Chapter 35

177 11 0
                                    


Dua mobil hitam melesit dan memarkir tepat di depan sebuah vila yang tak jauh dari kota Jakarta.

Kedua supirnya pun segera turun dan beranjak dari tempat duduknya.

Irene dan Lukas.

Keduanya berjalan bersamaan menuju gerbang vila itu.

"Ini kuncinya. Lu bakal dikawal dua penjaga nanti. Trus ada pelayan juga," ucap Irene mengulurkan tangannya. Lalu menyerahkan kunci ruangan yang baru saja mereka datangi.

"Owh iya." Irene meninggalkan Lukas yang masih terpatri pada langkahnya. Lalu kembali dengan sebuah kotak yang lumayan besar. "Ini pesanan elu," tambahnya sambil tersenyum.

"Thank you ya. Tapi dia beneran ada di dalam, kan?!"

Irene terkekeh.

"Ya iyalah. Menurut lo? Gue bawa Lo kesini buat apa?!"

"Dia ada didalam kok-"

"Eh. Tapi, gue bener-bener gak nyangka ya, kalo bawahan lu kerjanya gak beres banget. Jennifer hampir ka'o tau. Tapi untung ada gue yang mantau. Kalo gak, mungkin lu gak bisa ketemu dia sekarang,"

Lukas menatap dengan tatapan dingin.

"Gak cuma gue yang gak bisa ketemu sama dia. Tapi lu juga gak bakal dapat apa yang lo mau," ucap Lucas sambil mengambil kotak itu dari tangan Irene.

Irene pun menarik bibirnya kesal. Sedangkan Lukas mulai melangkah pergi meninggalkannya seorang diri disana.

Sedikit percakapan itu pun segera berakhir.

Memasuki vila yang cukup mewah, Lukas disambut dengan baik. Ia kemudian langsung menuju ruangan dimana Jennifer sedang dirawat. Lebih tepatnya dimana Jennifer sedang disembunyikan.

Dengan hembusan nafas berlahan, Lukas meraih gagang pintu kamar yang baru saja ia datangi. Lalu membukanya dengan pelan.

Kamar bernuansa coklat putih itu di tutup dengan tirai putih nan bersih. Lantai keramik yang tak bernoda dan furniture lain yang sudah terpasang di ruangan itu.

Dari kaca yang tertempel di dinding, tampak Lukas yang mulai mendekati kasur putih ditengah ruangan itu.

Sesaat, ia mengamati tubuh yang terkulai lemah di atas kasur itu.

Kemudian dengan tenang duduk disampingnya.

Tangan yang hangat, dengan penuh kelembutan membelai pipi gadis muda yang masih tak sadarkan itu.

"Gak ada yang bisa miliki lu kecuali gue. Dan kalau bukan gue, maka siapa pun gak akan bisa." ucap Lukas menarik tangannya perlahan.

Belum ia mengangkat tubuhnya, tiba-tiba tubuh yang sedang terluka itu berlahan memberi reaksi.

Spontan, Lukas yang melihatnya langsung menggenggam tangan Jennifer.

Akhirnya mata yang sudah lama tertutup, kini kembali melihat keatas, melihat kembali langit-langit rumah yang sudah mengurungnya.

Sejenak, netra gadis itu berputar. Lalu dengan erangan yang halus menoleh kearah benda yang cukup memberatkan tangannya.

Beberapa kali Jennifer harus mengerjabkan matanya untuk memastikan sosok yang ada di sampingnya. Hingga ketika ia baru sadar, ia langsung membelalakkan matanya kaget. Lalu dengan sekuat tenaga menarik tangannya.

Lukas!

Batin gadis itu tercengang.

"Lu ngapain disini?!"

"Gue dimana?!"

"Kenapa gue ada disini?!"

Pertanyaan beruntun Jennifer lontarkan kepada pria yang baru saja hadir dihadapannya.

"Tenang Jeni. Lu aman disini-"

"Gue udah selamatin lu dari penjahat yang berusaha nyulik lu."

"Mereka gak bakal bisa nyakitin lu. Karna gue ada disamping lu sekarang-"

"Gue mau pulang! Gue gak mau disini!"

"Lu gak bisa pulang sekarang. Lu belum pulih,"

"Gue bisa pulih dirumah gue sendiri-"

Menghadapi penolakan Jennifer, Lukas menjadi tak sabaran. Sudah susah ia mendapatkan gadis itu, mana mungkin ia lepaskan begitu saja.

"Gak! Gue gak ngijizin lu buat pergi!"

Spontan Jennifer terdiam. Dengan tatapan kosong memandang kearah pria berkulit putih itu.

"Apa?!"

"Kenapa? Gue gak ada urusan sama lu,"

"Siapa bilang gak ada?! Lu milik gue sekarang!" ucap Lukas memberi tatapan intimidasi. Lalu berlahan bangkit mendekatkan dirinya kepada Jennifer.

Sembari mengeluarkan pistolnya, Lukas kembali menatap Jennifer dengan lekat. Hampir tak berjarak.

"Lu gak bisa apa-apa sekarang,"

"Dan gak bakalan ada yang tau lu disini untuk nolongin lu!"

"Sekeras apa pun lu berusaha, lu bakal tetap terkunci disini. Dan lu bakal sepenuhnya jadi milik gue!" ucapnya lagi.

Bukannya takut, Jennifer malah balik menatap tajam kearah Lukas.

"Lu pikir lu siapa, hah?!"

"Lu pikir dengan cara begini lu bisa dapatin gue?! Jangan mimpi!"

Lukas membalas dengan senyuman aneh.

"Kita liat aja!"

Lukas kembali kehadapan Jennifer.

"Emang lu bisa apa? Lu bisa ngelawan gue?!" Lukas mencengkram kuat dagu Jennifer.

"Yang bisa lu lakuin itu cuma ngasih diri lu ke gue atau mati ditangan gue!" ucap Lukas lalu dengan kasar melepaskan cengkramannya.

"Lu tinggal pilih."

Lukas menodongkan pistolnya.

Dengan tatapan dingin, Jennifer yang benar-benar lemah tetap bersikukuh dengan dirinya.

"Gue lebih milih mati daripada harus jadi milik lu!" ucap Jennifer santai.

Kalimat tersebut pun akhirnya berhasil membuat emosi Lukas meluap-luap.

Dengan kesal ia langsung menarik pelatuk pistolnya.

Dor!

Sebuah peluru melesit.

Dan menghasilkan suara tembakan yang berhasil merampas semua ketenangan Jennifer. Namun, untung  saja peluru itu hanya sebuah ancaman dari Lukas.

"Gue gak bisa miliki hati lu. Maka si Gobar brengsek itu juga gak bakal bisa milikin lu!" amuk Lukas.

Jennifer pun akhirnya mengangkat kepalanya menoleh kearah Lukas.

"Gak ada yang bisa halangin jalan gue.  Gobar, kekasih lu itu sekalipun!" ucap Lukas geram sambil melangkah hendak pergi.

Gobar!Ngak, dia gak boleh sampai berurusan sama Lukas!

Tunggu!

Panggil Jennifer .

"Gue bakal lakuin apa yang lo minta- asal lo ngak nyentuh Gobar." ucap Jennifer dengan tatapan memelas.

Sebuah tatapan pilu malah dibalas dengan tatapan sinis oleh Lukas.

Lukas! Teriak Jennifer lagi, berusaha menghentikan pria itu.

Meskipun teriakan Jennifer sudah menggema didalam kamar, pria itu sama sekali tak menggubrisnya. Malah hanya berlalu begitu saja.











GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang