Bab - 48 | Atmaja Sahid

1.5K 143 2
                                    

Tidak pernah mudah bertemu dengan sang Kakek. Pemimpin dari seluruh Sahid grup. Kakeknya yang sudah di usia senja itu masih tangguh bekerja seperti biasanya. Seakan tidak pernah lelah. Seakan usianya masih tetap muda. Seakan tidak ada sakit yang bisa menghentikannya. Meski tubuhnya tak lagi setegap dulu. Tapi tatapannya tetap searogan dulu.

Kana bahkan harus menunggu dua jam, hanya untuk bertemu dengan Kakeknya sendiri. Pria senja itu bahkan tidak memiliki toleransi terhadap keluarga sendiri.

"Thanks, Ben." Kana memberikan seulas senyum kepada salah satu personal assistant Kakeknya tersebut.

"Anytime, Miss," balas pria itu sebelum pergi meninggalkan Kana sendiri di depan pintu kebesaran ruanh kerja Kakeknya.

Butuh beberapa saat dengan beberapa kali helaan nafas sebelum Kana mengetuk pintu dan masuk.

Sang Kakek yang menyadarinya kehadirannya tampak begitu acuh. Hanya dua detik yang pria itu butuhkan untuk menatap Kana sebelum kembali membaca berkas di depannya.
Cucunya yang sudah dua tahun tidak ditemuinya tampak tidak terlalu berharga dibandingkan beberapa lembar kertas itu.

"Duduk."

Mengikuti perintah Kakeknya, Kana mengambil posisi duduk di salah satu sofa yang tidak jauh dari posisi pria itu.

Kana menunggu beberapa saat. Namun, Kakek Atmaja sepertinya tidak ada sedikitpun untuk memulai perbincangan dengan Kana. Oleh karena itu, Kana memberanikan diri untuk memulai.

"Kek.."

"Kalau ini tentang perceraian, saya tidak akan membahasnya. Tidak akan ada perceraian di keluarga Sahid."

"Tapi ada pernikahan kedua? Lucu sekali." Sarkas Kana mengena.

Sepertinya seorang Atmaja cukup terkejut mendengar nada sarkasme dari cucu satu-satunya hingga berhasil menarik atensinya penuh menatap Kana. "Dimana tata krama kamu?"

Kana tidak membalasnya. Karena memang ia jauh-jauh datang menemui kakeknya hanya untuk membahas tata krama."Kek...," panggilnya. Kana memberi senyum yang paling tulus yang ia punya. "Kana sayang Kakek, selalu," ungkapnya. Dan memang benar adanya. Kakek yang begitu tegas memang membuat Kana takut. Bahkan opini dan pemikirian pria itu yang bertentangan membuat Kana tidak ingin terlalu sering bertemu dengan satu-satunya Kakeknya ini. Bagaimanapun beliau, Kana tetap menyanyanginya. "Kana juga sayang Mama dan Papa." Ia melanjutkan. "21 tahun Kana hidup, Kana kira keluarga kita baik-baik saja dan akan begitu selamanya." Ia menghela dalam. Menyembunyikan gemetar yang sudah mencapai jemarinya. "Dan butuh 21 tahun juga untuk Kana tahu bahwa Kana punya ibu tiri dan adik tiri di atas pernikahan sah. Butuh 21 tahun untuk menunjukkan bahwa Kana bukan satu-satunya cucu Kakek."

"Selamanya hanya satu cucu Atmaja Sahid." Suara kakek begitu tegas tak terbantahkan.

"Kek.."

"Kamu akan menjadi satu-satunya pewaris Sahid group."

Tidak mengindahkan ucapan kakeknya, Kana mengutarakan maksudnya. "Mengenai perceraian, Kana tidak akan ikut campur. Itu hanya akan menjadi keputusan Mama dan Papa. Kana ke sini hanya ingin menyampaikan, kalau Kana telah selesai sidang skripsi beberapa hari lalu. Dan Kana sudah memutuskan untuk tidak mengambil peran dalam Sahid group cabang apapun. Kana .. mau jadi dosen. Kana mau kuliah sampai S3 dan jadi dosen."

"Tidak."

"Kana sudah jadi anak baik selama ini. Nurut sama perintah Kakek, kemauan Mama dan Papa. Jadi, sekali ini aja Kek." Ia meminta. "Sekali ini aja. Izinin Kana mengejar sesuatu yang benar-benar Kana mau lakukan. Boleh ya?" Pintanya. Berharap sang kakek mau sedikit melunak padanya.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang