(.)

2.7K 250 82
                                    


Guys aku tuh gak pandai bohong, serius deh wkwkwk...

Mana bisa aku bikin Sasuhina gak bareng?! Yang ada aku sendiri nangis di pojokan muehehehehe...

Aku memang sengaja bikin Sasuke dan Hinata gak bersama dulu, karena aku pingin mereka saling berbenah diri. Sasuke harus tahu rasanya pisah dari Hinata, begitu juga sebaliknya. Dengan begitu, mereka akan lebih bisa menghargai perasaan satu sama lain, yeeayy (apaan sih wkwkwk)

Terima kasih banyak karena kalian sudah mendukung cerita ini yang penuh dengan kekurangan :') Makasi juga atas saran dan supportnya sehingga cerita ini dapat selesai. Komen-komen kalian bikin aku semangat terus (ih mau nangis sumpah). Aku harap final ending ini benar-benar bikin kalian berkesan ya. Oh iya chapter ini lebih panjang dari chapter-chapter sebelumnya guys wkwkwk...

Udah gitu aja kali ya, aku bingung mau nulis apa lagi. Intinya makasi banyak buat kalian yang udah mau baca cerita ini. Love you all!! Jangan lupa vote dan komen ya 😊

Sampai jumpa di cerita selanjutnya 😊

.

.

Selalu ada hal dari Sendai yang Itachi rindukan. Terlepas dari fakta bahwa kota ini merupakan kota kelahirannya, ada bagian dari Sendai yang selalu membuatnya ingin kembali, lagi dan lagi. Ia suka semua musim yang datang ke kota ini. Musim semi, panas, gugur, dan dingin. Deretan pohon yang tumbuh di seluruh kota membuat setiap musim di Sendai memiliki ciri khas tersendiri ― setidaknya itu yang ia yakini.

Tidak terasa sudah hampir tujuh tahun ia kembali ke kota ini. Setelah lulus dari Edinburgh, Itachi memutuskan untuk kembali ke Jepang. Tak pernah terbayangkan jika pada akhirnya ia akan kembali ke kota kelahirannya ini. Bahkan Sasuke mengejeknya, "percuma kau jauh-jauh pergi ke Skotlandia, jika pada akhirnya kembali ke Sendai." Adiknya itu selalu saja menemukan hal negatif di setiap keputusan yang Itachi buat. Dasar adik sialan.

Ia mendapat pekerjaan sebagai psikolog di rumah sakit pusat Kota Sendai. Tak ingin berpuas diri, Itachi pun melanjutkan kuliahnya, dan berhasil mendapat gelar master. Setidaknya sekarang, ibunya bisa tersenyum bahagia melihat Itachi berada di rumah. Berkumpul bersama keluarga adalah hal yang paling membahagiakan untuk wanita paruh baya itu. Apalagi, ayahnya pun sudah pindah ke Sendai demi bisa bertemu dengan ibunya setiap hari.

Matanya memandang ke sekitar ruangan. Ia hembuskan napas. Itachi merasa bangga dengan apa yang ia peroleh hingga hari ini. Pekerjaan tetap dengan gaji yang lumayan. Ruang praktek khusus milik sendiri. Keluarga yang sangat mendukung, dan dua bocah kecil yang menambah kebahagaiannya.

Ponselnya di dalam saku bergetar. Dari ibunya. "Halo, Bu?"

"Itachi, kau di mana?"

"Aku masih di ruanganku. Ibu sudah di sini?"

"Cepatlah ke sini. Sora dan Natsu mencarimu."

Bibirnya tersenyum mendengar kedua nama bocah itu disebut. Tanpa pikir panjang ia segera bangkit dari kursi. Tak sabar ingin segerta bertemu dua bocah tersebut.

"Mei-san, aku pergi dulu." Pamitnya pada perawat yang berjaga di depan.

"Ah terima kasih untuk hari ini, Uchiha-san." Perawat bernama Mei itu tersenyum lembut. Pipinya merona saat Itachi tersenyum balik padanya. "Aku sangat bersyukur sekali bekerja dengan Uchiha Itachi, kyaaa..."

"Aku heran... dia begitu muda dan sudah memiliki dua anak sekaligus. Kau tidak pernah bertemu dengan istrinya, Mei?" Tanya Shizuka.

Mei menggeleng pelan, "Uchiha-san sangat tertutup kalau soal kehidupan pribadinya. Tapi kau tahu, anaknya benar-benar mirip sekali dengan Uchiha-san! Tampan dan cantik sekali!!"

when the party is overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang