Halo guys aku balik sama chapter 15. So langsung cuss aja, hope you guys like it🥰
.
.
When the party is over…
.
.
Mata Hinata tak sengaja menatap interaksi antara dua orang itu di depan gedung utama. Rasanya sudah sangat lama ia tak mendapati kedua orang itu berjalan bersama. Kalau dipikir-pikir, Hinata pun sudah lama tak menghabiskan waktu bersama Naruto. Tak terasa sudah hampir tiga bulan ini.
Sasuke tampak tersenyum kecil saat berbicara dengan Shion. Bahkan dari jarak sejauh ini, ia masih bisa melihat rona merah pada wajah lelaki itu.
Hinata tak menyukainya.
Ia bahkan tak fokus pada apa yang diucapkan oleh Sasori.
Saat Sasuke berjalan mendekat ke arah parkiran, Hinata sengaja tak memerhatikan pemuda itu. Ia berusaha fokus kepada Sasori yang mengajaknya berbicara tentang liburan musim panas kali ini. Hinata tak ingin melihat wajah Sasuke.
.
.
Looking for Alaska
Buku yang diberikan oleh Kakashi-sensei sebagai tugas kelas sastra untuk musim panas. Hinata baru saja akan membaca buku itu hari ini. Padahal Sasuke telah menyuruhnya untuk membaca sejak berminggu-minggu lalu. Biasanya jika Sasuke memarahinya, Hinata hanya akan menjawab, “jangan salahkan aku, salahkan rasa malasku.” Tentu saja jawaban seperti itu akan dihadiahi sentilan oleh Sasuke.
Hinata tak suka dipaksa membaca buku hingga tuntas. Ia hanya akan membaca buku di bagian yang disuka. Bahkan ia ingat buku pertama dan terakhir yang dibacanya hingga tuntas hanya cerita The Little Mermaid dulu saat masih SD. Ia bahkan menangis karena si Putri Duyung harus berubah menjadi buih. Sejak saat itu ia tak begitu suka membaca cerita yang memiliki sad ending.
“Hinata!!! Makan malam sudah siap!!” Suara ibunya memanggil dari bawah.
.
“Kamu mau ke rumah Nenek tanggal berapa?” Tanya ibunya.
Hinata berpikir sesaat. Minggu depan latihan intensif sudah dilaksanakan, walau hanya hari Senin sampai Rabu. Jika ingin ke rumah Nenek, ia harus menunggu paling tidak sampai latihan intensif benar-benar berakhir. “Mungkin minggu terakhir musim panas. Tiga minggu ini aku akan disibukkan dengan latihan intensif klub renang.”
“Memangnya Nee-chan ikut turnamen musim panas?” Tanya Hanabi.
Hinata menggeleng. “Tidak. Aku hanya ikut mengawasi latihannya dan menyiapkan administrasi untuk para atlet.”
Hiashi mengangguk-angguk mendengar penjelasan Hinata. Putrinya itu sudah berkembang lebih percaya diri dengan lingkungan sosialnya. Bahkan dulu ia sempat khawatir karena Hinata cenderung anti sosial. Teman dekatnya saja hanya Naruto, tentunya sangat sulit membangun hubungan pertemanan yang erat dengan seorang laki-laki. Meskipun sekarang Hiashi juga kaget dengan kenyataan hadirnya Sasuke di hidup Hinata.Rasanya ia ingin menangis haru. Tak menyangka putri kecilnya seperti burung yang akan lepas dari sangkar.
“Ayah, berhenti menampilkan ekspresi semacam itu.” Cerocos Hanabi. “Aku tahu apa yang ada di pikiran Ayah.” Tentu saja Hanabi tahu. Ia kan memang anak Hiashi – dan mereka itu satu spesies.
Hikari hanya bisa tersenyum tenang melihat interaksi antara Hanabi dan suaminya. Ia sungguh tak heran dengan pikiran kedua orang itu yang memang serupa tapi tak sama. Untung saja sifatnya masih diturunkan pada Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
when the party is over
FanfictionHinata dan Sasuke tahu bahwa hubungan keduanya terjalin karena perasaan masing-masing yang tak terbalas. Hubungan simbiosis mutualisme dengan kedok pertemanan. Akankah bertahan? "Kita masih tetap berteman 'kan, Hinata?" "Tentu saja. Kita teman sehid...