i want you

2.5K 233 23
                                    

Hallo guys aku balik dengan chapter 12 wkwkwk...

Mau ngingetin sekali lagi kalo cerita ini alurnya lambat. Aku mau lebih ngefokusin perubahan perasaan yg dialami Sasuke dan Hinata. Mereka bakal aku bikin plinplan krn emg dasarnya anak SMA gitu gasi wkwkwkwk

When the party is over…

.

.

Gai-sensei tersenyum memohon pengertian pada orang-orang di ruang kesehatan. Tangisan salah satu muridnya – yang ia lupa namanya – membuatnya begitu kaget. Tadinya ia pikir yang menangis Sasuke, karena muridnya itu terancam tak bisa kembali ke arena untuk meneruskan perlombaan.

“Sasuke, dia temanmu?” Tanya Gai-sensei.

Sasuke mengangguk. Seharusnya saat ini ia merasa kesal karena kemungkinan tak bisa meneruskan perlombaannya. Jari tangannya begitu sakit dan perih. Bahkan mata Sasuke sempat berkaca-kaca karena menahan rasa sakitnya. Seharusnya ia memikirkan bagaimana kondisi timnya tanpa kehadiran seorang kapten.

Bukankah seharusnya memang itu yang ia pikirkan sekarang?

Namun pikiran Sasuke teralihkan oleh tangisan gadis berambut indigo di depannya, yang sedari tadi tak kunjung reda. Bahkan Gai-sensei dibuat bingung harus melakukan apa. “Sensei, tidak apa-apa. Anda bisa kembali ke arena, pemain yang lain pasti menunggu.”

Gai-sensei memandang murid kesayangannya itu dengan mata tak tega. Tapi kehadirannya saat ini dibutuhkan di arena utama. Ia tak boleh membuat pemain yang lain khawatir akan kondisi Sasuke.

“Baiklah, Yachi-san kau bisa di sini menemani Sasuke?”

Manajer klub voli kelas satu itu mengangguk. “Ha’i Sensei.”

Hinata masih betah dengan tangisannya walau tak sekeras tadi. Gadis itu hanya terus menundukkan kepalanya sambil melihat tangan Sasuke yang sedang diperban oleh perawat.

“Nah sudah selesai. Jangan terlalu banyak bergerak ya.” Perawat itu kembali ke depan, meninggalkan ketiga orang di ruang perawatan.

Yachi yang bingung dengan suasana di ruangan itu merasa tak enak dengan seniornya. Ia tak kenal siapa gadis yang menangis ini. Tapi, sepertinya gadis ini merupakan orang ‘spesial’ bagi Uchiha-senpai. Kemudian Yachi memutuskan untuk membeli minuman, “kalau begitu aku akan mengambil tas Uchiha-senpai sekalian membeli minum.”

“Terima kasih, Yachi-san.” Sasuke mengangguk.

Setelah bayangan Yachi menghilang di pintu depan, Sasuke mulai berbicara. “Hinata, kau tidak apa-apa?” Sasuke bertanya dengan hati-hati.

Gadis itu langsung mendongak, menatap mata Sasuke lekat. Sasuke tak mengira bahwa Hinata benar-benar menangis hebat. “S-seharusnya a-aku yang tanya begitu…” Jawab Hinata sambil sesenggukan.

Sasuke diam mencoba mendengarkan perkataan Hinata sampai selesai.

Hinata kembali menangis lagi.

“Hinata kau ini kenapa?” Sasuke heran.

Hinata hanya menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa ia tak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Atau ia hanya tak ingin menjawabnya?

Sasuke menghembuskan napasnya pelan. Ia tersenyum tipis. Pikiran tentang kelanjutan pertandingan tiba-tiba menguap begitu saja.

Sasuke terharu.

Ia mengambil tisu di atas meja, menyerahkannya pada Hinata. “Usap ingusmu. Kau tambah jelek tahu kalau menangis.” Kata Sasuke diiringi tawanya pelan.

when the party is overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang