Chapter 29

216 14 0
                                    


Matahari menyambut langkah Gobar yang baru saja keluar dari kamar kosnya.

Stelan serba hitam tak luput mewarnai penampilannya hari itu.

Dengan begitu semangat Gobar menaiki moge merahnya. Tak lupa ia berkaca pada spion yang melengkapi motor itu.

"Wes. Mau kemana lu? Ganteng amat?!"

Gobar mendongak menatap kearah suara itu.

"Mau jalan bro. Sama doi gua," jawab Gobar tersenyum.

"Lah. Udah jadian lu berdua?" tanya Mikael lagi mendekati Gobar yang sudah bersiap-siap sedari tadi.

Gobar kembali hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Mikael.

"Iya. Makanya gua mau ngajak dia jalan-"

"Eh btw. Lu bisa temani gue beli bunga gak?" tanya Gobar meminta kesedian Mikael.

Mikael tertawa kecil.

"Bisa gak? Malah ketawa nih anak!"

"Abis lu aneh. Beli bunga ngajak kawan segala,"

"Ya. Gue butuh saran dari lu. Lu kan tau, ini kencan pertama gue. Gue harus prepare biar dia gak kecewa. Lagian lu kan yang lebih berpengalaman,"

"Berpengalaman apenya? Gue mah gak pernah ngasih bunga-bunga begini,"

Gobar mengerutkan dahinya.

"Pantes lu diputusin mulu," celetuk Gobar membuat ekspresi Mikael berubah.

Tanpa memperhatikan Mikael yang kesal, Gobar mulai menyalakan motornya.

"Emang harus pakek bunga gitu? Cewe gue waktu itu beda bro. Dia lebih suka gua bawa rokok daripada bunga," ucap Mikael mencoba melakukan pembelaan.

Gobar tertawa sambil memakai helmnya. Sembari berfikir, Gobar pun teringat pada Jennifer yang juga suka merokok.

"Nice info bro. Tapi kayaknya gue bakal beliin dua-duanya deh," balas Gobar mulai menarik gas motornya.

"Yaudeh. Hati-hati lu," ucap Mikael mempersilahkan Gobar pergi dari sana.

Tak berselang lama, Gobar pun langsung tancap gas menuju toko bunga.

Setelah sekian lama diperjalanan, akhirnya Gobar tiba disalah satu toko bunga.

Kemudian dengan perlahan ia memarkirkan motornya di depan toko tersebut.

Berkat bantuan google, akhirnya Gobar mulai menentukan bunga yang akan ia pilih berdasarkan kandidat yang telah disarankan oleh benda cerdik itu.

Dan akhirnya setelah memilih beberapa bunga untuk dijadikan buket, Gobar segera membayar dan keluar dari toko itu.

Belum langkahnya jauh dari pintu masuk toko itu, tiba-tiba ia berhenti saat handphonenya berbunyi nyaring.

Dengan cekatan, segera Gobar merogoh sakunya.

Setelah sedikit bersusah-payah, akhirnya benda hitam itu bisa keluar. Dan segera Gobar mengangkat telepon yang masuk itu.

"Halo," seru Gobar sambil menatap lurus ke arah luar toko.

Sejenak ia terdiam sambil menunggu si penelepon segera mengatakan maksudnya.

Tampak tatapan Gobar begitu fokus mendengarkan.

Setelah beberapa detik dengan serius mendengarkan, degupnya malah jadi kencang tak beraturan. Seakan petir di siang bolong, Gobar mematung seakan tak bernyawa setelah mendengar kabar dari seberang telepon.

GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang