Chapter 32

229 14 0
                                    

Meninggalkan semua keterpurukan hatinya, kini kabar duka yang sudah berlalu beberapa hari yang lalu dapat dilalui Gobar dengan lapang dada.

Kini lelaki itu harus kembali bekerja.

Tak lupa sahabatnya Mikael selalu menyemangati Gobar yang kini sudah tak punya siapa-siapa lagi.

"Kalo masih cape lu kerjanya besok aje. Istirahat dulu. Liat tu, mata lu udah itam!" ucap Mikael yang khawatir pada sahabatnya itu.

"Lah iya?! Kayak masa depan gue dong," canda Gobar sambil tertawa.

Mikael yang mendengar sahutan Gobar pun hanya bisa ikut tertawa. Bisa-bisanya Gobar menjawab dengan ucapan seperti itu.

"Gue serius, malah dijawab becanda ama lu," ucap Mikael setelah mengucapkan basa-basinya tadi.

Gobar pun berhenti tertawa lalu menundukkan kepalanya berlahan.

"Gue gak papa kok. Gue masih kuat," ucap Gobar mendongak lalu melepaskan jaketnya yang hitam.

Tanpa mempedulikan Mikael yang masih berdiri disana, Gobar mulai berjalan ke arah seragam kerjanya.

Ia mulai mengenakan benda itu satu per satu, hingga berakhir di kaca.

Gobar mengedipkan netranya.

Mencoba menepis perkataan Mikael, yang mengatakan bahwa keadaannya kurang sehat.

"Yok gas!" seru Gobar mengajak Mikael untuk segera bergegas.

Dengan tersenyum tipis, Mikael menanggapi seruan Gobar. Ia paham betul akan Gobar. Lelaki yang terlalu keras pada dirinya sendiri.

Diluar ruangan itu tampak tamu yang sudah datang satu per satu.

Gobar yang sudah sampai di depan pun segera mengerjakan tugas yang sudah beberapa lama ia emban waktu itu.

"Pesanan..."

Terdengar panggilan dari pekerja lain untuk Gobar. Padahal bar itu baru saja dibuka, namun sudah ramai oleh pengunjung. Mungkin pengunjung tetapnya.

Spontan Gobar pun menoleh dan langsung mengerjakan perintah itu.

Dengan langkah yang tersentak, Gobar terpatri pada pijakan terakhirnya melangkah. Ia berhenti saat geng Jennifer menatapnya begitu pekat.

Seperti biasa, suasana yang canggung akan tercipta sendirinya.

"Kita dengar-dengar saudara lu ninggal. Kita turut berduka cita atas meninggalnya saudara lu," ucap Jhosi masih dengan tatapan yang sama.

Gobar pun menarik bibirnya tersenyum, sembari meletakkan pesanan mereka di atas meja.

"Makasi." balas Gobar berdiri tegap lalu menatap mereka semua.

"Kalo ada apa-apa lu bisa bilang ke kita kok,"

"Iya. Kek hiburan gitu, gue punya banyak stok- aw!"

Betrand merintih sakit saat Jhosi menginjak kakinya.

"Kenapa sih? Ada yang salah?"

"Pala lu yang salah!" celetuk Celine kesal.

"Iye-iye. Gue becanda! Maaf ya bar," Betrand tertawa kecut.

Lagi-lagi Gobar hanya bisa tersenyum setelah mendapat perhatian dari para anggota geng Jennifer.

"Gak papa kok. Lu benar, gue emang lagi butuh hiburan," Gobar tertawa kecil.

"Owh, iya. Jennifer katanya bakal kemari juga. Lu gak bareng sama dia ya?" tanya Kiano mengalihkan pembicaraan.

"Ngak. Kenapa?"

GOBAR (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang