Bab - 12 | Gara-gara popmie

1.3K 171 6
                                    

Gadis yang telah tidur selama beberapa jam itu akhirnya membuka mata. Sejenak ia mengamati sekelilingnya. Ia kembali memejamkan matanya sejenak saat menyadari dirinya berada di rumah sakit.

Hanya satu harapannya saat ini. Semoga mama dan papa tidak tahu menahu tentang keadaannya saat ini. Terutama mamanya.

Kana mengalihkan pandangannya saat ia mendengar suara gesekan pintu yang terbuka. Terlihat Bik Jah masuk bersama dokter yang Kana kenal baik di belakangnya.

"Non, udah bangun?"

"Kana, feel better?"

Bik Jah dan Om Farhan-dokter yang juga pamannya-bertanya bersamaan.

Kana menggelengkan kepalanya pelan. Ia berusaha jujur. Tenggorokannya sakit saat ia akan bicara. Nafasnya terasa sesak. Pipi dan lehernya terasa sangat gatal dan perih. Kepalanya juga berdenyut sakit.

"Minum dulu ya?"

Om Farhan segera membantu Kana melepas ventilator dan mengubah posisi Kana menjadi duduk. Meraih segelas air yang memang disiapkan di atas nakas, Farhan menyentuhkan ujung gelas tersebut ke bibir Kana. Walaupun tenggorokannya sakit, Kana tetap memaksakan air itu masuk ke dalam lambungnya. Ia memang membutuhkannya.

Farel menarik gelas itu saat dirasa sang keponakan merasa cukup. "Done?"

"Thanks, Om." Kana menelan ludahnya sekali untuk meredakan perih tenggorakannya.

"Jangan dipaksa bicara dulu. Kamu istirahat lagi ya. Tapi jangan tidur. Setelah ini makan, minum obat, lalu boleh tidur," perintah om Farhan mutlak.

"Om, Mama dan Papa bagaimana?" tanya Kana seperti berbisik.

"Kamu taukan sakit kamu gejala apa?" Om Farhan balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Kana.

"Anafilaksis." Kana mendesis pelan.

"Itu kamu paham. Kenapa kami masih makan sembarangan?"

"Kana gak tau-"

"Anafilaksis gak hanya untuk kacang dan seafood, Kana." Farhan menghentikan ceramahnya tidak tega melihat raut menyesal di wajah keponakannya. "Mama dan Papa kamu belum tau."

Kana bernafas lega mendengar jawaban itu.

"Tapi maaf ya, Om gak bisa sembunyin ini dari tante kamu." Farhan tertawa renyah melihat keponakannya menghela nafas pasrah.

"Kamu kan tinggal tutup kuping aja kalo tante kamu ngoceh. Masih ada 3 jam lagi sebelum operasi tante kamu selesai. Jadi kamu punya waktu siap-siap kan?"

Kana mengangguk setuju. Mungkin dia bisa pura-pura tidur saat tantenya datang.

"Om panggilkan suster untuk sediakan makan kamu sama obat."

"Makasih banyak, Om."

"Cepet sembuh, Na." Om Farhan mengelus lembut kepala Kana lalu pamit kepada Bik Jah sebelum keluar dari kamar inap Kana.

"Non. Jangan tiba-tiba pingsan gitu dong, Non. Hampir copot jantung saya liat badan Non terkapar di kamar mandi," serobot Bik Jah sesaat setelah Om Farhan menutup pintu.

Kana menelan ludahnya lalu berkata, "Maaf ya Bik. Udah ngerepotin."

"Aduh. Jangan bicara dulu atuh Non. Serem saya kalau urat tenggorokan Non putus."

"Bik. Kana minta tolong. Bawain laptop dan Handphone Kana ya?" Kana bicara lamat-lamat, mirip bisikan.

"Siap Non. Saya juga mau balik ke rumah dulu tadi. Mau ambil segala perlengkapan Non. Saya juga belum mandi Non." Sahut Bik Jah menyengir. "Ada lagi yang mau dibawa, Non?"

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang