Mereka sempat dituduh plagiasi. Kakak Mina tak mengerti apa artinya. Akan tetapi dia tetap membela di kolom komentar.

Setelah pindah agensi, popularitas Pretty Please meningkat. Semakin sering reality show dan interview yang ada di media. Mina selalu jujur bahwa dia bukan dari keluarga berada, dia hanya pembantu kakaknya yang peternak ayam. Reaksi di komentar-komentar tertulis positif. Dia lega akan hal itu.

Lalu sampai kepada foto-foto itu. Seorang pelanggan yang mula-mula kelihatan ragu memberanikan diri untuk menunjukkan suatu artikel. Artikel itu berisi foto-foto itu hanya berupa wajah yang diburamkan di bagian mata dengan luka di dahi dan pipi, lalu memar di pergelangan tangan, dan leher. Disebutkan juga memar pada paha atas dan pendarahan vagina. Di artikel itu disebutkan korban ini berinisial M dan dari grup PP.

Kemarahan membakar dirinya.

Dia terus dan terus mencoba menghubungi agensi Mina tapi selalu gagal. Sampai-sampai dia mengorbankan seluruh tabungannya untuk menyewa pengacara untuk menjadi penyambung lidah dan melaporkan segalanya tentang musibah yang menimpa sang adik.

Lalu suatu hari sang pengacara melaporkan kepadanya bahwa Mina telah menyebutkan suatu nama, Walikota Bong. Kejadiannya adalah saat Pretty Please mengisi acara di Ulsan. Walikota Bong menyergapnya saat di ruang ganti.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang