they're not just friends

1.7K 219 66
                                    

Holaa ini chapter 26 ya.. Oh iya guys aku gabakal bosen buat bilang aku tuh lebih prefer cerita yang alurnya lambat, jadi sabar aja nunggu perkembangan hubungan sasuhina di sini😊

.

When the party is over...

.

Sasuke masih menundukkan kepalanya. Tak kuasa melihat raut wajah guru yang selalu dihormatinya itu. Bagi Sasuke, Gai-sensei adalah guru terbaik yang selalu mendukungnya selama ini. Tentu saja pria paruh baya itu akan terkejut, perkataan Sasuke yang notabene merupakan siswa favoritnya, benar-benar sungguh di luar nalar.

"Sasuke, kau yakin?"

Pemuda Uchiha itu mengangguk perlahan. Merasa bahwa apa yang disampaikannya hari ini pada Gai-sensei merupakan pilihannya sendiri. Pilihan yang dipilihnya dengan seratus persen sadar. "Kurasa memang itu pilihan terbaiknya sekarang, Sensei."

"Tapi temanmu yang lain bagaimana? Mereka sudah menunggumu kembali ke tim."

"Aku akan mengatakannya pada mereka sendiri, Sensei."

Kata banyak orang, masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Entah kau bermula dari satu titik, yang dengan sangat matang kau rencanakan, kemudian malah berakhir pada satu titik yang - entahlah, Sasuke bingung menjelaskannya - mungkin mengecewakan untuk beberapa orang. Lalu, di kemudian hari mungkin kau pun akan berpikir sama seperti orang-orang itu. Merasa bodoh karena memilih pilihan itu. Namun sungguh, persetan dengan semuanya.

Semua orang memiliki pilihan, dan tiap pilihan ada resiko di belakangnya. Sasuke tahu itu.

Jadi pagi tadi ia bangun pukul empat subuh. Merasa tak bisa tidur karena ada begitu banyak pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya. Ia mandi, berpakaian rapi seperti biasa. Membuat kaget ibunya karena sudah siap di meja makan pukul setengah tujuh pagi. Ia berangkat dengan pikiran yang mantap.

Ia memutuskan untuk istirahat dari voli.

Sungguh, ini bukanlah pilihan mudah. Sasuke butuh berbulan-bulan untuk meyakinkan dirinya sendiri, mau ke mana ia akan membawa masa depannya. Rasanya berat meninggalkan karir - Sasuke menyebutnya karir meski ia masih pelajar - yang selama ini mengantarkan begitu banyak kemenangan dalam hidupmu. Menambah rasa kepercayaan diri yang selalu dipupuk dengan hati-hati, namun harus berakhir dengan kegamangan masa remaja yang tiada berhenti.

Mungkin ayahnya benar. Seharusnya voli bukanlah jalan yang digunakan sebagai pijakan untuk masa depan. Bukan berarti ada yang salah dengan atlet voli di luar sana. Namun Sasuke tahu, ambisi itu sedikit demi sedikit terkikis dari hatinya. Digantikan dengan begitu banyak opsi yang hadir di otak remaja labilnya.

Maka ia memutuskan untuk menemui Gai-sensei di ruang guru pagi itu. Sebelum ada begitu banyak guru yang datang, dan malah menghancurkan semua rasa kepercayaan dirinya. Mengatakan pada guru kesayangannya itu, bahwa ia akan berhenti. Sasuke ingin berhenti dari voli.

"Kau tidak apa-apa?" Shikamaru heran dengan wajah temannya yang sedari tadi tersenyum tipis. Bukan hal aneh melihat Sasuke tersenyum, namun tetap saja. Ini Uchiha Sasuke.

"Aku baik."

"Aku akan pindah ke sebelah Lee, jika kau terus tersenyum begitu."

"Aku hanya sedang merasa lega."

Pemuda berambut nanas itu mengangguk, berusaha memahami arti dibalik kalimat itu. "Aku akan mencoba memahami kalimat itu." Kemudian dihadiahi pukulan pelan dari Sasuke di punggungnya. Mereka tertawa bersama. Setidaknya Sasuke bersyukur karena Shikamaru bukan tipikal teman yang ingin tahu segala hal.

when the party is overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang