Bab - 26 | Off shoulder dress

1.2K 157 0
                                    

"Seneng banget sih, le."

"Kana kok bisa cantik banget ya, Bun."

Bunda mengambil posisi duduk di sebelah anaknya. Ia bisa melihat layar laptop anak laki-lakinya itu yang kini dipenuhi oleh wajah cantik Kana. "Bunda kira kamu kerja, le. Eh taunya lagi nge-bucin."

"Ini juga sambil kerja, Bun. Kalau suntuk terus lihat foto Kana tuh rasanya kayak abis dapet energi baru."

"Berasa avatar kamu ya. Bisa nyerap energi."

Noah merebahkan kepalanya di pangkuan sang Bunda. "Bun.."

Sang Bunda menjawab dengan dehaman panjang sambil mengotak-atik siaran tv.

"Walaupun Noah gak punya ayah. Gak pernah sekalipun Noah merasa sendiri dan kesepian. Karena Noah punya Bunda. Tapi Kana berbeda. Walau dia punya dua orangtua yang lengkap, Kana kayaknya kesepian banget. Bunda bayangin aja, Kana terakhir kali ketemu orangtuanya tuh hampir sebulan yang lalu. Terus, ditelpon mamanya hampir dua minggu yang lalu. Noah gak ngerti sih, dengan keluarga konglomerat yang lain. Tapi liat Kana yang sendiri gitu, Noah jadi bersukyur gak pernah merasa kesepian walau dalam kondisi kelaparan sekalipun. Kasian Kana, Bun. Mainnya sama ART mulu. Kalau Bunda lagi kosong, Bunda ajak Kana keluar dong. Atau sekedar telpon juga boleh. Tanya apapun gitu."

Bundak mengacak rambut putranya yang kini sudah dipangkas pendek. "Kamu se-suka itu ya sama Kana?"

Noah mendecak. "Kan udah jelas, Bun. Ngapain ditanya coba?"

"Kalau ternyata Kana gak suka sama kamu gimana?"

Pertanyaan ini juga sering melintasi benak Noah. Apalagi Kana dengan jelas mengatakan kalau ia belum pernah pacaran. Noah yakin, masalahnya bukan terletak pada tidak ada yang mendekati Kana. Yang mendekati Kana pastilah banyak. Dan dari berbagai kalangan. Tapi emang Kananya aja yang belum mau berada dalam suatu hubungan. Bagaimana kalau saat ini, Kana juga belum berpikir untuk pacaran? Terus Noah bagaimana?

"Kalau Kana gak suka sama Noah?" Ia mengulang pertanyaannya. "Pasti patah hati lah, Bun. Tapi ya gak mungkin dipaksa. Masalah hati itu bukan kehendak manusia. Sama halnya dengan perasaan Kana. Perasaan Kana, bukan Kana sendiri yang nyetir. Tapi Tuhan. Jadi Noah mah tinggal minta sama Tuhan aja. Buat bikin Kana balas perasaan Noah. Kalau gak terkabul hari ini, mungkin besok."

"Duilah. Sok puitis kamu. Geli Bunda dengernya."

"Padahal Noah serius."

"Anak Bunda uda dewasa ih," bunda mencubit kedua pipinya. "Ntar lagi kayaknya bisa naik pelaminan."

"Dih. Naik pelaminan darimana? Bayar tenda biru aja, Noah belum punya uang. Mana belum S2. Ruko masih nyewa. Belum bisa naikan gaji tim. Cerita nikah masih jauh, Bun."

"Yee, masalah jodoh cepat atau lambat itu gak ada hubungannya sama uang. Mau cuma tenda biru, atau malah cuma nikah di KUA. Tetep aja judulnya nikah," balas Bundanya. "Eh.. tapi kalau yang kamu ajak nikah se-sempurna Kana sih, ngimpi aja kamu ngajak nikah dia cuma di KUA atau tenda biru."

"Cerita tentang nikahan, masalah nikahan Bunda konsepnya udah selesai. Tinggal ngurus beberapa printilan sama fitting baju. Bunda tanya om Ardan, kapan ada waktu buat fittingnya. Biar bisa sesuain jadwal sama tim Noah nanti."

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang