Halo guys ini chapter 32 wkwkwkwk....
Kok aku juga makin deg-degan yah sama ending cerita ini wkwkwkwk... Kek gasabar sekaligus ga tega sama endingnya nanti muehehehehe
.
.
When the party is over...
.
.
Kakashi-sensei membaca satu persatu angket yang dikumpukan murid-muridnya hari itu. Bibirnya terkadang tersenyum tipis saat membaca berbagai macam pilihan universitas dan program studi di lembarnya. Terkadang ia menganggukkan kepala, merasa bahwa pilihan salah satu muridnya sudah sangat benar. Lalu menggeleng pelan saat merasa ada yang kurang pas. Namun, tetap saja. Bukan kapasitasnya untuk melarang murid-muridnya memilih universitas yang mereka mau. Ia ada untuk membimbing mereka.
Ketukan di meja membuatnya mendongak. Bibirnya tersenyum, membuat mata sipitnya hampir tak kelihatan. "Uchiha-san, duduklah."
Sasuke menggeser kursi di depannya, kemudian duduk. Ia menyerahkan kertas yang sedari tadi dibawa. "Ini angketku, Sensei."
Pria berambut putih itu mengambil kertas yang diberikan Sasuke. Membaca tulisan tangan bagus yang tertera di lembarannya.
"Hatake-san! Aku pulang dulu, ya! Selamat untuk pernikahanmu, dan salam untuk Kurenai-senpai!" Teriakan Mitarashi Anko dari pintu depan.
"Terima kasih Anko-san!" Ia melambaikan tangannya ke arah wanita berambut biru itu, yang sudah menghilang di balik pintu.
"Aku tidak menyangka kalau Sensei akan menikah." Celetuk Sasuke mengamati wajah gurunya yang agak memerah. Entah karena cuaca yang masih dingin, atau rasa malu.
Kakashi menatap anak didiknya dengan senyuman tipis. Ia berdeham sebentar, "kita tak pernah tahu bagaimana jalannya hidup, Uchiha-san."
"Bagaimana mungkin Kurenai-sensei mau dengan Sensei?"
Ah, Kakashi lupa. Uchiha Sasuke adalah salah satu murid kesayangannya. Tak heran mulutnya sepedas itu. "Aku anggap itu pujian."
Suasana ruang guru hari itu sudah sepi. Lagi pula ujian akhir semester sudah berakhir beberapa hari yang lalu. Para murid dibebaskan untuk melakukan apa saja sampai waktu pulang jam 12.00 siang. Praktis, para guru pun juga tidak ada kerjaan selain hadir untuk absen pegawai.
Sebenarnya Sasuke pun tak ingin repot-repot untuk masuk sekolah. Namun, perayaan pentas seni membuat kelasnya cukup sibuk mengikuti perkembangan acara tersebut. Karena ini merupakan acara anak kelas tiga, seperti tradisi mereka dibebaskan dari persiapan acara. Sebagai gantinya anak kelas dua dan satu yang bertanggung jawab. Dan Shintaro dengan gampangnya menunjuk Sasuke sebagai salah satu siswa yang bertanggung jawab dari kelas mereka. Benar-benar sial.
Matanya mengamati ruang guru yang sudah sepi di jam 01.00 siang ini. Meninggalkan beberapa guru yang masih berkutat dengan lembar jawaban yang belum dinilai. Ia alihkan matanya pada tumpukan kertas di meja Kakashi. Sepertinya guru berambut putih itu akan lembur hari ini. Kasihan sekali, mungkin dia ingin cepat-cepat pulang dan berjumpa dengan istri barunya di rumah. Sungguh pasangan suami istri yang cukup fenomenal beberapa minggu belakangan.
"Kau hanya memilih satu universitas?" Tanya Kakashi.
Sasuke mengangguk.
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa memikirkan universitas lain selain Todai. Lagi pula aku memiliki tiga pilihan program studi di sana, untuk jaga-jaga saja."
"Kau memang terlampau percaya diri." Celetuk Kakashi kembali mengamati lembar angket Sasuke. "Banyak sekali yang memilih ke Tokyo."
KAMU SEDANG MEMBACA
when the party is over
FanfictionHinata dan Sasuke tahu bahwa hubungan keduanya terjalin karena perasaan masing-masing yang tak terbalas. Hubungan simbiosis mutualisme dengan kedok pertemanan. Akankah bertahan? "Kita masih tetap berteman 'kan, Hinata?" "Tentu saja. Kita teman sehid...