Chapter 3

601 34 4
                                    

Sebesar apapun rasa benci Gobar kepada El, ia tak akan sanggup membiarkan El gagal seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebesar apapun rasa benci Gobar kepada El, ia tak akan sanggup membiarkan El gagal seperti itu. Dan ia sadar akan dirinya yang tidak akan pernah bisa menyamai abangnya itu.

Hari ini

Anda

Gue aja yang berhenti
Bapak bilang, lo harapan satu-satunya dikeluarga kita. Dan gue gak mau patahin perjuangan Lo sama bapak, biar gue aja yang gantiin lu.

Makanya lu harus tetap kuliah. Soal biaya, gue bakal berusaha buat nyari duit. Gue bakal kerja apa aja asal lu gak berhenti.

Sebuah pesan Gobar kirimi lewat WhatsAppnya kepada El. Entah apa yang sudah ia putuskan tanpa memberitahu El terlebih dahulu.

***


"Kalo gue masih hidup, gue pasti ngabarin elu. Gue bakal usaha sebisa gue. Sahabat lama gue yang katanya sukses dijakarta. Katanya dia bakal nolongin gue. Semoga gue punya nasib baik yang bisa nyelesain masalah kita,"

Kata kata terakhir yang gobar balas sebelum mematikan daya handphonenya. Saat setelah menerima telepon dari el yang menyuruhnya untuk kembali.

"Bar. Hidup dikota itu gak semudah yang Lo bayangin. Gimana kalo terjadi sesuatu sama Lo? Pokoknya sekarang lu pulang!"

Ucapan El melintas di kepala Gobar. Kontan raganya terkejut. Netranya kembali terbuka lebar. Seperti sebuah sengatan listrik yang akhirnya membangunkan Gobar dari mimpinnya, yang sedang tertidur diatas sebuah kursi panjang yang begitu sunyi dan dingin. Tanpa alas dan penghangat.


Sejenak ia bangkit sembari menghembuskan nafasnya penuh penyesalan.

Seandainya ia mendengarkan ucapan El, mungkin ia tidak harus mengalami cobaan ini.

Gobar hampir gila sampai mengacak-acak rambutnya. Memegangi keningnya dengan frustasi. Hingga aktivitasnya itu buyar saat suara ribut datang mengusiknya.


Segera Gobar dengan mata bulat menyapu sekelilingnya. Akhirnya menangkap sekumpulan anak-anak sedang menggerogoti tas miliknya.

Gobar terhenyak. Bangkit dengan tergeragap. Mereka sudah mengambil barang berharga milik Gobar.

Dengan marah akhirnya Gobar bangkit mengejar anak-anak nakal itu. Belum juga si Arunika membubung tinggi, Gobar malah sudah mendahului.

Bak sudah jatuh, malah ditimpa tangga. Begitulah nasip sial Gobar yang kini masih dalam keadaan ngos-ngosan. Sangat memprihatinkan.

Teman lama yang katanya akan menolong Gobar malah tak menjawab teleponnya semalam.

GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang