"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya."
━━━━━━━━━━━━━━━
Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya.
Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maksudnya apaan nampar-nampar Risha?"
Suara tamparan yang menggema di seluruh koridor, berhasil membuat seluruh pasang mata menatap terkejut ke asal suara. Keliling ketiga orang itu seketika dipenuhi oleh kerumunan.
"Diem!" Laura menunjuk wajah Naufal. Matanya memerah. Tangannya menarik Risha yang ada di belakang cowok itu.
"Maksud kamu apa nyebar-nyebar foto itu?" Gadis itu berucap dengan bibir bergetar.
"Ny-nyebar foto?"
"Ck!" Laura mengalihkan pandangan. Mencoba menghambat air mata yang mulai mengaburkan pandangan, sebelum menyodorkan ponselnya yang menunjukkan postingan Instagram dengan username @laurasjy_ memposting fotonya yang tampak punggung tanpa pakaian dengan wajah melihat kamera, tetapi diburam.
"Ulah kamu, kan? Aku nggak bisa masuk akunku juga ulah kamu, kan?"
Mata Risha membulat sempurna melihat foto itu. Kepalanya menggeleng cepat. "B-bukan ak--"
"Gak usah bohong!" Laura membentak. "Kamu, kan, yang sebenarnya ngambil HP-ku!"
Risha bergeming. Tubuhnya gemetar. "Ra, denger--"
"Apa? Cuma kamu yang tau pola HP-ku, Rish! Cuma kamu yang tau pola buka kunci aplikasi di sana!"
Risha semakin bergetar. Pandangannya mulai mengabur. Laura yang ada di hadapannya kini seperti bukan Laura yang ia kenal.
Bisik-bisik mulai terdengar setelah Laura mengatakan itu. Tatapan sinis yang sempat mereda, kini lagi-lagi serasa menguliti tubuh Risha.
"Salahku apa, sih, Rish?" Laura maju selangkah. Sebulir air mata berhasil lolos dari pelupuknya. "Salahku apa!" Gadis itu mengusap pipinya kasar.
"Apa ini bentuk gak sukamu karena aku jadiin kamu tukang foto?"
"Enggak, Ra ... Aku--"
"Apa ini bentuk nggak sukamu karena aku yang goblok sampe nyusahin terus?" Pandangan Laura semakin mengabur seiring derasnya hujan yang turun dari matanya.
"Apa karena aku yang cerewet sampe bikin kupingmu sakit?"
Laura memandang Risha nanar. Sedangkan yang ditatap, gadis itu tetap bergeming dengan air mata yang sama derasnya.
"Bilang, Rish!" Laura mencengkeram bahu Risha. "Bilang!" teriaknya. Gadis itu meraung. Pandangan penuh kekecewaan itu benar-benar membuat dada Risha terasa terhimpit.
"Bilang, kalo kamu kamu keberatan! Bilang, kalo kamu nggak suka!" Laura menggeleng cepat.
"Kalo kamu bilang dari awal, aku nggak bakal nyusahin kamu." Suara Laura melirih di akhir kalimat. "Aku nggak bakal cerewetin kamu. Aku nggak bakal bikin kamu repot karena kemauanku. Aku nggak bakal lakuin itu semua, Rish!"