- Sisi Lain -
🍵🍵🍵
“Malaikat diri akan terlihat saat merasa nyaman, dan iblis dalam diri juga akan terlihat saat seseorang merasa terancam.”
- Kontras -Risha, gadis yang masih memakai seragam Paskibra dengan kedua tangan memegang kamera DSLR itu tengah duduk di taman dengan muka jenuh.
Ia terlihat benar-benar sudah lelah untuk sekadar mengambil gambar bersama. Apalagi saat banyak teman cowok seangkatan—bahkan kakak kelas—yang tiba-tiba menjadi sok akrab dengan mengajaknya foto bersama. Apa-apaan, coba?
Risha jadi menyesal tidak langsung pulang setelah bertugas tadi. Batinnya terus menggerutu lantaran ia malah menolak ajakan Ardan untuk pulang bersama.
Harusnya kalau tadi dirinya ikut Ardan, ia pasti sekarang sudah bisa menonton sahabatnya itu pentas di desa seberang, bukannya malah celingukan seperti orang hilang di sini.
"Ey, Ris. Sendirian aja. Gak ikut foto bareng mereka-mereka?" Raka—teman sekelas Risha—berucap sembari ikut duduk di sampingnya.
"Gak, ah. Tadi udah banyak. Pegel."
"Cie ... Risha si barbar punya banyak fans sekarang, nih, cieee," cibir cowok yang tengah memakai seragam Karate itu sambil tertawa.
Risha melirik Raka sinis. "Kalo mau ngajak ribut, jangan sekarang, deh. Aku lagi males. Besok-besok aja."
"Dih!" Raka kembali terbahak melihat wajah sebal Risha. "Iya, deh, iya ... eh, betewe, mana si Ratu Selpi yang sering sama kamu itu? Biasanya dia paling gercep kalo liat sahabatnya pake ginian."
"Tuh!" Risha melirik kerumunan di sebelahnya malas.
Raka mengikuti arah pandang Risha. Di sana, terlihat seorang gadis dengan nametag Laura Maharani Putri—si tukang selfie—tengah sibuk berfoto dengan para anggota Paskibra. Wajahnya tampak berseri-seri saat seseorang yang ia mintai foto bersama, setuju dengan ajakannya.
Seseorang yang menjelma menjadi sahabat Risha semenjak menginjak bangku SMA itu memang rempong sekali bila ada hal seperti ini. Ia seolah orang pertama yang harus punya kenangan tentang kejadian dan peristiwa itu sebelum orang lain punya.
"Dih, dasar Ratu Selpi!" cibir Raka. Kekehan terdengar setelahnya. "Aku heran sama kapasitas memori di HP-nya. Kok muat gitu nampung poto dia yang seabrek itu."
"Hm ... kamu gak tau aja, Rak. Ini ...."
"Woy, Rish! Sini kumpul!" Teriakan dari seorang cowok berseragam sama dengan yang Risha pakai itu berhasil memotong perkataan Risha.
"Wes ya, Rak. Besok lagi. Udah dipanggil sama Bapak Ketua, tuh," ucap Risha sembari beranjak dari duduknya.
"Ah, tuman. Yaudah, deh. Aku di sini sendirian gak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
Novela Juvenil"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya." ━━━━━━━━━━━━━━━ Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya. Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...