- Etika -
🍵🍵🍵
"Hal kecil yang dianggap biasa saja, bisa jadi hal luar biasa di mata orang."
- Kontras -Risha membanting tubuhnya ke kasur. Matanya menatap nyalang ke langit-langit kamarnya yang tertutup kelambu.
"Orang itu ke sini mau ngapain, sih? Tuman banget ke sininya gak ingat waktu!" gerutu Risha. Decakan berkali-kali keluar dari mulutnya.
Bukan. Risha kesal bukan karena dia gagal menonton televisi, tetapi memang karena ayah tirinya itu yang ke sininya tidak lihat waktu.
Pasalnya, sekarang ini masih suasana magrib. Bahkan, beberapa musala baru saja menyelesaikan ikamah-nya. Ya, walaupun banyak pula yang sudah selesai dari tadi. Namun, tetap saja. Tidak bisakah menunggu sampai isya terlebih dahulu?
Apalagi kebiasaan keluarganya adalah makan setelah selesai salat magrib--yang artinya--sekarang. Lalu kenapa masih ke sini? Tidak tahu? Atau, lupa? Tidak mungkin! Risha sangat tahu kalo ayah tirinya itu bukan orang yang pelupa.
Sekarang hanya ada dua faktor kenapa orang itu ke sini; ikut makan bareng, atau mau memberikan kabar hoax lagi kepada kedua simbahnya.
Bukan tanpa sebab Risha beranggapan demikian, tetapi memang karena sebelum-sebelumnya tujuan orang itu ke sini di waktu seperti ini memang begitu.
Risha menghela napas. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang berada di atas bantal.
Baru saja Risha membuka data selulernya, tetapi bermacam-macam notifikasi sudah langsung menumpuk dari berbagai aplikasi. Mereka seolah sudah tidak sabar untuk segera keluar dari tempat persembunyiannya.
Mata Risha menyipit. Dari deretan notifikasi yang muncul, ada satu yang membuat Risha mengerjap berkali-kali guna meyakinkan diri.
Di sana, tepat di atas chat seseorang yang akhir-akhir ini selalu Risha tunggu kabarnya, terdapat nama kontak yang sangat familier. Nama seseorang yang akhir-akhir ini seakan menjauh dan baru muncul kembali tadi sore dengan tingkah anehnya. Ardan.
Eh!
Ngomong-ngomong tentang Ardan, Risha jadi teringat kalau nanti habis isya ia ada janji dengan cowok itu. Pantas saja hari ini dia mengirim pesan singkat.
Buru-buru Risha membuka pesan itu.
Depan Rumah 👺
Habis isya jgn lupa!Dahi Risha kembali mengernyit. Tumben sekali Ardan berkata demikian. Biasanya cowok itu langsung masuk rumah dengan teriakan. Bahkan tidak segan untuk langsung menggedor pintu kamar Risha tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"El hari ini aneh banget. Dia mau ngomong apa, sih?"
Risha bangkit dari tidurnya. "Mau ngajak ke mana, cob--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
Teen Fiction"Apa yang terlihat, tidak seperti kelihatannya." ━━━━━━━━━━━━━━━ Hati manusia itu rapuh, tetapi sayang. Mereka terlalu munafik. Berkata tidak apa, nyatanya ribuan duri menusuk batinnya. Duri-duri itu menciptakan biasa, yang nyatanya, semakin dibiar...