- Clue -
"Kok kamu mau duduk sama aku?"
"Ha?" Raka yang sedang menjawab latihan soal sontak menoleh dengan dahi mengernyit. "Maksudnya, Ris?"
"Kenapa kok kamu mau duduk sama aku?" tanya Risha sekali lagi.
Memang setelah perdebatan tadi pagi, Raka datang dan menengahi ketiganya yang sudah menjadi bahan tontonan. Cowok itu tanpa basa-basi langsung menarik Risha ke tempat duduknya dan memindahkan Huda--teman sebangkunya itu--untuk duduk di bangku Risha semula, menjadi satu bangku dengan Laura.
Sampai, di sinilah Risha Raka sekarang. Duduk di bangku pojok bagian kiri di kelas mereka. Sangat jauh jaraknya dengan bangku Laura yang ada di sisi sebelah kanan.
"Oh ...." Raka membulatkan mulut. Menulis sekilas sebelum berkata, "Emang kenapa? Nggak boleh?"
"Bukan gitu. Cuma aneh aja." Risha menghela napas.
Raka melirik Risha sebentar. " Jangan cuma karena satu dua orang begitu, kamu jadi pukul rata semua orang juga begitu."
Risha bergeming. Kalau dulu setiap Raka-Risha disatukan akan membuat pasar terasa berpindah, kini justru sebaliknya. Bukan ramai, tetapi malah suasana awkward yang menyelimuti mereka.
"Aku percaya bukan kamu orangnya." Cowok bermata sipit itu berkata tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya. "Tapi kalo aku boleh ngasih saran, mending kamu dengerin kata-kata Laura."
Dahi Risha mengernyit. "Yang mana?"
"Jauhin Naufal."
"Kok kamu tau?"
"Aku beberapa kali denger kalian ngobrol."
Perkataan Raka membuat Risha mendengkus, sebelum akhirnya, helaan napas berat lolos dari mulutnya. "Sebenarnya, aku juga udah berusaha jauhin dia dari kejadian HP Laura ilang itu, tapi ...." Risha menjeda sejenak.
Raka mengedarkan pandangan sekilas. Melihat teman-teman sekelasnya yang juga tengah sibuk menjawab latihan soal sembari mengobrol, dirinya menjadi mengalihkan atensi ke Risha sepenuhnya. "Tapi?" tanyanya.
Risha menggeleng. "Nggak bisa." Gadis berambut dicepol asal itu menghela napas. "Aku udah coba, tapi tiap aku liat dia, pikiranku yang pengen jauhin tiba-tiba ilang. Aku kayak tiba-tiba disuruh suka banget sama dia. Bahkan tiap dia ngirim pesan, jariku kayak ada nyawanya. Jempol ini tuh kayak nulis sendiri di keyboard HP-ku."
Risha menatap jempolnya dengan pandangan aneh. Jujur, Risha benar-benar merasa demikian, dan dirinya tidak tahu itu kenapa.
Dulu dirinya memang suka dengan Naufal. Ralat, bukan suka, tetapi lebih ke kagum, dan hanya melihat dirinya sekilas saja Risha sudah senang. Dirinya benar-benar tidak berharap lebih dengan kakak kelas penuh prestasi itu.
Namun, entah mengapa, kini semenjak dirinya berstatus pacar seorang Naufal, perasaan kagum itu tiba-tiba pergi. Berganti menjadi perasaan suka yang ... argh! Sangat aneh rasanya.
Risha melirik Raka yang tampak terdiam. Cowok itu seperti tengah memikirkan sesuatu. "Rak?" tegurnya.
"Eh." Raka tersentak. "Mm, maaf, tapi ... Naufal pernah ngelakuin apa ke kamu?"
Dahi Risha kontan mengernyit. "Ngelakuin apa maksudnya?"
"Eh, udu ngono." (Eh, bukan gitu) Raka gelagapan. "Maksudku, tuh, kayak kamu pernah disuruh jagain dompetnya, atau kamu perna makan bareng dia di mana gitu, atau gimana. Gitu maksudku. Ojo mikir aneh-aneh, weh."
"Oh ...." Risha mengangguk-angguk. Dengkusan keluar dari mulutnya. "Bentar tak inget-inget." Cewek berginsul itu tampak mengedarkan pandangan ke langit-langit kelas.
Melihat itu, Raka sedikit tertegun. Cowok itu baru tahu, kalau Risha tengah dalam mode seperti itu, wajahnya benar-benar menggemaskan. Cewek itu seperti balik ke Risha yang dulu. Pantas saja banyak cowok yang diam-diam kagum dengan gadis itu, terutama Ardhan.
"Pernah."
Kalimat Risha itu berhasil membuat kesadaran Raka kembali ke alam nyata. Cowok itu mengalihkan pandangan. Mengerjap sebentar, sebelum kembali memandang Risha. "Apa?" tanyanya.
"Waktu itu, Naufal pernah nitipin dompetnya pas dia mau ke toilet." Risha tampak mengingat lagi. "Pas kita mau makan kalo nggak salah."
"Kamu ada nemu sesuatu di dompetnya?"
Risha mengingat lagi. "Enggak. Aku nggak berani buka-buka barang yang bukan punyaku."
Raka mengangguk-angguk. Kayaknya dugaanku bener, deh.
***
"Mas? Kok diem aja? Ada apa?" Risha menyentak Naufal yang dari tadi bergeming di sebelahnya.
"Hm?"
Lagi-lagi hanya gumaman yang keluar dari mulut itu. Membuat Risha kembali mendengkus. Entah ke berapa kali sekarang.
"Ada apa? Maaf, kalo aku ada salah." Kata itu akhirnya keluar dari mulut Risha. Cewek itu benar-benar takut dengan Naufal yang seperti ini.
Tadi sebelum keduanya sampai di kantin ini, Naufal sempat melihat Risha tengah bercanda dengan Raka di bangku mereka. Semenjak itulah, cowok itu mendadak diam seribu bahasa.
"Mas?"
"Kenapa jadi sebangku sama Raka?" tanya Naufal tanpa mengalihkan pandangan dari lontong campur di hadapannya. Nadanya terdengar dingin.
Risha menghela napas. "Karena Laura nggak mau sebangku lagi sama aku."
"Kenapa harus Raka?"
"Karena cuma dia yang mau."
"Pindah."
Risha seketika mendongak. "Pindah ke mana lagi? Nggak ada yang mau sebangku sama aku, Mas ...."
Tiba-tiba Naufal membanting sendok yang tengah ia bawa. Menimbulkan bunyi, "ting" yang membuat Risha berjengkit seketika. "Yo wes," katanya.
Naufal tampak beranjak, sebelum akhirnya, cowok itu berlalu begitu saja.
Hewwo!
Maaf, segini dulu, ya 😩 aku usahain apdet secepatnya. Kemarin2 lagi anuin anu soalnya 😭🙏.
.23/09/21
©wishasaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
Ficção Adolescente"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya." ━━━━━━━━━━━━━━━ Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya. Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...