When the party is over…
.
.
“Dia kenapa?” Tanya Hanabi pada Neji saat ia melihat Hinata dengan wajah cemberut andalannya pergi ke kamar. Hanabi cukup peka untuk mengetahui bahwa kakaknya itu sedang kesal.
Neji hanya mengedikkan bahunya sambil mengamati Hinata yang menaiki tangga. Sebenarnya ia paham – mungkin – penyebab suasana hati Hinata yang buruk. Sepertinya memang ada hubungannya dengan Uchiha Sasuke. Adik dari teman sialannya. “Kakakmu sedang dekat dengan siapa akhir-akhir ini?”
“Setahuku dia masih sering malu jika bertemu dengan Naruto-nii. Jadi mungkin dia masih suka pada Naruto-nii.”
Sudah menjadi rahasia umum jika Neji dan Hanabi mengetahui perihal perasaan Hinata pada Naruto. Bahkan mungkin Neji sudah tahu jauh sebelum Hinata sendiri sadar akan perasaannya itu. Bagi seorang Neji yang terkadang sangat protektif pada saudaranya, Naruto bisa dibilang merupakan pilihan aman. Lagi pula kenakalan apa yang bisa diperbuat si pirang itu pada Hinata, selain ketololannya yang tak pernah peka akan perasaan Hinata. Jadi Neji pikir tidak apa-apa membiarkan Hinata bersama Naruto. Sialnya hubungan itu tak pernah berkembang, dan membuat Neji gemas sekali ingin memberi tahu Naruto tentang perasaan Hinata.
“Tapi akhir-akhir ini Nee-chan sedang dekat dengan teman sekelasnya.”
“Maksudmu si Uchiha itu?”
“Neji-nii tahu?”
Neji mengangguk kemudian menghela napas. Terkutuklah penyakit sister complex ini. Entah mengapa rasanya tak rela jika Hinata harus berakhir dengan si Uchiha. Ia mencium gelagat hubungan yang tak biasa di sini.
.
Hinata mengabaikan ponselnya yang sedari tadi bergetar. Ia tahu siapa yang menghubunginya, dan memutuskan tak ingin menjawab. Setidaknya untuk saat ini. Ia terlalu malas untuk berdebat bersama Sasuke. Itu pun jika Sasuke sadar bahwa ia sedang marah padanya.
Ia sangat lelah karena baru datang jam 2 siang tadi dari Higashi-matsushima. Hinata memutuskan kembali lebih awal karena neneknya akan pergi liburan ke Kyoto bersama Paman Hizashi untuk mengunjungi keluarga mendiang ibunya Neji. Awalnya Neji ingin ikut, namun esok pemuda itu harus kembali ke kampus untuk melaporkan hasil penelitiannya pada dosen. Jadi mau tak mau Hinata juga ikut kembali ke Sendai. Padahal ia masih ingin berada di Nobiru untuk beberapa hari.
Sejujurnya hari ini ia sangat terkejut saat bertemu dengan Sasuke dan kakaknya. Tak menyangka bahwa Neji dan Itachi merupakan sahabat karib semenjak SMA – walau Neji kukuh bahwa mereka bukan sahabat. Kesan pertama Hinata pada Itachi, pemuda itu sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dari Sasuke. Benar-benar berbeda. Itachi sama sekali tak memiliki sikap dingin yang selalu melekat pada diri Sasuke. Pemuda itu juga ramah dan sepertinya Hinata akan cocok jika bersama Itachi.
Bukan. Bukan cocok yang seperti itu.
Andai saja Sasuke memiliki sikap seperti Itachi. Mungkin ia akan lebih nyaman bersama –
Tunggu! Apa yang kau pikirkan Hinata?
Ia menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikirannya yang mulai random. Jika mengingat sikap pemuda itu di kedai ramen tadi membuat rasa kesal Hinata bertambah. Apa-apaan Sasuke itu! Dia secara tersirat menyuruh Hinata untuk membantu menetralkan suasana di kedai ramen tadi. Well, memang bukan ide bagus jika Itachi dan Neji tahu akan hubungan Hinata dan Sasuke yang sebenarnya. Ditambah kebohongan Sasuke tentang ‘teman dari klub voli’ soal Hinata, membuat Neji lebih curiga lagi pada hubungan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
when the party is over
FanfictionHinata dan Sasuke tahu bahwa hubungan keduanya terjalin karena perasaan masing-masing yang tak terbalas. Hubungan simbiosis mutualisme dengan kedok pertemanan. Akankah bertahan? "Kita masih tetap berteman 'kan, Hinata?" "Tentu saja. Kita teman sehid...