"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya."
━━━━━━━━━━━━━━━
Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya.
Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di perjalanan, senyum terus terukir di bibir kedua sejoli itu. Suasana suram yang tadi memenuhi rongga dada, kini berganti dengan warna cerah yang membuat wajah pun ikut berseri karenanya.
Risha memejamkan mata. Membiarkan angin malam membelai lembut wajahnya. Membiarkan tangan mungil itu bertengger manis di pundak depannya. Juga membiarkan seseorang menikmati senyum manis itu dari balik spion motor yang ditumpanginya.
Diam-diam, Ardan tersenyum melihat wajah damai itu. Wajah tanpa beban yang selalu berhasil membuat dirinya ikut semangat. Wajah yang selalu berhasil membuat dirinya khawatir saat tidak dekat. Juga wajah yang sialnya selalu menari-nari di pikirannya setiap saat. Entahlah, Ardan sendiri tidak tahu apakah ini keberuntungan atau kesialan.
Cowok bermata tajam itu melirik gelang yang melilit pergelangan tangannya, kemudian berganti melirik ke tangan mungil yang bertengger manis di pundaknya. Bibir itu lagi-lagi melengkung.
"El, aku baru tau lho, kalo di sana ada pasar malam," ujar Risha tiba-tiba. Badannya kini lebih condong ke depan agar Ardan dapat mendengar jelas suaranya.
"Mosok sih?"
"Iyaaa ... Naufal nggak pernah ngasih tau kalo ada pasar malam di sana."
Deg!
Senyum di bibir Ardan seketika luntur. Pikiran cowok itu kini berkelana ke mana-mana setelah nama itu dilontarkan Risha.
"El, kamu denger nggak, sih, aku ngomong apa?"
Bukannya menjawab, Ardan malah menepikan motornya di depan sebuah warung. Membuat gelombang samar seketika muncul di dahi Risha.
"Nal, aku mau ngomong bentar."
Gadis dengan rambut dicepol asal itu tampak kebingungan. Kepalanya celingukan melihat-lihat keadaan sekitar.
"Mau ngomong apa, El?" tanya Risha setelah turun dari motor. Keduanya kini berjalan ke arah bangku panjang yang berada di depan warung.
Ardan terlihat menghela napas. Pandangannya lurus mengarah ke mata Risha. "Nal ... jauhin Naufal."
Deg!
Mata Risha seketika membulat. Pandangannya menatap Ardan dalam, seolah menuntut untuk segera dijelaskan.
"Tolong jauhin Naufal, Nal. Dia nggak sebaik yang kamu kira."
Dahi Risha mengernyit. Sebelah tangannya bergerak meraba kening cowok di depannya. "El, kamu sakit? Ngantuk? Apa kecapean? Ayo pulang aja, deh."
"Nggak, Nal. Ini serius." Ardan menggenggam tangan Risha yang ada di dahinya. "Kamu boleh pacaran sama siapa aja, Nal. Asal jangan sama Naufal."