"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya."
━━━━━━━━━━━━━━━
Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya.
Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalian ada masalah apa, sih?"
Laura bergeming. Pandangannya mengedar. Sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan cowok di hadapannya.
"Ra?"
Tetap tidak ada jawaban.
Ardhan menghela napas. Mulutnya mengembuskan asap rokok yang baru saja ia isap.
Sudah hampir setengah jam dirinya ada di rumah gadis berpipi chabi itu--setelah sebelumnya memaksa masuk--karena Laura sedang tidak ingin diganggu. Namun, selama itu pula, keheningan menyelimuti keduanya. Ardhan jadi merasa kalau dirinya benda tak kasat, di sini.
"Aku capek."
Atensi Ardhan seketika teralih. Dahinya mengernyit mendengar suara yang lebih mirip bisikan itu.
"Salahku sama dia, tuh, apa, sih, sebenarnya?" Laura ikut menatap mata Ardhan. Sorot cerah yang sering terlihat, kini sayu, seolah cahayanya terbawa buliran bening yang tadi tak henti-hentinya mengalir.
Namun, alih-alih menjawab, Ardhan malah balik bertanya, "Kamu percaya kalo Risha pelakunya?"
Gadis itu mengalihkan pandangan.
Lagi-lagi helaan napas lolos dari mulut Ardhan. "Kalo kamu nggak keberatan, coba ceritain hubungan kalian akhir-akhir ini," ujarnya hati-hati, "siapa tau ada dalang yang bikin kalian begini."
Laura tidak menjawab. Namun, gadis itu tampak mengembuskan napas berkali-kali, seolah tengah mempersiapkan diri.
Berbalik dengan Laura, senyum tipis malah terbit di bibir Ardhan. Dirinya tahu, Laura pasti akan bercerita. Hanya perlu waktu saja. Setidaknya dengan cerita itu, akan membuka sesuatu yang akhir-akhir ini tak dirinya ketahui sedikit pun.
"Oke."
Kata itu merupakan ibu dari kata setelahnya, membuat Ardhan menatap Luara penuh--menunggu sang anak dari kata itu--keluar dari mulut mungil di depannya.
Laura mulai bercerita, sampai tidak terasa, menit demi menit berlalu begitu saja.
Seolah kunci gerbang rahasia, kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Laura membuka semua gerbang yang telah terkunci rapat-rapat. Abu-abu yang sedari tadi menghalangi pandangan, kini mulai tampak warna aslinya.
Sejenak, Laura terdiam. Seolah teringat sesuatu, gadis itu menatap manik Ardhan serius.
"Aku nggak tau ini cuma kebetulan atau gimana, tapi, aku inget banget, kejadian foto ini, pas banget sama kejadian aku meringatin Risha supaya jauh-jauh sama Naufal."
Ardhan mengernyit. "Kamu ngomong apa?"
"Aku cuma bilang, kalo Risha masih percaya sama pacarnya itu ... hubungan persahabatan kita berakhir." Perkataan Laura melirih di akhir kalimat.