i hate you

1.5K 220 21
                                    

Jiaakkk chapter 29 nya nyusul nih wkwkwkwk hope you guys enjoy😊😊

.

.

When the party is over

.

.

Gadis itu masih meringkuk di balik selimut tebal yang membungkus seluruh tubuhnya. Udara dingin pagi hari membuatnya tak bisa berkutik. Padahal penghangat ruangan sudah dinyalakan sejak semalam, namun rasanya tak bisa mengalahkan hawa musim dingin yang menusuk tulang. Hinata tak pernah menyukai musim dingin, dan sepertinya akan selalu seperti itu. Satu-satunya hal yang membuat ia berdamai dengan musim dingin, ialah hari ulang tahunnya.

Ia turunkan sedikit selimut itu sampai batas dagu, melihat langit yang masih kelabu dari balik jendela. Sial, saking dinginnya ia tak bisa nyenyak tidur barang sebentar lagi. Tangannya meraih ponsel di atas meja. Ada satu pesan dari Ino.

'Nanti saat hatsumode bersama, aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu. Tolong, ingatkan aku.'

Ia menguap sedikit, kemudian menapakkan kakinya di lantai yang lumayan hangat. Ia buka tirai jendelanya lebih lebar, agar cahaya matahari yang sedikit tertutup mendung bisa masuk ke kamarnya. Bibirnya tiba-tiba tersenyum tipis. Kurang satu hari lagi. Matanya memandang pada blouse yang digantung di sudut lemari. Bajunya besok, untuk pergi bersama Sasuke.

Ia tahu pemuda itu merelakan waktunya untuk pergi bersamanya besok. Tak tahu motif apa yang dimiliki Sasuke, namun Hinata sangat senang. Dulu, ia hanya akan merayakan ulang tahunnya di rumah bersama keluarga, atau pergi makan malam bersama. Naruto yang biasanya mengucapkan selamat ulang tahun padanya sejak pagi, sembari membawa kue mochi buatan Bibi Kushina.

Prang!

Suara barang pecah dari dapur membuat Hinata terkejut.

Ia menolehkan matanya ke arah jam, pukul 06.00 pagi. Tumben di hari libur ibunya sudah bangun. Namun, bukan ibunya yang ia temui saat sampai di dapur, melainkan adiknya yang dengan hati-hati mengambil pecahan piring dari lantai.

"Hanabi?"

Gadis berambut coklat itu menoleh padanya sembari meringis. "Maaf membangunkan Nee-chan," katanya sembari memasukkan pecahan piring ke dalam kertas dan membuangnya ke tempat sampah.

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?"
Ia mendekat pada adiknya, lalu matanya beralih pada kondisi dapur yang berantakan. Ia mendengus, menatap Hanabi sambil tertawa kecil. "Kau belajar memasak?"

Hanabi hanya mengerucutkan bibirnya saat mendengar kakaknya tertawa. Ia menatap sinis pada Hinata, lalu beralih pada sup yang sudah mengepul di panci. "Diamlah, dan bantu aku."

"Ha'i, ha'i..." Jawab Hinata, kemudian mendekat pada sup miso yang dibuat oleh adiknya. Mencicipi rasanya sedikit, sembari ditatap Hanabi yang menunggu reaksinya. "Tidak buruk.."

Sebersit senyum puas terpampang di wajah Hanabi. "Benarkah?"

Hinata menyuruh gadis itu untuk mencoba masakannya sendiri. Ia ikut tersenyum saat Hanabi tersenyum, menandakan bahwa masakan gadis itu memang tidak buruk. Ia melihat ke sekeliling pantri dan melihat begitu banyak masakan yang sudah siap. Telur gulung, ayam karage, tumis sayur buncis, dan tak lupa nasi yang sudah matang.

"Tumben kau belajar masak, ada apa?" Tanya Hinata sembari mencomot ayam karage. Ia mengangguk pelan saat rasa ayam itu juga tak buruk kelihatannya.

"Aku melakukan ini demi Nee-chan tahu..."

"Kenapa?"

Sembari bersedekap Hanabi menjawab, "sebentar lagi Nee-chan akan kuliah, dan hanya aku yang ada di rumah. Ayah dan Ibu selalu sibuk, makanya harus menaikkan skill memasakku dan bersih-bersih rumah." Jelas gadis itu panjang lebar.

when the party is overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang