- Persahabatan -
Persahabatan; sebuah hubungan erat yang terjalin antara satu orang dengan orang lainnya, yang dianggap dapat menjadi tempat segala keadaan dan penuh dengan kenyamanan.
Sejujurnya, Risha takut dengan hubungan itu. Takut alih-alih bertahan sampai lanjut usia, malah berhenti di tengah jalan karena gagal melewati cobaan.
Risha juga takut dirinya tidak bisa menjaga kepercayaan. Risha takut, jika ternyata, dirinyalah yang melanggar arti dari persahabatan.
Helaan napas berat lolos dari mulut Risha. Gadis itu berdiri. Melangkah ke jendela kamar yang terpasang besi pembatas, lalu membukanya.
Gelap langsung menyambut pandangan Risha. Silir angin juga tak kalah langsung meniup anak rambutnya.
Risha terdiam. Pikirannya terlempar ke beberapa waktu lalu. Membuat rasa bersalah kembali menyerang. Memporandakan pikiran yang sedari tadi tidak bisa diistirahatkan.
Dirinya menyesal. Sangat. Kepercayaan yang Laura taruh melebihi rasa percaya dirinya padanya, tetapi, kenapa Risha malah dengan seenaknya menyepelekan itu?
Namun, bukan hanya itu yang membuat kepala Risha penuh, akan tetapi juga karena kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan sebelum pulang benar-benar memisahkan keduanya.
Risha terdiam setelah Laura melepaskan cekalan di pundaknya. Seolah hipnotis, kalimat yang barusan gadis itu lontarkan berhasil membuat kepala Risha berdenyut.
Belum selesai gadis itu mencerna kalimat tadi, Laura kembali melontarkan kalimat yang membuat dahi Risha semakin mengernyit.
"Ris, aku serius sama kataku tadi." Pandangan Laura menatap lurus netra Risha. "Kalo kamu nggak percaya sama kataku, dan malah tetep percaya sama cowok itu .... "
Gadis itu mundur beberapa langkah. Tangannya bergerak mengambil tas yang terletak di meja belakangnya. "Maaf, Ris." Laura menggendong tas-nya. "Kayaknya ... persahabatan kita cukup sampe di sini."
Risha mengusap wajah kasar. Perkataan Laura itu benar-benar membuat dirinya tidak bisa berpikir jernih.
Di satu sisi, Laura adalah sahabat. Namun, di satu sisi lagi, gadis itu menyuruhnya menjauhi Naufal, yang notabene-nya adalah sang pacar.
Sekarang Risha harus bagaimana?
Risha berdecak. Dirinya menutup jendela kamar, kemudian berbalik dan membanting tubuhnya ke kasur untuk meredam semua pikiran yang ada di kepala.
"Capek, Ya Allah ... capek!"
Risha mengubah posisi menjadi terlentang. Kepalanya semakin berat. Satu masalah belum selesai, sudah ada masalah lain yang datang menghampiri. Masalah-masalah itu seolah memang sudah niat mengantre untuk segera menyerangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
Dla nastolatków"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya." ━━━━━━━━━━━━━━━ Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya. Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...