Chapter 8

388 25 9
                                    

Setelah bekerja di tempat mang Dadang dalam hitungan minggu, kini Gobar memiliki sedikit penghasilan. Tak hanya itu, ia juga menceritakan kepada El kalau dirinya sudah aman dijakarta. Tinggal menunggu hitungan waktu, mungkin ia akan mengirimkan penghasilannya yang pertama pada satu-satunya orang kini ia punya.

Namun, setelah memikirkan dengan matang akhirnya Gobar sudah membulatkan tekadnya untuk pindah ke tempat kerja Mikael di jakarta. Ia berencana untuk mencari tempat kerja yang lebih baik dari pekerjaan yang ia punya saat ini. Dengan demikian ia pun mencoba untuk ikut bersama Mikael. Meskipun pada dasarnya ia tahu bahwa bekerja ditempat Mikael bisa saja membawa hal buruk kepadanya, tapi tekat untuk mencoba tidak pernah padam dalam diri Gobar. Sehingga ia memutuskan untuk pindah dan tinggal di kos yang bersebelahan tepat dengan kamar kos milik Mikael.

Disiang hari yang cukup panas, kota Jakarta juga tampaknya ikut terpanggang oleh matahari yang kian siang kian memanas. Gobar yang sedang berkendara bersama Mikael pun tak luput dari imbasnya. Untungnya Indomaret yang mereka tuju segera sampai. Sekalian untuk membeli beberapa perlengkapan, Mikael memutuskan untuk menemani Gobar kesana.

Sejuknya suhu di Indomaret membuat Gobar sedikit bersantai sambil memilih beberapa barang untuk perlengkapannya di kos. Sesekali ia menggoyangkan kaos biru dongker yang sedang ia kenakan untuk memasukkan sedikit udara dingin kedalam tubuhnya.

Selang berputar kesana kemari, kini Gobar sudah mengambil semua keperluan yang ia butuhkan. Dan ketika ia hendak mengambil barang terakhir yang ia lihat, tiba-tiba sepasang mata malah muncul dihadapannya. Spontan Gobar yang kaget hampir menabrak susunan barang yang berada dibelakangnya. Dan barang yang ia pegang malah terjatuh akibat respon mendadak yang ia berikan.

"Anjir!" umpat Gobar pelan berusaha menenangkan dirinya. Kemudian dengan perlahan ia maju untuk melihat kembali sosok yang telah membuatnya terkejut itu. Lalu dengan tatapan matanya yang tajam, ia mulai menilik kearah susunan barang yang sudah tembus dengan dinding yang lain.

"Kok gadak sih?! Perasaan gue liat mata deh tadi," protes Gobar pada dirinya sendiri, Setelah mengamati tempat itu kosong dan tidak ada apa-apa.

"Ah. Gak mungkin ini cuma imajinasi lagi," batin Gobar mulai kebingungan dengan dirinya.

Belum Gobar ingin berbalik, tiba-tiba sebuah tangan muncul dan menyentuh pundaknya. Dengan reaksi was-was, Gobar yang merasa diawasi segera melancarkan serangannya. Dengan cengkraman yang kuat, Gobar menarik tangan itu dan langsung mengunci tubuh pelaku didalam dekapannya.

"Kena lu!" ucap Gobar yang kini berhasil menaklukkan orang tersebut. Dan ternyata ia hanyalah seorang gadis biasa dengan tampilan yang polos. Akhirnya dengan perlawanan kecil, gadis itu berlahan memukul-mukul tangan Gobar yang sudah hampir mencekiknya.

Berselang beberapa detik, Gobar pun akhirnya tersadar saat melihat barang yang ada ditangan gadis muda itu. Sontak ia kaget dan langsung melepas bekapannya. Gadis yang tadinya sulit bernafas akhirnya langsung terjatuh dan tampak mulai bernafas lega.

"Sorry-sorry. Gue kira lu orang jahat tadi," ucap Gobar dengan perasaan penuh sesal disaat ia tau kalau ia hampir saja membunuh anak orang. Dengan sedikit batuk kecil, gadis itu bangkit lalu menatap Gobar dengan sedikit rasa kesal.

Sejenak keduanya pun saling adu pandang.

Dan akhirnya Gobar pun menyadari kalau tatapan itu adalah tatapan yang baru saja ia lihat dari balik tumpukan barang yang tersusun tadi.

"Gue cuma mau balikin ini," ucap gadis itu menyodorkan barang yang sudah Gobar jatuhkan tadi. Akhirnya Gobar yang menerimanya pun tampak semakin merasa bersalah. Untung saja suasana saat itu sepi. Kalau tidak, mungkin ia sudah dituduh melakukan percobaan pembunuhan.

GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang