32. Kontras

50 5 10
                                    

- 32. Misi -

"Gimana, Rak? Pak De kamu bisa?" seloroh Laura setelah meletakkan tiga gelas kosong beserta satu teko berisi es teh manis penuh, di depan kedua tamunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana, Rak? Pak De kamu bisa?" seloroh Laura setelah meletakkan tiga gelas kosong beserta satu teko berisi es teh manis penuh, di depan kedua tamunya.

"Bisa. Besok setelah pulang sekolah, kita langsung ke sana." Raka menuang isi teko itu ke dalam gelas miliknya. "Kamu juga ikut, yo, Ar. Biar bisa bareng-bareng atur strategi sama Pak De-ku."

"Iya."

"Jangan sampe cewek kamu tau," timpal Laura.

"Iya."

"Jangan bilang siapa-siapa loh, ya."

"Iya."

"Kamu mau maling ya, Ar?"

"Iy ...." Kalimat Ardhan menggantung, berganti dengan tatapan malas yang ditujukan ke arah Raka dan juga Laura yang tengah cekikikan. Cowok itu mendengkus.

"Makanya jangan iya-iya mulu. Kamu semenjak jauhan sama Risha jadi tambah dingin, deh."

Ardhan seketika tertegun mendengar cibiran dari Laura itu. Dirinya baru sadar, ternyata memang benar, Risha sangat berpengaruh dalam kehidupannya.

Cowok berambut ikal itu berdeham. Mencoba meloloskan sesuatu yang mengganjal tenggorokan.

"Eh, iya, Ra. Selama kamu pura-pura jauhin Risha, ada yang keliatan curiga gitu nggak?" tanya Raka.

Laura meneguk minumannya sesaat. "Sejauh ini sih, aman. Cuma, aku makin gedek aja sama si Naufal kampret itu."

"Kalo itu, sih, jelas!" Raka berseru lantang. "Tapi aku takut, sih, sama Naufal. Dia anaknya ambis banget. Nggak mau kalah dan harus dituruti semua kemauannya. Kayaknya juga ... dia mulai curiga, sih, sama kita. Terutama aku."

Raka mendesah. Bukan tanpa sebab dirinya bisa berkata demikian. Baginya, setahun setengah bersama cowok itu di dalam satu kegiatan yang rutin dilakukan dua kali dalam seminggu sudah cukup untuk membuatnya hapal dengan sifat si kapten taekwondo itu.

Apa lagi mengingat tatapan sinis yang selalu dilemparkan ke arahnya akhir-akhir ini. Benar-benar seolah bom waktu yang siap meledak kapan saja.

"Kalo gitu, kita harus semakin ngeyakinin dia kalo kita bener-bener jauhin Risha. Pokoknya bikin kayak kita tuh benci banget dan nggak peduli sama Risha." Laura berkata menggebu-gebu.

Hal itu tentu disetujui oleh Raka. Mereka kini benar-benar seperti bestie sejati yang akan saling mendukung satu sama lain. Padahal, dulu Raka, Risha, dan Laura setiap disatukan akan menciptakan keramaian luar biasa yang lebih mirip pasar pindah.

KontrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang