Bab - 8 | Si Baik Hati

1.5K 172 3
                                    

Setelah beberapa hari menjabat jadi sekretaris, Kana mengerti bahwa menjadi sekretaris tidak melulu hanya mengurus surat dan administrasi. Sekretaris juga harus aktif bekerja sama dengan ketua, wakil ketua, bendahara dan seluruh seksi bidang lainnya dalam berbagai hal. Menjadi sekretaris juga harus selalu uptodate mengenai perkembangan jobdesc setiap divisi, agar meminimalisir kendala yang mungkin dihadapi tiap divisi. Menyiapkan surat-menyurat yang dibutuhkan sehubungan hasil rapat, mampu menyimpan dan mendata arsip dengan baik, meminta tanda-tangan orang-orang yang terkait. Bekerja sama dengan wakil ketua, di saat ketua berhalangan. Bekerja sama dengan bendahara apabila sekretaris harus membuat laporan umum, di mana di dalamnya juga ada laporan keuangan dari bendahara. Tanpa kerja sama, maka kegiatan dan pelaporan tidak akan sesuai jadwal.

Dari berbagai yang menjadi jobdesc sekretaris tersebut, kegiatan yang kurang Kana suka adalah meminta tanda tangan petinggi terkait. Kana tadinya bersama Noah dan Dio. Namun setelah satu jam menunggu Dio memutuskan untuk menyerahkan tenggungjawab jobdesc ini pada Noah dan Kana dikarenakan dirinya ada kelas yang tidak bisa ditinggalkan. Jadilah hanya ada Noah dan dirinya yang tertinggal di ruangan salah satu petinggi universitas. Padahal mereka datang sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Tapi ternyata petinggi kampus memiliki jadwal mendadak yang tidak bisa dihindarkan. Tinggallah dirinya dan Noah di ruang meeting rektorat lantai empat.

Kana melirik jendela yang terbuka di sampingnya. Cuaca yang tadinya begitu cerah sudah berubah menjadi mendung. Awan gelap mulai bergerak bersamaan angin yang berhembus cukup kencang.

"Na, ambil." Kana mengalihkan pandangannya pada Noah yang menyerahkan satu roti abon kepadanya. Ini adalah roti kedua yang diberikan Noah setelah sebelumnya roti keju dalam satu jam terakhir. Kana jadi bertanya-tanya, berapa banyak roti bermacam rasa lagi yang ada di dalam tas sandang yang selalu pria itu sampirkan di punggungnya?

Melihat ancang-ancang Kana yang akan menolak rotinya, Noah berkata, "Pamali nolak makanan."

Mendengar itu, mau tak mau Kana menerima roti tersebut seraya melontarkan terima kasih.

"Sampe kapan kita harus nunggu. Mana gue laper," gerutu Noah yang berhasil membuat Kana tercengang. Cowok itu sedetik yang lalu baru saja melahap abis roti abon yang sama persis seperti yang Kana pegang pada saat ini. Bahkan Kana baru saja akan mencubit potongan pertama roti abon miliknya.

"Kamu bisa makan ini. Aku gak terlalu lapar kok."

"Bukan gitu. Maksudnya laper itu gue mau makan nasi padang. Gak makan namanya kalau belum makan nasi."

"Tapi-" ucapan Kana terhenti akibat terpaan angin yang menerpa dirinya. Membuat helaian rambutnya berantakan. Melihat itu Noah berdiri memerintahkan Kana bertukar tempat duduk dengannya.

"Na, pindah duduk sini."

Kana yang sibuk menahan kibaran rambutnya yang berantarakan karena terkena angin menuruti perintah Noah.

Setelah Kana berpindah, bukannya bergantian duduk dengannya, Noah malah mengambil posisi di belakang Kana. "Diem sebentar. Biar gue bantu ikat rambut lo." Melepaskan hairband yang sebelumnya Noah kenakan, ia menggunakannya untuk mengikat rambut Kana.

"Aku bisa kok ikat sendiri."

"Tangan lo kotor. Biar gue aja. Bolehkan gue pegang rambut lo?"

Kana menatap jemarinya yang belepotan dengan remahan abon. Ia pun lantas mengizinkan Noah mengikatkan rambutnya.

"Jangan gerak." Perintah Noah yang dituruti Kana dengan baik. Kana bisa merasakan beberapa kali Noah menyisir rambut dengan jemarinya yang memberikan sensasi geli di ujung rambutnya. Pria itu dengan lihai mengumpulkan rambut Kana pada satu titik lalu mengikatnya dengan baik. "Selesai. Nyaman gak?"

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang