Chapter 4

536 27 3
                                    


"Aku dimana?"

Sebuah pertanyaan singkat yang mungkin akan dilontarkan banyak orang ketika bangun dari pingsannya. Begitu juga Gobar yang baru saja membuka matanya. Sejenak ia menatap kelangit-langit tempat ia berbaring sedari tadi. Seketika itu ia langsung bangun dan mengecek keadaan tubuhnya. Kamar yang begitu luas dan nampak mewah membuat ia tersadar jika dia sudah berada di tempat gadis yang ia temui tadi pagi.

Ternyata beberapa pukulan tadi pagi membuat memar di bagian perut dan wajahnya.

"Sakit juga njir!" ucap Gobar setelah menekan luka memar itu. Lalu dengan pelan turun dari kasur empuk yang menemaninya sedari tadi.

Karna tak ingin berlama-lama ditempat itu, Gobar yang melihat ada kesempatan berencana ingin mengganti pakaiannya.

Dengan pelan ia mulai menggerakkan tubuhnya yang masih terasa sakit dan melepas kaos hitamnya. Dan akhirnya tampaklah roti sobek kepunyaan Gobar. Benar-benar bentuk tubuh yang membuat para wanita pangling.

Tak berselang lama ia pun langsung berlanjut kecalana. Belum selesai memakai celananya, tiba-tiba...

Krek!

Pintu kamar itu dibuka oleh gadis tadi pagi.

Sontak Gobar langsung tumbang sedangkan sigadis langsung berbalik badan.

"Ma... Maaf. Saya gak sengaja," ucap sigadis sambil menunggu Gobar selesai berpakaian. Sedangkan Gobar yang merasa malu hanya bisa menutupi muka merahnya.

"Oh iya. Kalau butuh apa-apa tinggal turun kebawah aja," ucapnya lagi langsung meninggalkan Gobar dikamar itu.

Gobar yang sudah selesai berpakaian berencana ingin menemui gadis itu. Dengan pelan ia mulai melangkah turun. Matanya mulai memandang kesana dan kemari. Baru menuruni beberapa tangga, ia sudah disuguhkan oleh pemandangan yang tak biasa.

"Buset! Gede amat!" batin Gobar menaruh perhatiannya pada rumah mewah bak kastil itu.

Setibanya Gobar dilantai bawah, seorang pembantu rumah tangga langsung mengajaknya keruang makan. Bukan dapur, melainkan tempat khusus ruang makan dengan meja panjangnya yang khas.
Gobar pun dipersilahkan untuk segera makan dimeja itu.

Tampak ekspresi Gobar yang enggan karena harus ditinggal sendiri diruang besar seperti itu. Gobar yang sudah duduk pun tak berani menyentuh apapun yang ada diatas meja.

Dari ruang lain tampak gadis itu bergerak menuju Gobar yang sedang menunggunya.

"Kenapa belum dimakan makanannya?" tanya gadis itu menyadarkan Gobar dari lamunannya.

"Gausah malu-malu. Santai aja," ucap gadis itu berusaha untuk ramah.

Gobar yang sudah diberi izin pun segera menikmati makan siang gratisnya.

"Oh iya. Nama gue Jennifer," ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Gue Gobar,"

"Gobar ya... Nama yang unik," ucap Jenni yang mendengarnya. Namun, Gobar yang mendengar pujian itu hanya menarik senyum tipis sambil menatap Jennifer yang manis.

Belum bertanya lebih lanjut, tiba-tiba tukang kebun rumah itu berlari ngos-ngosan kearah Jenniver.

"Gawat non. Nyonya besar datang," ucapnya mencoba menarik nafas.

Jennifer yang mendengarnya langsung membulatkan bola matanya kearah Gobar. Segera dia bangkit menarik tangan Gobar yang sebenarnya belum selesai makan ketempat lain untuk bersembunyi. Gobar yang tak tau apa-apa hanya bisa ikut bersembunyi.

GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang