15. KONTRAS🍵

125 26 265
                                    

- Ada Rasa yang Singgah -

🍵🍵🍵

"Rasanya ingin bersikap biasa saja, tapi anehnya, aku tidak bisa."
- Kontras -

Gethuk asale saka telaMata ngantuk, iku tandane apa?Ah alah gethuk asale saka telaYen 'ra pethuk atine rada gela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gethuk asale saka tela
Mata ngantuk, iku tandane apa?
Ah alah gethuk asale saka tela
Yen 'ra pethuk atine rada gela.

Suara sinden Campursari terdengar mengalun merdu di teras rumah Risha. Gadis dengan rambut dicepol asal itu saat ini tengah menyapu halaman dengan sapu lidi di tangannya.

Sebenernya, Risha sangat capek mengingat dirinya baru saja pulang dari latihan Paskibra. Namun, saat melihat pelataran rumahnya dipenuhi daun kering, seketika ia teringat kata Mbah Kakung yang katanya kalau tinggal di desa tidak boleh mengenal kata lelah. Semua harus dijalani dengan ikhlas walau selelah apa pun diri itu.

Itulah mengapa Risha selalu terlihat rajin. Simbahnya tidak lelah untuk selalu menekankan kepadanya kalau melakukan pekerjaan rumah itu penting untuk bekal hidup nanti.

Simbahnya sendiri pun tidak asal bicara. Beliau selalu mencontohkan hal tersebut sebelum berkata.

Seperti yang biasa Risha lihat, di umur yang sudah lebih dari setengah abad, kedua simbahnya tetap semangat untuk menggarap sawah yang luasnya tidak main-main. Tentu Risha akan sangat malu bila dirinya hanya bermalas-malasan di rumah.

"Nala, lagi nyapu, Nduk?" Seorang tetangga menyapa Risha. Membuat gadis itu seketika menegakkan badan.

Risha tersenyum. "Enggeh, Bu. Jenengan mau ke mana?"

Wanita berdaster itu ikut tersenyum. Tangannya kemudian menunjuk warung di dekat rumah Risha. "Mau ke sana, Nduk. Mau beli kecap. Mau masak, kok, kecapnya habis," katanya diikuti kekehan, "yo wes, tak duluan ya, Nduk. Nyapunya yang bersih biar suaminya gak berewokan."

Risha menanggapi dengan kekehan. "Nggeh, Bu."

Wanita itu tersenyum, sebelum kemudian pergi dari hadapan Risha.

Selain wejangan tentang pekerjaan rumah tadi, simbah Risha pun tidak henti-hentinya menekankan kepada Risha betapa pentingnya kesopanan. Beliau selalu mengatakan kalau orang bisa dihargai asal dirinya mau menghargai. Apalagi ia hidup di desa, daerah yang bisa dibilang kesopanan itu hal utama. Yah ... walaupun tidak sedikit pula yang berperilaku kurang pantas.

Risha kembali menegakkan badan. Ia mengambil pengki lalu mulai mengeruk daun kering dan sampah-sampah yang tadi disapu, kemudian dibuang ke lubang sampah yang ada di samping rumahnya.

"Ojo ngono, mas ...."

Suara itu sukses membuat Risha tersentak. Mata gadis itu melebar saat melihat seseorang di hadapannya.

KontrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang