"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya."
━━━━━━━━━━━━━━━
Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya.
Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Risha pikir, pergi dan tidak kembali mendengar omelan simbahnya itu menyenangkan. Namun, ternyata terjebak dalam kubangan keheningan bersama seseorang yang dulunya dekat, tetapi tiba-tiba terasa jauh, lebih menyebalkan daripada terkena omelan.
Jujur, Risha tidak suka dengan keadaan seperti ini. Rasa asing yang bahkan dulu tanpa jaim sukses membuat dirinya kebingungan. Sebenarnya ada apa dengan cowok di sampingnya?
"El ... kita mau sampai kapan jalan-jalan muter doang gini? Kita udah lewatin pedagang itu tiga kali sekarang, lho."
Ardan sedikit tersentak. Hal itu terlihat dari sorot mata juga gerakan refleks kepalanya saat menoleh ke arah Risha. "Eh, kamu mau jajan apa? Ayo aku beliin."
Tuh, kan.
Risha menghela napas. Keramaian di pasar malam yang sedang keduanya kunjungi nyatanya tetap terasa sepi dengan keterasingan.
Sungguh, Risha tidak tahu sebab Ardan menjadi demikian. Dirinya tadi sudah berusaha bersikap senormal dan sebiasa mungkin di depan cowok itu, bahkan candaan yang biasa bikin keduanya saling maki pun sudah Risha coba. Akan tetapi, semua pupus setelah mendengar respons berbeda dari Ardan.
Candaan yang Risha harapkan bisa membangun suasana, nyatanya malah terasa kaku dengan respons yang terdengar dipaksakan.
"Kayaknya kita perlu duduk, El."
"Enggak mau jajan dulu? Nanti bisa dimakan sambil duduk."
"Kamu aja. Aku udah kenyang." Risha berjalan ke arah bangku panjang yang letaknya di samping penjual jagung bakar. Di belakangnya, Ardan mengikuti dalam diam.
Lagi-lagi keheningan menyelimuti keduanya, membuat pasangan sahabat itu terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang marahan.
Entah apa yang Ardan pikirkan sedari tadi. Entah pikiran apa yang membuat cowok itu diam seribu bahasa. Hanya satu yang Risha rasakan; ia tidak suka dengan keadaan seperti ini.
"El ...."
"Nal ...."
Kampret!
Ardan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Risha, gadis yang malam ini memakai cardigan panjang itu terlihat memalingkan wajah dengan senyum canggung menghiasi bibirnya.
Ya Tuhan, ini bukan lagi mirip, tetapi ini memang cosplay menjadi pasangan kekasih yang sedang bertengkar!
"Eh, Mas, iku pacarnya biar gak nesu beliin jagung bakar aja." Kata-kata itu sukses membuat keduanya menoleh dengan mata membulat. "Dijamin nanti pasti senyum lagi, Mas." Pria paruh baya itu melanjutkan dengan senyum geli tercetak di bibirnya.