Halo guys ini next chapter dari wtpo. Makasi banyak buat kalian yang dukung cerita ini dan selalu menunggu kelanjutan hubungan complicated sasuhina😁😁😁
Maaf gabisa bales komen kalian semua di chapter sebelumnya, tapi aku selalu baca komen kalian kok, karena bikin aku tambah semangat nyelesaiin cerita ini🥰🥰
.
when the party is over
.
Ia hembuskan napasnya dengan perlahan, berusaha mengatur napasnya agar tak terdengar berisik. Pandangan matanya tak terfokus ke satu titik, melihat sekeliling. Apa pun selain melihat wajah pemuda di depannya. Tenggorokannya tercekat, seperti ada sesuatu yang menghalangi suaranya untuk keluar.
Ia remas tangannya dengan keras, sedikit menghilangkan keringat dingin yang sedari tadi mengucur tak karuan. Wajahnya yang putih bertambah pucat, seakan-akan aliran darahnya diambil dan menghilangkan rona merah di pipi tembamnya.
Hinata benar-benar gugup luar biasa. Level gugup tertinggi yang pernah dihadapinya. Detak jantungnya berdegup tak karuan sejak tadi. Ia pejamkan matanya barang sebentar agar serangan panik tak membuatnya semakin tercekik.
"Kenapa?"
Ia bisa melihat bibir pemuda di depannya membuka perlahan. Mengeluarkan satu kata yang membuat dunia Hinata seakan runtuh. Sial. Ia tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan itu. Jadi ia hanya diam, menunggu kata selanjutnya keluar dari bibir Sasori.
"Kenapa kita tidak bisa memiliki hubungan seperti itu?"
Hinata tahu cepat atau lambat semua ini harus disudahi. Ia mungkin perempuan bodoh yang dengan polosnya membuka tangan dengan lebar, untuk sebuah pelukan dari Sasori. Pelukan yang awalnya ia pikir sebagai pelampiasan. Berpikir jika ia sedikit memberi Sasori kesempatan untuk datang, perasaan absurd yang membuatnya tak nyaman akan segera terlupakan.
Hinata dulu berpikir mungkin Sasori pun hanya main-main dengannya. Ayolah, Akasuna Sasori tak mungkin benar-benar jatuh cinta pada Hyuuga Hinata yang begitu biasa.
"Aku minta maaf, Senpai." Hanya kalimat itu yang bisa terpikirkan oleh dirinya.
"Aku butuh penjelasan, Hinata."
Bukan salah Sasori jika dirinya meminta penjelasan dari Hinata. Itu haknya. Mungkin menghabiskan waktu dengan makan es krim bersama, berangkat dan pulang bersama dari sekolah. Menghabiskan waktu bersama di ruang klub. Mencoba es krim rasa baru. Bergandengan tangan. Ciuman di pipi dan kening. Semua itu adalah tanda bahwa hubungan ini lebih dari pada sebatas senior dan junior. Lebih dari pada teman.
Ia tegakkan kepalanya. Berusaha menatap wajah Sasori dengan sisa-sisa keteguhan hati. Kau harus siap dengan ini semua, Hinata. Semua ini bagian dari pilihanmu.
"Aku merasa bahwa kita.. kita tidak akan pernah cocok.""Kau bahkan belum menceburkan dirimu, Hinata. Mana tahu rasa airnya."
"Maafkan aku, Senpai."
"..."
Wajah datar itu membuatnya tak mengenal Akasuna Sasori yang biasanya. Kalau pun setelah ini Sasori ingin menjauhi Hinata, tak masalah. Ia rasa, Sasori berhak mengambil keputusan itu. Andai saja waktu bisa diputar. Ia akan berpikir dua kali menerima ajakan Sasori untuk saling mengenal. Ia akan bertahan dengan perasaan absurdnya. Jika dipaksa untuk hilang, perasaan itu akan hilang dengan sendirinya. Bukan begitu?
"Padahal aku baru berbicara dengan Sasuke kemarin."
Hinata menyipitkan matanya, berpikir. "Apa hubungannya dengan Sasuke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
when the party is over
FanfictionHinata dan Sasuke tahu bahwa hubungan keduanya terjalin karena perasaan masing-masing yang tak terbalas. Hubungan simbiosis mutualisme dengan kedok pertemanan. Akankah bertahan? "Kita masih tetap berteman 'kan, Hinata?" "Tentu saja. Kita teman sehid...