Chapter 30

235 13 2
                                    

Flash Back

Gobar kecil sedang berdiri tak jauh dari El yang sedang asik bermain layangan.

Ekspresinya kian marah memandang kakaknya yang bisa dengan tenang bermain diluar sana. Sedangkan dirinya yang kecil hanya bisa berdiri mematung sambil memandang kearah sana.

Setelah sekian menit terpatri pada pijakan kakinya, Gobar memutuskan untuk menghampiri El yang tengah asik dikejauhan.

Dengan ekspresi yang masih sama, Gobar mendekati El yang akhirnya memandanginya aneh.

"Kamu kenapa?" tanya El yang penyabar itu.

Gobar menarik bibirnya cemberut.

El yang memang memiliki sifat penyayang pada adiknya itu segera mengerti akan maksud Gobar.

Dengan tersenyum sabar, El menyodorkan benang layangannya pada Gobar yang tampak mengingini mainan kakaknya itu.

Seperti dugaan El, kini Gobar tersenyum dan mungkin akan tertawa saat gulungan benang itu sudah sampai pada tangannya.

Akhirnya dengan malu bercampur rasa senang terpancar pada wajah Gobar, saat yang ia tunggu-tunggu tiba di tangannya.

"Jangan dilepas ya. Nanti layangannya jatuh," ucap El pelan memperingatkan Gobar yang polos.

Namun, angin yang kencang membuat tangan kecil Gobar tak sanggup menahan tarikan benang layangan yang kian menariknya juga.

Dan akhirnya tak seperti yang El ingini, benang layanan itu pun terlepas dari tangan Gobar. Hingga layangan yang jauh akhirnya lepas begitu saja dan sangkut diatas pohon yang berada didepan rumah.

"Yah. Kan abang bilang jangan lepas dek," sungut El yang kehilangan layangannya.

El yang melihat layangannya leong hanya bisa pasrah sambil berlari. Dan kemudian diikuti oleh Gobar kearah pohon tua yang tak jauh dari mereka.

"Sssttt. Jangan bilang sama bapak kalau El manjat pohon," bisik El pada Gobar yang akhirnya hanya mengangguk polos.

El yang masih kecil itu pun segera memanjat pohon yang tak terlalu tinggi itu. Akan tetapi banyak cabang tajam yang tumbuh disekitar batang besarnya.

Dari bawah, Gobar hanya bisa meratapi kakaknya yang berusaha naik keatas dahan pohon untuk meraih layangan itu.

Tiba-tiba El mendesis kesakitan saat kakinya tergores ujung tajam dahan pohon itu.

"El!" teriak Gobar saat melihat kakaknya itu menahan kesakitan.

Mendengar teriakan itu, El segera turun. Dengan berlahan mereka berdua pun mulai mengamati luka pada betis El, saat El sudah berada dibawah pohon.

Keduanya merunduk mencoba mengecek luka itu. Benar saja, darah mulai mulai mengalir pada betis El.

Dengan khawatir, Gobar berlari kearah semak-semak untuk mencari rerumputan untuk dijadikan obat untuk El.

Hingga akhirnya dengan susah payah akhirnya Gobar bisa membuat obat sementara untuk mengehentikan pendarahan pada kaki El. Melihat tingkah adiknya, El pun tersenyum bangga.

"Kita pulang aja. Abang gak papa," ucap El berusaha berdiri.

Mendengar ucapan kakaknya, Gobar yang masih polos pun hanya bisa ikut dengan perasaan yang bersalah karena telah membuat abangnya terluka.

Dengan langkah kecil, Gobar mengikuti langkah El yang berada didepannya sambil mengamati luka El yang mulai kelihatan aneh.

Sedari tadi Gobar perhatikan, darah yang ada pada kaki El tak kunjung berhenti. Hal itu membuatnya lebih khawatir sekarang.

GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang