perplexed

1.7K 241 61
                                    

Ini chapter 23 nya guys, moga masi betah nunggu yaw☺️

.

When the party is over...

.

.

Es krim rasa coklat stroberi itu sedikit demi sedikit meleleh, ditinggal oleh pemiliknya yang masih menatap pada kekosongan. Tangannya hanya mengaduk-aduk cangkir es krim tanpa berniat untuk menghabiskannya. Padahal tahu sendiri, ia sangat menyukai apa pun yang rasa stroberi.

Hinata menatap kosong pada pemuda di depannya, yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. Ia hanya menggumam, atau mengucap hmm sebagai respon bahwa ia masih mendengarkan. Sedikit menunjukkan ketertarikannya demi menghormati pemuda berambut merah itu. Sesekali ikut tersenyum jika pemuda di depannya tertawa. Ia melirik ke arah kaca yang menunjukkan lalu lalang pejalan kaki.

Hari ini merupakan akhir pekan terakhir, sebelum ia kembali ke sekolah. Meskipun begitu sebagian pekerja kantoran sudah masuk, menambah riuh suasana sore itu. Hinata memandang es krimnya yang mencair, mengaduk-aduknya tanpa minat. Mungkin ada yang salah dengan es krimnya hari ini. Hinata pikir rasanya jadi hambar.

" – ta..."

"..."

"Hinata, kau mendengarku?"

"Eh? Iya, Senpai?"

"Mau foto denganku?" Tanya Sasori.

Hinata mengangguk. "Tentu saja."

.

Ada begitu banyak hal yang tak ia mengerti akhir-akhir ini. Terkadang hal itu membuatnya muak dan ingin marah. Rasanya selalu kesal jika memikirkannya, namun ia tak dapat mengontrolnya. Pikiran-pikiran itu selalu datang menghampirinya. Contohnya seperti saat ini.

Seharusnya ia senang karena hari ini Sasori mengajaknya untuk keluar makan es krim. Pemuda itu datang jauh-jauh dari rumahnya, mengenakan pakian terbaiknya untuk bertemu dengan Hinata. Bohong jika ia tak sadar tujuan Sasori mengajaknya keluar. Nyatanya Hinata tahu persis maksud Sasori.
Namun, hanya perkataan Sasuke yang ia ingat sepanjang waktu bersama pemuda merah ini.

'Fokus saja dengan perasaanmu ke Naruto. Jangan memikirkan hal lain.'

Benar-benar sebuah kesialan tiba-tiba teringat dengan kalimat itu. Kenapa juga Sasuke malah menjawab begitu? Setidaknya Hinata bukan gadis bodoh, untuk tahu maksud dari kalimat Sasuke. Pemuda itu secara tersirat memberikan saran — bukan, lebih tepatnya sebuah perintah — agar ia tak terlalu dekat dengan Sasori. Toh, pembicaraannya tentang Sasori tempo hari bukanlah yang pertama di antara mereka. Hinata masih ingat dengan jelas pertanyaan Sasuke tentang Sasori di malam festival.

Bagaimana jika Sasori menyukainya? Faktanya memang butuh waktu lama untuk mengalihkan perasaan Hinata dari Naruto. Ia bahkan masih begitu berdebar jika berada di dekat Naruto. Tapi...

Makan es krim bersama. Melakukan foto bersama. Bahkan Sasori ikut merapikan rambut Hinata yang berantakan karena angin. Ini namanya kencan, 'kan? Tapi, Hinata tak merasa bahwa ia sedang mengkhianati perasaannya pada Naruto. Rasanya malah ia sedang berkhianat pada Sasuke.

Sial.

Sasuke sialan.

"Aku harap kau senang dengan hari ini."

Hinata kembali memfokuskan dirinya pada Sasori. Mengalihkan pikirannya yang lain, "tentu saja aku senang, Senpai."

Ia melambaikan tangan saat mobil Sasori menghilang di tikungan. Saat masuk ke rumah ia mendapati Hanabi yang sudah menunggunya di dekat rak sepatu. Seperti biasa, bocah itu akan bertanya tentang siapa cowok imut berambut merah yang baru saja mengajaknya keluar. Sebelum Hanabi membuka mulut, Hinata sudah mengangkat tangannya. Tanda bahwa ia tak ingin bicara.

when the party is overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang