Bab - 44 | Birthday boy

1.2K 129 7
                                    

Besok hari ulang tahun Noah. Dan Kana pusing memikirkan harus memberikan hadiah apa pada Noah. Mencoba mengingat kembali, Kana menulis list apa-apa saja hal yang Noah sukai. Buku? Jelas Noah suka buku. Tapi memberi buku sebagai hadiah ulang tahun, tampaknya terlalu biasa. Atau motor? Mobil? Tapi Noah terlihat sangat menyayangi motor matic kebanggaannya. Kalau Kana memberikan motor atau mobil, yang ada nanti malah tidak terpakai.

Ah, Valentino Rossi! Kana ingat ada poster besar pembalap legenda Valentino Rossi yang terpajang di dinding kamar Noah. Pria itu bahkan memiliki buku biografi dan berbagai koleksi miniatur idolanya tersebut.

Teringat akan sesuatu, Kana meraih ponselnya menghungi seseorang yang jelas bisa membantunya memberi hadiah terbaik bagi Noah.

"Om, lagi kerja?" tanya Kana langsung begitu panggilannya diterima.

"Engga, Na. Di rumah. Lagi off hari ini."

"Kana mau ke rumah, Om. Om jangan kemana-mana."

"Kok perasaan Om gak enak ya, Na?" Tanya Om Farhan yang dibalas Kana dengan tawa kecil sebelum mematikan panggilannya.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Kana untuk sampai di rumah om dan tantenya. Karena memang lokasi rumah mereka masih berada di sekitaran Jakarta Pusat.

"Tumben, Na," ujar Tantenya ketika menyambut Kana di depan rumah.

Kana berjalan di belakang tantenya, membawanya ke ruang tv dimana Omnya berada. "Aku mau minta tolong sama Om Farhan, Tante," ujarnya.

Tante Anna menghentikan langkahnya, membuat Kana turut berhenti. "Kamu ada masalah?" tanya Tante Anna yang raut wajahnya sudah berubah khawatir.

"Engga kok, Tante," lontarnya menenangkan sang tante.

"Kana, tumben main ke rumah," sapa Omnya sekilas sambil mengganti siaran tv di depannya.

Kana mengambil posisi duduk di sebelah om-nya. "Om, Kana minta tolong boleh? Eh, bukan minta tolong," koreksinya. "Tapi minta barang. Boleh?"

Om Farhan lagi-lagi hanya menoleh sekilas lalu lanjut mencari siaran tv kesukaannya. "Kamu mau dibeliin sesuatu?"

"Engga beli, Om," Kana coba menjelaskan. "Jadi besok Noah itu ulang tahun. Setelah berfikir apa yang cocok dijadikan hadiah, Kana mau itu," tunjuk Kana pada sebuah benda di pojok ruangan, terlindung dalam kotak kaca, "buat jadi hadiah Noah. Dia pasti suka banget."

Mengikuti arah jari telunjuk Kana, sontak Om Farhan mengalihkan seluruh perhatiannya pada Kana. "Bukannya Om pelit. Tapi Na, jangan yang itu ya?" tawarnya. "Yang lain aja. Om beliin apapun. Motor gimana? Moge? Vespa gitu? Atau motor gaya anak jalanan? Noah suka yang gimana? Om beliin, Na. Kalau gak motor Om aja deh ambil satu di garasi."

"Kana kan minta helm, Om. Bukan motor. Lagipula Noah suka banget sama motornya. Pasti gak mau kalau diganti. Jadi itu aja ya?" tunjuk Kana lagi. "Please? Kana bayar kok helm-nya."

"Bukan masalah uang, Na. Tapi, effort-nya itu loh. Kenangannya. Om harus ngantri 5 jam di Misano demi tanda tangan di helm itu. Dan kalau kamu mau tahu, itu helm bukan sembarang helm. Helmnya itu pernah di pakai Rossi loh, Na. Mana sekarang Rossi udah pensiun. Gak bisa lagi, Na, Om dapet yang begituan. Ngerti dong ya?" Om Farhan malah balik memohon padanya. "Susah payah Om dapetinnya, masak untuk Noah? Om suka sih sama Noah. Tapi, Om lebih suka Rossi. Jangan yang itu ya? Yang lain aja. Yang Marques, Lorenzo, Vinales, atau terserah yang mana. Itu favorit, Om. Jangan ya?"

Walau kasihan, Kana teguh dengan permintaannya. "Om kan ada banyak. Kana cuma mau satu. Yang punya Rossi. Ya? Boleh ya?"

"Boleh, Na. Ambil aja nih," Tante Anna tiba-tiba memberikan helm yang tadi masih dalam kehangatan kotak kaca, kini sudah dimasukkan dalam plastik kresek.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang