Chapter 2

775 37 6
                                    

"Aku siap!"

____________________
____________

Beberapa bulan yang Lalu_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa bulan yang Lalu
_____________________________

Gobar duduk sambil menyodorkan sebuah buku tabungan kepada lelaki yang hampir mirip dengannya. Katanya sih bak pining dibelah dua, tapi mereka berdua malah seperti satu orang yang sedang bercermin. Sangat-sangat berkebalikan satu dengan yang lain.

Kedua mata mereka pun beradu pandang menuju kertas-kertas hitam putih diatas meja. Sambil membanding-bandingkan, El pun menghela nafas kasar. Sedangkan Gobar yang melihatnya masih belum paham tentang apa yang abangnya pikirkan itu.

El. Kakaknya. Lelaki tampan berpendidikan.

"Untuk sementara, tabungan cuman cukup buat biaya hitungan bulan kedepan. Dan itupun kalo kita gak bayar hutang dulu," ucap El sejenak.

"Trus intinya apa? " tanya Gobar balik.

Kalau bukan karna kematian ayahnya, mungkin kedua lelaki itu tidak pernah akur. Bahkan tak sudi untuk duduk bersebelahan.

Tampak seperti saat sekarang. Jarak membentang antara satu dengan yang lain.

El hanya terdiam sejenak sambil memikirkan solusi pelik atas masalah yang harus mereka hadapi itu.

"Gimana sekolah lu?" lirih El berlahan.

Sebuah pertanyaan melesit. Mungkin sekedar basa-basi.

Gobar memutar bola matanya. "Emang penting buat lu?!" jawab Gobar ketus sambil bangkit dari duduknya. Lalu berderap ingin meninggalkan ruangan itu.

"Lu mau kemana?!" sentak El meninggikan suaranya.

"Gue tanya, intinya apa? Budeg atau gimana lu?!" seru Gobar mulai menggeram.

El menghembuskan nafasnya berat, mencoba menahan diri. Jangan sampai bersitegang di tengah keterpurukan mereka kali ini.

"Sekarang kita tinggal berdua. Setidaknya lo bisa hargain gue sebagai abang lo. Apa susahnya lo jawab pertanyaan gue tadi?" ucap El mendinginkan hatinya.

"Ya kan emang gak penting. Gue kasih tau ke elu pun itu gadak gunanya lagi!" sentak Gobar lgi.

"Lo emang gadak berubah ya! Gue tau ada masalah Bar. Tapi ini gak bakalan bisa selesai kalo kita masih kayak gini!" protes El pada sikap tak sopan adiknya itu.

"Trus lo maunya gimana?!" Gobar  berderap menghadapi El.

El benar-benar bingung dengan adiknya itu. Seakan hadirnya begitu tak diingini olehnya. Apa salahnya?
Mengapa ia begitu dibenci?

"Gue gak tau salah gue sama lu apa-"

"Kalo lo benci sama gue gara-gara bapak, jangan salahin gue!"

"Lu pergi ke kuburan bapak, Tanyak!" bentak El yang kini tak bisa menahan amarahnya lagi.

Gobar yang mendengarnya pun sontak terhujam amarah. Dengan mengepal jarinya yang kekar, ia menyergap El, menarik kerah bajunya dengan paksa.

Dengan segenap kemarahan yang sudah di ubun-ubun, Gobar melayangkan pukulan. Satu kali, dua kali, tiga kali,,,

Stop!

Gobar kalut! Ia menghentikan tangannya tepat dihadapan El yang sudah kesakitan. Disudut matanya masih ada sesuatu yang seakan menahannya untuk tidak melantunkan pukulan selanjutnya.

El berserah hingga terjatuh di lantai.

Apa yang telah ia lakukan? Gobar kehilangan kendali.

Sembari menunggu El yang menyapu pelan lukanya, Gobar memilih untuk mematung sementara.

Hingga akhirnya sepenggal suara menggiring kata-kata keluar dari mulut Gobar.

"Gue cuma mau dihargai. Cuma mau dianggap sebagai anak. Cuma mau ngerasain gimana enaknya diposisi lu..." sembari menundukkan kepalanya menahan sesak didada.

"...Tapi lu gak pernah mau tau itu! Lu gak pernah mau tau kalo gue sama sekali gak pernah dapatin apa yang Lo dapat dari bapak! Setiap kali lu dapat apa yang lo mau, lu gak pernah sedikitpun ngelirik gue buat bilang ke bapak betapa gue juga pengen apa yang lo dapat! Persetan buat semua apa yang lo dapat, gue cuma mau rasa kasih sayang dari bapak sebelum bapak mati! Bahkan saat-saat terakhirnya pun dia cuma ingat lu yang hidup enak di luar sana! Bukan gue yang selalu ada disini! Gue tau gue gak sepintar lu, sebaik lu, tapi gue juga anak bapak! " ucap Gobar mengeluarkan semua sakit hatinya selama ini.

El yang berusaha bangkit pun hanya ikut termenung. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Lagi pula sang ayah sudah berpulang, apa pun yang terjadi sekarang itu hanya akan menjadi masalah mereka. Ditambah lagi, El sama sekali tidak pernah memprovokasi atau memperburuk adiknya itu. Hanya saja, ada alasan tertentu yang membuat ayahnya tidak  bisa seperti yang Gobar inginkan.

"Gue minta maaf kalo menurut lo demikian. Tapi bapak udah ninggal. Sekarang tinggal antara lo sama gue." ucap El lirih.

"Gue bakal gantiin tugas bapak. Gue bakal nebus kesalahan gue selama ini sama lu. Gue bakal berhenti kuliah buat nyari duit. Biar lu bisa tetap lanjut sekolah, dan ngelakuin apapun yang lo mau selagi gue bisa!" tambah El membuat Gobar kontan terdiam.

Suasana pun hening sejenak.

"Dan lu pikir itu bakal memperbaiki keadaan? Gak el! Bahkan kalo bapak sampai tau anak kesayangannya diginiin, dia pasti bakal marah!" keluh Gobar menyulut emosi lagi. Kini keduanya sama-sama hancur.

Sudut ke sudut netra semakin membara.

"Jadi mau lu gimana, hah?!"

"Lu maunya gimana?! Bunuh gue aja sekalian! Biar lu puas!" bentak El begitu marah.

Gobar hanya mematung, membiarkan jam dingding menertawai kehancuran mereka berdua.

"Gue gak mau apa-apa dari lu. Dan memang gak pernah nerima apa-apa dari lu!" ucap Gobar pelan namun begitu jelas. Lalu berderap meninggalkan El sendiri disana. Seakan-akan hanya ingin "mencurhatkan" seluruh hatinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang